Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Militer Rusia kini berfokus untuk merebut Bakhmut.
Pertempuran selama berbulan-bulan di sana memakan korban ratusan orang.
Negara Barat dan NATO mengirimkan tank-tank modern mereka.
SAAT invasi Rusia ke Ukraina mendekati satu tahun, hampir semua mata tertuju pada satu kota kecil yang dilanda perang: Bakhmut. Dulu dikenal sebagai Artemivsk atau Artyomovsk, kota di timur Ukraina ini berfungsi sebagai pusat administrasi Bakhmut Raion di Oblast Donetsk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perang Rusia-Ukraina selama berbulan-bulan di Bakhmut ini memakan korban ratusan orang Ukraina dan Rusia setiap hari. Kota yang berjarak 668 kilometer dari Kyiv ini dulu berpenduduk 71 ribu jiwa, tapi kini hanya kurang dari 1 persen penduduknya yang bertahan dan harus hidup tanpa listrik, air, atau pemanas karena hancur akibat perang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Rabu, 15 Februari lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan situasi pertempuran yang paling sulit sekarang berada di dekat Bakhmut dan Vuhledar. Ia menyebut kota itu sebagai “benteng hidup”, yang memungkinkan Ukraina mempersiapkan pasukannya untuk membebaskan wilayah yang diduduki Rusia.
IPusat perhatian kini tertuju ke Bakhmut dan sekitarnya setelah Rusia mundur dari sejumlah front seusai serangan pertama yang dimulai pada 24 Februari 2022. Meski sudah mencapai pinggiran Kyiv, Rusia tak bisa menguasai ibu kota Ukraina itu karena menghadapi perlawanan sengit dari tentara Ukraina.
Menurut Business Insider, kegigihan dan pengetahuan Ukraina tentang medan perang telah memainkan peran besar dalam pertahanan efektif mereka. Tapi senjata yang dipasok oleh negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa juga memainkan peran penting dalam menghentikan gerak maju Rusia.
Sejak invasi dimulai, FGM-148 Javelin dan FIM-92 Stingers buatan Amerika Serikat serta Next Generation Light Anti-Tank Weapon yang dirancang oleh Inggris dan Swedia telah menjadi teror bagi pasukan Rusia. Setelah mundur dari Kyiv, Rusia mengkonsentrasikan pasukannya di daerah yang sudah dikuasainya di front timur, yaitu Luhansk, Donetsk, dan Krimea.
Perang menggunakan drone oleh Ukraina juga berkontribusi pada keberhasilan awal dalam menahan laju Rusia. The New Yorker menulis, dalam pertahanan Ukraina, Bayraktar telah menjadi legenda sehingga menjadi subyek lagu rakyat. Pesawat tak berawak produksi Turki ini “membuat bandit Rusia menjadi hantu”.
Serangan balik Ukraina di front timur ini menjadi gelombang kejutan, yang membuat tentara Rusia kemudian mundur ke dekat perbatasan Rusia. Serangan pasukan Ukraina, yang juga didukung oleh legiun asing, sejak Agustus tahun lalu, memaksa pasukan Rusia mundur dari posisinya di Kharkiv pada bulan berikutnya.
Serangan balik Ukraina ke Kherson juga memaksa pasukan Rusia mundur dari Kherson pada November 2022. Kota Kherson terletak di tepi barat atau sisi barat Sungai Dnieper, tapi sebagian besar Provinsi Kherson berada di sebelah timur sungai. Pasukan Rusia menguasai daerah itu sejak awal Maret, tak lama setelah dimulainya invasi.
Komandan Tertinggi Militer Ukraina, Valerii Zaluzhnyi, mengatakan faktor penting yang berkontribusi terhadap kemajuan militernya adalah kedatangan M142 High Mobility Artillery Rocket Systems, sistem senjata jarak jauh dari Amerika Serikat, pada akhir Juni 2022. Senjata itu menyasar pos kontrol, depot amunisi, dan penyimpanan bahan bakar tentara Rusia.
Setelah Kharkiv dan Kherson bisa dibebaskan Ukraina, medan pertempuran kemudian banyak terjadi di dekat Donetsk, dengan Bakhmut ada di dalamnya. Jika tujuan Moskow adalah merebut Donetsk dan Luhansk pada musim semi, merebut Bakhmut bisa menjadi batu loncatan penting. Michael Kofman, direktur studi Rusia di Pusat Analisis Angkatan Laut yang berbasis di Amerika, mengatakan Bakhmut mewakili “pintu gerbang” ke Sloviansk dan Kramatorsk, yang keduanya menjadi sasaran serangan rudal Rusia baru-baru ini.
Upaya Rusia merebut Bakhmut menyebabkan kematian sampai ratusan orang dalam sehari. Sejumlah video drone menggambarkan upaya tentara Rusia berusaha merangsek maju dengan tank dan kendaraan tempur, tapi dihentikan oleh serangan artileri dan drone Ukraina. “Saya kira (Presiden Rusia Vladimir) Putin mencoba melakukan sesuatu untuk meraih kemenangan kecil di mana pun,” kata Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, pada Senin, 13 Februari lalu.
•••
TERPUKUL di front timur, Rusia mengirim rudal besar-besaran ke kota-kota di Ukraina yang menyasar instalasi listrik dan gas. Serangan ini menyebabkan jutaan warga Ukraina tak bisa menikmati listrik, gas, dan pemanas saat menghadapi musim dingin. Serbuan rudal itu meningkat setelah Ukraina menghantam Jembatan Kerch, yang menghubungkan Rusia dengan Krimea, pada 8 Oktober 2022.
Regu penyelamat bekerja di lokasi yang hancur akibat serangan rudal Rusia, di di Kramatorsk, Ukraina 2 Februari 2023/REUTERS/Vitalii Hnidyi
Hujan rudal di kota-kota besar di seantero Ukraina itu membuat pemerintah Volodymyr Zelenskyy meminta kolega negara Barat-nya dan NATO menerapkan zona larangan terbang. Tak ingin berkonfrontasi dengan Rusia, negara Barat tidak mengakomodasi permintaan itu, tapi mengirimkan sistem pertahanan udara ke Ukraina.
Untuk menghentikan Rusia dan mengusirnya dari wilayah yang didudukinya, Ukraina mempersiapkan serangan balik baru. Untuk itu, pemerintah Kyiv membutuhkan senjata modern, terutama tank. Ukraina meminta negara mitranya membantu mengirimkan tank, termasuk Leopard 2 produksi Jerman.
Polandia memberi sinyal awal untuk memberikan Leopard 2, tapi mereka perlu lampu hijau dari Jerman. Jerman pada awalnya menolak permintaan itu karena tak ingin meningkatkan eskalasi permusuhan dengan Rusia. Kanselir Jerman Olaf Scholz tak ingin Jerman menjadi yang pertama mengirimkan tank modern ke Ukraina.
Inggris akhirnya setuju mengirimkan tank Challenger 2 dan Amerika mengirimkan kendaraan tempur Bradley ke Ukraina. Amerika pada mulanya tak berniat mengirimkan tank M1 Abrams karena perawatan dan suplainya rumit. Amerika akhirnya melepas M1 Abrams agar Jerman mengirim tank Leopard-nya. Akhir Januari lalu, Jerman akhirnya setuju mengirimkan Leopard ke Ukraina dan memberi izin negara lain melakukan hal yang sama.
Menurut ABC News, hingga akhir Januari lalu, 12 negara setuju mengirimkan sekitar 100 Leopard 2. Untuk melakukan serangan balik dan mendepak Rusia keluar, Ukraina juga membutuhkan jet tempur dan rudal jarak jauh. Dalam pidato di depan anggota parlemen Inggris di London pada 8 Februari lalu, Presiden Zelenskyy berharap negara Barat dan koleganya juga mengirimkan jet tempur. Ia menyebut itu sebagai “sayap untuk kebebasan”.
Pemerintah Rusia masih menganggap operasi militer khususnya di Ukraina berjalan sesuai dengan rencana. “Tentu saja, perkembangannya mungkin tidak secepat yang kami inginkan,” tutur Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgina Vorobieva, pada Rabu, 15 Februari lalu. “Tentu saja, Anda tahu, sekarang sudah jelas bahwa kami tidak berurusan dengan angkatan bersenjata Ukraina. Pada dasarnya kami berurusan dengan NATO.”
Vasyl Hamianin mengaku tidak tahu persis rencana militer Ukraina, termasuk kemungkinan serangan balik pada musim semi mendatang. Namun, ia mengatakan, setidaknya akan ada tiga arah serangan, yaitu ke Luhansk, Donetsk, dan Krimea. “Apa (senjata) yang kami punya memang belum cukup, tapi beberapa senjata baru, instrumen baru, membuat itu menjadi mungkin dilakukan,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo