Meriam Raksasa Saddam Hussein Bisa jadi, kini Irak memiliki meriam raksasa dengan daya tembak 4.000 km dan bisa membawa sedikitnya 100 kg senjata kimia. Inikah andalan Saddam Hussein? KETIKA hari mulai gelap, di Kota Uccle di wilayah Brussels yang rim--bun, Gerald Bull berjalan menuju apartemennya. Ketika ia memutar kunci pintu rumahnya, sejumlah peluru menghantam belakang kepalanya. Tak terdengar satu suara berisik pun, menandakan itu pekerjaan seorang profesional. Ketika ilmuwan berusia 62 tahun itu mengembuskan napas terakhirya, tulis Kevin Toolis di New York Times Magazine bulan lalu, bersamanya lenyap pula impiannya membuat meriam super raksasa: meriam yang bisa menembakkan satelit ke orbitnya, atau yang bisa melemparkan peluru seberat 100 kg ke sasaran berjarak 4.000 km dengan tepat. Benarkah impian Bull -- seorang ahli senjata artileri Kanada jempolan, yang karena proyeknya dihentikan oleh Pemerintah Kanada, kemudian melibatkan diri dalam perdagangan gelap senjata hilang begitu saja? Ada yang dikhawatirkan sejumlah ahli militer bahwa meriam super raksasa itu kini dimiliki oleh Saddam Hussein. Bila memang demikian, tentulah itu merupakan ancaman serius bagi pasukan multinasional yang kini berpangkalan di Arab Saudi. Kemungkinan Saddam memiliki meriam super raksasa memang ada. Bull sejak 1985 adalah salah satu rekanan senjata Irak. Itu bermula dari perang Iran-Irak yang meletus pada September 1980. Irak kewalahan menghadapi banjir tentara Iran (penduduk Iran 53 juta, lebih dari tiga kali warga Irak), yang melakukan kamikaze, mencari senjata efektif. Salah satu tawaran yang menarik pihak militer Irak adalah meriam-meriam bikinan Bull. Dengan meriam-meriam itulah gerakan darat tentara Iran bisa ditahan. Pada 1985 pesanan pertama Baghdad datang: 200 meriam yang oleh Bull dinamakan GC-45. Teorinya, meriam Bull punya daya tembak dua kali dari meriam terbesar milik Amerika, yakni 40 km. Inilah meriam-meriam yang dikembangkan Bull semasa masih bekerja di HARP (High Altitude Research Project -- proyek riset meningkatkan daya jangkau dan berat peluru meriam), yang didukung oleh bagian produksi Departemen Pertahanan Kanada dan Universitas McGill di Montreal, dan angkatan darat AS. Bila AS dan Kanada tak jadi punya meriam tersebut, karena sebelum gagasan Bull terwujud, HARP disetop. Alasan resminya, pemerintah Kanada tak enak karena proyek yang melekat pada riset angkasa luar Universitas McGill ini benar-benar untuk menciptakan senjata perang. Sementara itu, pihak militer Kanada dan AS menyatakan, di zaman roket ini meriam sudah ketinggalan zaman. Bull -- meraih gelar doktor di Universitas Toronto pada usia 22 tahun -- marah besar. la lalu mendirikan pabrik sendiri, Space Research Corporation, di wilayah Quebec, dekat perbatasan dengan Negara Bagian Vermont, AS. Ia berhasil menjadi rekanan departemen pertahanan AS, dan menekan kontrak senilai US$ 9 juta. Pada 1973 Bull menjual 50.000 peluru meriam pada Israel. Pada 1976, hampir saja Bull bangkrut -- departemen pertahanan AS menghentikan kontraknya. Untung, sebuah pabrik amunisi Belgia membeli 45% saham. Di masa itulah Bull mulai memproduksi meriam GC-45. Guna menutup semua pengeluaran, orang yang pada usia tiga tahun ditinggal mati ibunya dan tumbuh sebagai anak- yang sulit ini tak mempedulikan urusan moral. Ia menjual produk pabriknya ke Afrika Selatan. Langkah itu membuatnya ditahan, pada 1980, karena dituduh melanggar embargo senjata terhadap Afrika Selatan oleh PBB. Ia dijatuhi hukuman 6 bulan -- sebuah awal kebangkrutan pabriknya di Quebec, sementara yang di Belgia jalan terus. Bull, setelah menjalani hukuman, tinggal di Brussels, Belgia. Perdagangannya dengan Irak memberi kesempatan Bull berkenalan dengan Menteri Industri dan Industri Militer, Brigadir Jenderal Hussein Kamal, menantu Saddam Hussein. Dari situlah suatu hari ia menawarkan impiannya, membuat meriam super raksasa. Dan Irak menerimanya. Di musim semi 1988, sebelum Perang Iran-Irak berakhir, ditekenlah Proyek Babylon -- proyek besar yang melibatkan sejumlah pabrik pipa baja di beberapa negara Eropa, dengan biaya jutaan dolar. Dalam pameran senjata di Baghdad tahun lalu, dua meriam Proyek Babylon ikut dipamerkan. Meriam Al Fao dengan laras 9 meter, dan Al Majnoon dengan laras 7 meter, dengan daya jangkau lebih dari 55 km. Dengan kereta roda enam, dua meriam itu bisa melaju 70 km sampai 90 km per -jam. Yang tetap tinggal rahasia adalah proyek meriam super raksasa yang berdaya jangkau 4.000 km- itu. Meriam itu sudah selesai dan dirahasial-an, ataukah memang Bull tak sempat melihat impiannya terwujud. Tapi, seumpama proyek itu belum selesai, setidak-nya Irak- punya cetak-birunya. Dengan bantuan sejumlah teknisi Soviet (hingga pekan lalu diduga 160 penasihat militer Soviet masih ada di Baghdad), bisa saja impian Bull diwujudkan. Bila benar, ancaman Saddam untuk mengirim senjata kimia ke Israel (Tel Aviv Baghdad hanya sekitar 900 km) dan Saudi (Riyadh-Baghdad hanya 960 km), begitu perang pecah, cukup mudah dilakukan dengan meriam super raksasanya, yang berdaya tembak 4.000 km itu. Yang juga tak jelas, pihak mana yang membunuh Bull sebenarnya. Mossad, agen rahasia Israel, yang mengirim ancaman setelah Bull terbunuh? Irak, agar tak usah membayar rekanannya itu? Atau pihak lain?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini