Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ISRAEL telah melancarkan gelombang serangan udara besar-besaran di Gaza, menewaskan ratusan orang dan menghancurkan gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua bulan dengan Hamas, Al Jazeera melaporkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serangan Israel Selasa, yang terjadi di seluruh Gaza, merupakan serangan paling intens sejak gencatan senjata diberlakukan pada 19 Januari, dengan Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sedikitnya 404 orang tewas dan 562 lainnya luka-luka.
Hamas
Hamas, yang memerintah Gaza, mengatakan bahwa mereka memandang serangan Israel sebagai pembatalan sepihak atas gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari. "Netanyahu dan pemerintahan ekstremisnya membuat keputusan untuk membatalkan perjanjian gencatan senjata, membuat para tahanan di Gaza menghadapi nasib yang tidak diketahui," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belakangan, pejabat Hamas Izzat al-Risheq mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "keputusan Netanyahu untuk melanjutkan perang" adalah "keputusan untuk mengorbankan para tahanan penjajahan dan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka".
Israel
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa operasi ini bersifat terbuka dan diperkirakan akan terus berlanjut. "Mulai sekarang, Israel akan bertindak melawan Hamas dengan kekuatan militer yang semakin meningkat," kata kantor tersebut, seraya menambahkan bahwa operasi tersebut diperintahkan setelah "penolakan Hamas yang berulang-ulang untuk membebaskan para sandera kami, serta penolakannya terhadap semua proposal yang telah diterima dari Utusan Presiden Amerika Serikat, Steve Witkoff, dan para mediator."
Amerika Serikat
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan bahwa "pemerintahan Trump dan Gedung Putih" telah dikonsultasikan oleh Israel mengenai serangan tersebut. "Seperti yang telah ditegaskan oleh Presiden Trump, Hamas, Houthi, Iran, semua pihak yang berusaha meneror bukan hanya Israel, tapi juga Amerika Serikat, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal - semua akan hancur," ujarnya.
Keluarga Para Sandera Israel
Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, yang mewakili keluarga para sandera Israel yang ditahan di Gaza, mengatakan dalam sebuah tulisan di X bahwa keputusan pemerintah Israel untuk melancarkan serangan baru menunjukkan bahwa mereka telah memilih untuk "menyerah pada para sandera". "Kami terkejut, marah, dan takut dengan pembongkaran yang disengaja dari proses untuk mengembalikan orang-orang yang kami cintai dari tawanan Hamas yang mengerikan," kata kelompok itu. Mereka mempertanyakan mengapa pemerintah "mundur dari perjanjian gencatan senjata" dengan Hamas.
Houthi
Pemberontak Houthi Yaman berjanji untuk merespons dengan eskalasi untuk mendukung warga Palestina. "Kami mengutuk musuh Zionis yang melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza," kata Dewan Politik Tertinggi Houthi dalam sebuah pernyataan.
Houthi bertekad untuk tidak akan meninggalkan rakyat Palestina sendiri dalam pertempuran ini. “Yaman akan melanjutkan dukungan dan bantuannya, serta meningkatkan langkah-langkah konfrontasi," kata pernyataan tersebut.
Jihad Islam Palestina
Kelompok bersenjata Jihad Islam Palestina (PIJ) menuduh Israel "dengan sengaja menyabotase semua upaya untuk mencapai gencatan senjata".
Cina
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning mengatakan bahwa Beijing "sangat prihatin" dengan situasi ini, dan menyerukan kepada semua pihak untuk "menghindari tindakan apa pun yang dapat menyebabkan eskalasi situasi, dan mencegah bencana kemanusiaan berskala besar".
Rusia
Kremlin memperingatkan adanya "spiral eskalasi" setelah serangan Israel. "Yang paling mengkhawatirkan tentu saja adalah laporan mengenai korban jiwa yang besar di kalangan penduduk sipil," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov. "Kami memantau situasi ini dengan sangat cermat dan, tentu saja, kami menunggu situasi ini kembali ke arah yang damai."
Mesir
Mesir, yang bertindak sebagai mediator bersama Qatar dan AS, menyebut serangan udara Israel sebagai "pelanggaran mencolok" terhadap kesepakatan tersebut. Serangan-serangan tersebut merupakan "eskalasi berbahaya yang mengancam akan membawa konsekuensi serius bagi stabilitas kawasan", kata kementerian luar negeri.
Qatar
Mediator Qatar mengutuk keras serangan tersebut, dengan kementerian luar negerinya memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa "kebijakan eskalasi [Israel] pada akhirnya akan menyulut wilayah tersebut dan merusak keamanan dan stabilitasnya".
Iran
Seorang juru bicara kementerian luar negeri Iran mengatakan bahwa AS bertanggung jawab langsung atas "berlanjutnya genosida di wilayah Palestina yang diduduki".
Arab Saudi
Sebuah pernyataan kementerian luar negeri menyuarakan "kutukan dan kecaman keras Arab Saudi atas kembalinya agresi pasukan pendudukan Israel... dan pengeboman langsung mereka terhadap daerah-daerah yang dihuni oleh warga sipil tak bersenjata".
Yordania
"Kami telah mengikuti sejak semalam pengeboman Israel yang agresif dan biadab di Jalur Gaza," kata juru bicara pemerintah Mohammed Momani, yang menekankan "perlunya menghentikan agresi ini".
Turki
Turki mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan "fase baru dalam kebijakan genosida" terhadap warga Palestina.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Turki menambahkan bahwa tidak dapat diterima jika Israel menyebabkan "siklus kekerasan baru" di wilayah tersebut, dan menambahkan bahwa "pendekatan permusuhan" pemerintah Israel mengancam masa depan Timur Tengah.
Prancis
Kementerian Luar Negeri Prancis mengutuk serangan tersebut, dan menyerukan "penghentian segera permusuhan, yang membahayakan upaya pembebasan para sandera dan mengancam kehidupan penduduk sipil di Gaza".
Inggris
Pemerintah Inggris meminta Israel dan Hamas untuk mengimplementasikan perjanjian gencatan senjata mereka di Gaza "secara penuh", dan menyerukan agar semua pihak "segera kembali berdialog". “Kami ingin melihat perjanjian gencatan senjata ini ditegakkan kembali sesegera mungkin,” kata juru bicara Perdana Menteri Keir Starmer, seraya menambahkan bahwa korban sipil yang dilaporkan akibat serangan Israel semalam sangat “mengerikan”.
Belgia
Menteri Luar Negeri Maxime Prevot menulis di X, "Saya menyerukan kepada para pihak untuk mengimplementasikan tahap kedua dari perjanjian ini, yang harus membuka jalan bagi rekonstruksi dan perdamaian untuk semua.
Dia mengecam "serangan baru Israel dan korban jiwa yang besar", dan menambahkan bahwa pemblokiran bantuan kemanusiaan oleh Israel terhadap warga Palestina adalah "pelanggaran serius terhadap hukum internasional".
Belanda
Menteri Luar Negeri Casper Veldkamp mengatakan pada X bahwa "semua permusuhan harus diakhiri secara permanen". "Belanda menyerukan kepada semua pihak untuk menghormati ketentuan-ketentuan gencatan senjata Gaza dan kesepakatan penyanderaan. Semua warga sipil harus dilindungi," katanya. Ia mendesak mendesak semua pihak untuk mengimplementasikan kesepakatan secara penuh. “Sandera yang tersisa harus dibebaskan, bantuan kemanusiaan harus sampai kepada mereka yang membutuhkan," katanya.
Norwegia
Perdana Menteri Jonas Gahr Store mengatakan bahwa serangan Israel merupakan “asyara besar” bagi masyarakat Gaza. “Mereka nyaris tanpa perlindungan. Banyak dari mereka tinggal di tenda-tenda dan reruntuhan bangunan yang telah hancur,” katanya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicaranya bahwa ia "terkejut" oleh serangan Israel, yang telah menewaskan "sejumlah besar warga sipil".
Guterres dengan tegas memohon agar gencatan senjata dihormati, agar bantuan kemanusiaan yang tidak terhalang dapat kembali diberikan dan agar para sandera yang masih ada dapat dibebaskan tanpa syarat.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, menyuarakan keprihatinannya atas serangan Israel yang gencar. "Ini akan menambah tragedi di atas tragedi," katanya dalam sebuah pernyataan. Penggunaan kekuatan militer oleh Israel hanya akan "menambah penderitaan lebih lanjut bagi penduduk Palestina yang sudah mengalami bencana".
Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengutuk serangan tersebut melalui media sosial. "Pemandangan yang mengerikan dari warga sipil yang terbunuh di antara mereka termasuk anak-anak setelah gelombang pengeboman berat dari Pasukan Israel dalam semalam," ia menulis, “Menyulut 'neraka di bumi' dengan melanjutkan perang hanya akan membawa lebih banyak keputusasaan dan penderitaan."
Australia
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese mengatakan bahwa penderitaan di Gaza sudah sangat luar biasa. “Itulah sebabnya kami menyerukan kepada semua pihak untuk menghormati gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan yang telah diberlakukan. Kami akan terus membuat pernyataan. Australia akan terus mendukung perdamaian dan keamanan di kawasan ini," katanya.