AKHIRNYA pemerintahan PM Yitzhak Shamir, Ahad lalu, mengakui telah menahan Mordechai Vanunu pembocor rahasia pabrik senjata nuklir Israel. Vanunu, 31, menghilang di London 30 September lalu, setelah memberikan kesaksian pada koran Inggris The Sunday Times bahwa Pusat Penelitian Nuklir Israel di Dimona -- ia pernah di sini bekerja selama 10 tahun -- sebenarnya, sebuah pabrik bom. (TEMPO, 1 November 1986). Para agen Mossad, dinas rahasia Israel, diduga telah menculik dan menyeret pulang pria Yahudi kelahiran Marokko, yang awal tahun ini secara resmi beremigrasi ke Australia itu. Pengumuman pemerintah Israel -- yang tetap menyangkal tuduhan menculik -- tak menjelaskan bagaimana cara pihak berwajib menangkap Vanunu. "Penangkapan Vanunu dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum. Pengacaranya pun hadir ketika ia ditahan," demikian bunyi pengumuman pemerintah itu. Semua itu menambah kuat dugaan berbagai pihak bahwa kisah pembocoran itu memang sengaja diatur oleh Mossad. Lebih-lebih lagi, seminggu yang lalu, untuk pertama kalinya pers Israel diperkenankan menulis kasus Vanunu ini. Setelah kena sensor artikel dalam media cetak itu ternyata melulu bersisi cerita negatif tentang pribadi Vanunu: ia agak sinting, gemar publisitas, termasuk anggota partai komunis Israel, dan simpatisan perjuangan rakyat Palestina. Tapi berita negatif itu justru memperkuat kecurigaan orang. Bagaimana orang dengan setumpuk kejelekan itu bisa bekerja di tempat sepenting Dimona dan sempat mencuri foto lagi? Israel, diduga, kini memiliki lebih dari 100 bom nuklir yang disimpan di gua batu di wilayah padang pasir Negev. Pembocoran rahasia, yang konon disengaja pihak Israel ini, tampaknya telah mencapai sasarannya: mengancam pihak negara Arab garis keras soal adanya senjata ampuh 'pamungkas' Israel, dan menakut-nakuti warga Israel agar tidak berkhianat, karena Mossad bisa muncul di segala tempat. Pemerintah Israel masih merahasiakan tempat Vanunu ditahan. Amnon Zichroni pengacara Vanunu, mengaku telah beberapa kali menjumpainya, tapi dilarang bicara oleh pemerintah Israel. "Ia telah 'diadili' sebelum diajukan ke pengadilan," ujar Zichroni. Di bawah hukum Israel, Vanunu dapat dipenjarakan tanpa harus diadili. Jika toh ia diadili paling-paling dengan pengadilan tertutup. Ancamannya: hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini