Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ramai Kontroversi Tarif AS, Cina Janjikan Kebijakan Lebih Baik

Cina menjanjikan kebijakan kerja sama ekonomi internasional yang lebih baik usai tarif impor AS menjadi sorotan dunia.

7 April 2025 | 14.56 WIB

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dok White House Ofiicial
material-symbols:fullscreenPerbesar
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dok White House Ofiicial

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Misi Cina untuk ASEAN angkat bicara atas kebijakan Amerika Serikat yang mengenal tarif impor terhadap mitra dagangnya, termasuk Cina. Cina membandingkan kebijakan AS itu dengan sikap Cina yang diklaim lebih baik dalam kerja sama ekonomi internasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cina menyebut bahwa mereka berperan sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua dan pasar terbesar kedua untuk barang-barang konsumen. Cina berkomitmen untuk membuka diri lebih lebar kepada dunia internasional, termasuk jika ada perubahan secara global. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Kami akan terus memajukan keterbukaan berstandar tinggi," kata Misi Cina untuk ASEAN dalam keterangan resmi, Sabtu, 5 April 2025.

Lebih lanjut, Cina menegaskan bahwa mereka akan terus memperluas keterbukaan kelembagaan dalam aturan, regulasi, manajemen, dan standar. Selain itu, Cina berkomitmen untuk menerapkan kebijakan berstandar tinggi demi liberalisasi dan fasilitas perdagangan dan investasi. 

Cina juga berjanji akan mengembangkan lingkungan bisnis berorientasi pasar, berbasis hukum, dan internasional kelas satu.

"Kami akan berbagi peluang pembangunan kami dengan dunia untuk mencapai keuntungan bersama," tulis pernyataan tersebut. 

Menurut Cina, globalisasi ekonomi adalah satu-satunya jalan menuju kemajuan. Selain itu, Cina menilai bahwa sistem perdagangan multilateral yang berpusat pada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan berbasis aturan telah menjadi penting dalam mempromosikan perdagangan global, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan berkelanjutan. 

"Keterbukaan dan kerja sama adalah tren historis. Dunia tidak akan, dan tidak boleh, kembali ke isolasi atau fragmentasi bersama. Seluruh dunia mendambakan kerja sama yang saling menguntungkan," ujar pernyataan itu. 

Cina menekankan bahwa membuat globalisasi ekonomi lebih terbuka, inklusif, seimbang, dan bermanfaat bagi semua adalah tanggung jawab bersama masyarakat internasional.

Konflik perdagangan yang dipicu AS ini dapat berpotensi memperburuk hubungan ekonomi antara dua negara terbesar di dunia. Tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat sangat signifikan dan melibatkan hampir semua negara mitra dagangnya, termasuk Cina. 

AS mengenakan tarif 10 persen pada sebagian besar barang impor, termasuk barang-barang dari Cina, Meksiko, dan Kanada. Namun, negara-negara dengan hubungan perdagangan yang lebih lekat dengan AS dikenakan tarif yang lebih tinggi. Salah satu negara yang terdampak adalah Cina yang dikenakan tarif 34 persen, sehingga total tarif yang berlaku untuk barang-barang Cina di tahun ini menjadi 54 persen.

Kebijakan tarif AS ini tidak dibiarkan begitu saja oleh pemerintah Cina. Cina segera mengeluarkan serangkaian langkah pembalasan. Salah satu langkah utama yang diambil adalah penerapan tarif 34 persen pada semua barang impor dari Amerika Serikat.

Dikutip dari CNA Lifestyle, Cina juga memperketat ekspor terhadap beberapa bahan baku langka yang sangat dibutuhkan oleh industri AS, seperti mineral bumi langka yang digunakan dalam teknologi tinggi dan produk elektronik.

Pemerintah Cina menganggap kebijakan tarif ini sebagai tindakan yang tidak adil dan merugikan kedua belah pihak. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Guo Jiakun, dalam sebuah kesempatan menyatakan bahwa "pasar telah berbicara". Hal ini menunjukkan bahwa Cina menilainya sebagai langkah yang salah dan merugikan.

Cina mengimbau agar AS membuka dialog dan mencari solusi yang lebih adil dalam penyelesaian masalah perdagangan ini. Beberapa asosiasi perdagangan Cina mengeluarkan pernyataan keras, dengan mengingatkan bahwa tarif ini bisa memperburuk inflasi di AS dan mempengaruhi daya beli konsumen di sana. Mereka juga menekankan bahwa kebijakan ini berpotensi merugikan ekonomi global yang sudah rapuh akibat pandemi.

Konflik ini berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi dunia dan mempersulit penyelesaian masalah perdagangan antara dua negara terbesar di dunia ini. Dalam menghadapi kebijakan tersebut, Cina jelas berusaha melindungi kepentingan ekonominya sembari mencari alternatif pasar lain untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan tarif AS.

Putri Safira Pitaloka ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

 

 

 

 

Savero Aristia Wienanto

Bergabung dengan Tempo sejak 2023, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini menaruh minat dalam kajian hak asasi manusia, filsafat Barat, dan biologi evolusioner.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus