Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebelum menyerang

Jenderal h.norman schwartzkopf keberatan penyerahan ke irak harus dikonsultasikan dulu dengan raja fahd. menginginkan ada dua panglima dengan kekuasa an yang paralel.

15 September 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum Menyerang KALAU perang pecah, siapa komandan tertinggi di pihak-- Amerika -- Saudi dan sekutunya? Saudi? Amerika? Mesir? Hal itu jadi perhatian setelah baru-baru ini surat kabar Washington Post melaporkan adanya per-tentangan antara Jenderal H. Norman Shwartzkopf- komandan tertinggi pasuk-an Amerika, dan pemerintah Arab Saudi. Pada mulanya adalah Letnan Jenderal Khalid, panglima angkatan udara Arab Saudi, yang dalam satu konperensi pers, 20- Agustus lalu, mengatakan, setiap keputusan untuk menggerakkan pasukan Amerika harus dikonsultasikan dulu oleh Presiden Bush dengan Raja Fahd. Kata Khalid, yang- juga merangkap sebagai panglima komando gabungan Arab-lslam (pasukan Maroko, Mesir, Syria, Bangladesh, lima negara teluk, dan koalisi mujahidin Afghanistan), Bush sudah menyetujui prosedur tersebut. Jenderal Schwartzkopf rupanya sangat keberatan dengan ucapan Khalid itu. Ia segera menulis surat pada Pentagon, juga langsung ke Gedung Putih. Ia sangat khawatir kalau itu benar, Amerika tak bebas untuk menggerakkan pasukan apabila si tu-l-i memerlukannya. Pertikaian itu, kata sumber Pentagon kepada Washington Post, tak bisa dicari jalan keluarnya walaupun Bush telah berkonsultasi dengan Bandar bin Sultan, duta besar Arab di Washington. Tapi, dalam pertemuan itu kon-on Bandar berkali-kali mengatakan bahwa negaranya tetap berpegang pada persetujuan Menhan Amerika Richard Cheney dengan Raja Fahd. Persetujuan itu antara lain mengatakan, pasukan Amerika diundang ke Arab Saudi, dan karenanya setiap gerakan yang akan dijalankannya harus seizin Raja Fahd. Kecuali bila Irak lebih dahulu menyerang. Konon, akhirya Bush mengalah. Ketidaksetujuan Schwartzkopf bukan berarti ia ingin jadi panglima tertinggi dalam pasukan multinasionl di Saudi itu. Pihak Saudilah yang punya keinginan-- tersebut. Schwartzkopf lebih setuju adanya dua panglima dengan kekuasaan yang paralel. Yang dikhawatirkan pihak Saudi, bila ada dua komando tertinggi, tentara Amerika bisa saja mendahului menyerbu Irak dari Saudi. Ini tentu memudahkan dunia mencap Saudi sebagai agresor. Pihak Raja Fahd setuju saja Amerika menyerbu Irak, tapi semata sebagai serangan balasan. Jenderal Schwartzkopf membantah bahwa antara dirinya dan Khalid ada konflik. Yang kini tak jelas, dalam pasukan multinasional itu kini ada satu komandan tertinggi atau dua. Yang pasti, pasukan yang dipasang sepanjang perbatasan Saudi-Irak dan Saudi-Kuwait adalah tentara Saudi sendiri. Dan sebenarnya, bila Amerika ingin mendahului menyerang Irak, tak harus lewat daratan Saudi. Pasukan amfibi dan marinir beserta pesawat dari kapal induk bisa saja melancarkan serangan darat dan udara dari Teluk Persia meski pendaratan tentara lewat pantai hanya terbatas pada daerah pantai di selatan Basra dan pantai Kuwait yang hanya lebih dari 200 km. ADN dan Mandy Gardner (New York)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus