Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Serangan Prancis Disebut Tewaskan Puluhan Tamu Pernikahan di Mali

Prancis mengklaim tewaskan puluhan pejuang Mali dalam serangan udara. Namun penduduk lokal menyebut aksi itu justru membunuh puluhan warga sipil

6 Januari 2021 | 19.15 WIB

Anggota unit medis militer Prancis membawa seorang tentara yang terluka menuju helikopter NH 90 Caiman di Inaloglog, Mali. Gambar diunggah Reuters, 24 Oktober 2017.[REUTERS / Benoit Tessier]
Perbesar
Anggota unit medis militer Prancis membawa seorang tentara yang terluka menuju helikopter NH 90 Caiman di Inaloglog, Mali. Gambar diunggah Reuters, 24 Oktober 2017.[REUTERS / Benoit Tessier]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, - Pemerintah Prancis mengatakan pihaknya menewaskan puluhan pejuang dalam serangan udara akhir pekan di Mali tengah. Namun penduduk desa dan kelompok lokal mengatakan serangan itu menewaskan 20 warga sipil yang sedang menghadiri pernikahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penduduk desa di Bounti mengatakan satu helikopter melepaskan tembakan di siang hari bolong pada Ahad kemarin hingga menyebabkan kepanikan di antara tamu undangan. Serangan ini Prancis luncurkan setelah dua tentaranya tewas akibat ledakan.

“Kami terkejut dengan intensitas serangan itu. Helikopter itu terbang sangat rendah," kata salah seorang penduduk bernama Mady Dicko dikutip dari Aljazeera, Rabu, 6 Januari 2021

Tabital Pulakuu, sebuah asosiasi yang mempromosikan budaya kelompok etnis Fulani Mali, melaporkan serangan udara itu merenggut nyawa sedikitnya 20 warga sipil dalam acara pernikahan. Peristiwa ini berlangsung di wilayah Mopti, 600 kilometer dari ibu kota Mali, Bamako, di mana kelompok bersenjata memiliki kehadiran yang signifikan.

Seorang juru bicara militer Prancis, Kolonel Frederic Barbry, membantah adanya hubungan antara penyerbuan itu dan pesta pernikahan. Ia berdalih operasi tersebut mengikuti misi intelijen selama beberapa hari yang menunjukkan ada pertemuan orang yang mencurigakan.

"Militer Prancis dapat menyimpulkan itu adalah kelompok bersenjata teroris berdasarkan sikap individu, peralatan mereka, dan informasi intelijen lainnya", katanya.

Hingga kini belum ada komentar langsung dari pemerintah Mali.

Guillaume Nguefa, kepala bagian hak asasi manusia dari misi PBB di Mali, membenarkan insiden tersebut tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Wilayah Mopti adalah pusat serangan militer mematikan yang dimulai di Mali utara pada tahun 2012 dan kemudian berlanjut ke negara tetangga, Burkina Faso dan Niger sehingga mengobarkan ketegangan etnis di sepanjang jalan. Ribuan tentara dan warga sipil tewas dalam konflik tersebut dan ratusan ribu orang harus meninggalkan rumah mereka.

Peristiwa ini ditengarai akan meningkatkan tekanan pada pemerintahan sementara Mali, yang didominasi oleh tokoh-tokoh yang memiliki hubungan dengan tentara.

Seperti diketahui, perwira militer menggulingkan Presiden Ibrahim Boubacar Keita pada 18 Agustus setelah protes berminggu-minggu yang sebagian di antaranya dipicu oleh kegagalannya untuk mengalahkan para pejuang Mali sebelum diserahkan kepada pemerintah sementara.

ALJAZEERA

https://www.aljazeera.com/news/2021/1/6/witnesses-say-20-are-killed-in-an-airstrike-in-central-mali

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus