Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setahun Perang Gaza: Hamas secara Militer Melemah, tapi Jauh dari Kata 'Lenyap'

Setelah setahun berperang, Hamas secara militer dan finansial melemah, tetapi menurut data ACLED, kelompok ini jauh dari kata 'lenyap'.

7 Oktober 2024 | 19.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Setahun perang Gaza, janji Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk “kemenangan penuh” dan melenyapkan “Hamas” sebagai ancaman bagi Israel belum juga terwujud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para pejabat Israel terus mengumbar narasi bahwa Hamas tidak lagi eksis sebagai kekuatan militer di Gaza. Baru-baru ini, militer Israel mengklaim telah mengebom lebih dari 40.000 target, menemukan 4.700 terowongan dan menghancurkan 1.000 lokasi peluncur roket, dilaporkan Reuters.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para pejabat Israel mengklaim bahwa Hamas tidak lagi eksis sebagai kekuatan militer di Gaza. Namun data Armed Conflict Location and Event Data (ACLED) yang berbasis di Amerika Serikat menunjukkan bahwa Hamas masih memiliki sejumlah kemampuan operasional dan terus terlibat dengan pasukan Israel di Jalur Gaza.

Berikut catatan ACLED tentang Hamas dan kekuatannya kini:

Hamas masih memiliki separuh pejuangnya

Israel mengklaim telah membunuh 17.000 orang bersenjata dari 25.000 hingga 30.000 pejuang Hamas, tetapi laporan terperinci hanya mengidentifikasi hampir 8.500 kematian militan.

Meskipun operasi Israel di Jalur Gaza telah secara signifikan mengurangi kekuatan militer Hamas, jumlah pasti jumlah pejuang yang tewas masih belum pasti. Israel mengklaim telah membunuh menghancurkan sebagian besar dari 24 batalyon Hamas, serta membunuh puluhan komandan dan pemimpin kunci.  

Namun, laporan IDF yang lebih rinci tentang pembunuhan militan yang berisi rincian waktu, lokasi, atau operasi, yang dicatat oleh ACLED, mencapai sekitar 8.500 korban jiwa. Angka ini juga mencakup militan dari kelompok-kelompok bersenjata lainnya dan kemungkinan anggota Hamas yang tidak bertempur.

Berdasarkan perkiraan sebelum perang, sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, memiliki antara 25.000 hingga 30.000 pejuang. Mengingat Hamas kemungkinan terus merekrut ribuan anggota baru, kelompok ini mungkin masih memiliki hingga hampir separuh dari jumlah pejuang sebelum perang.

Kemampuan untuk menghimpun kekuatan

IDF melancarkan serangan darat dan mengumumkan pembentukan kontrol operasional di empat dari lima gubernuran Jalur Gaza selama 12 bulan terakhir. Di gubernuran utara Kota Gaza dan Gaza Utara, serta Khan Yunis - di mana IDF mengumumkan pembubaran brigade Hamas dan pembentukan kontrol pada 22 Januari dan 7 April, Hamas telah menunjukkan kemampuannya untuk berkumpul kembali.

Hal ini memaksa IDF untuk terus melancarkan serangan-serangan darat yang lebih kecil untuk mencegah Hamas membangun kembali kekuatannya. Bentrokan bersenjata terus berlanjut di daerah-daerah ini dengan intensitas yang berfluktuasi.

Sebagai contoh, antara Februari dan September, pasukan darat Israel melakukan setidaknya lima serangan kecil di lingkungan al-Zaytun di utara poros Netzarim, di mana IDF telah membangun pangkalan dan pusat komando.

Di Rafah, tak lama setelah IDF mengumumkan pada 12 September bahwa mereka telah menghancurkan brigade Rafah, Hamas membangun diri lagi dan melanjutkan kegiatan di sebelah timur kota Rafah.

Pergeseran ke arah taktik perang gerilya

Hamas semakin mengandalkan penggunaan bahan peledak untuk memerangi IDF. Serangan asimetris terhadap pasukan Israel telah menjadi bentuk perang yang dominan sejak Mei.

Seiring dengan berkurangnya kemampuannya dan banyaknya brigade yang dibubarkan, Hamas semakin bergeser ke arah taktik perang gerilya, menyergap tentara Israel dengan bahan peledak. Dalam beberapa kasus, militan Hamas meledakkan ranjau darat, bangunan, dan terowongan ketika tentara Israel mendekati lokasi yang menjadi target. Jaringan terowongan Hamas yang luas, yang masih berfungsi di banyak daerah, kemungkinan memainkan peran penting dalam memungkinkan para pejuangnya melakukan operasi tabrak lari.

Sejak Mei, ketika IDF memulai serangan darat di Rafah, Hamas dan sekutunya telah menyerang tentara Israel dengan menggunakan bahan peledak dalam hampir 160 kejadian. Dalam insiden fatal terakhir, empat tentara IDF dilaporkan tewas pada 17 September ketika Hamas mengklaim telah menargetkan sebuah bangunan dengan peluru kendali di Tal al-Sultan, sebelah barat Rafah.

Dengan terlibat dalam perang gesekan dan bukannya secara langsung berhadapan dengan tentara yang memiliki daya tembak yang jauh lebih unggul, Hamas kemungkinan berusaha untuk meningkatkan peluangnya untuk bertahan hidup.

Masa depan Palestina kemungkinan besar akan melibatkan Hamas

Hamas yang secara militer telah melemah diperkirakan akan melanjutkan perjuangan bersenjatanya melawan Israel sambil mempertahankan pijakan ideologi dan politik yang kuat di Palestina. Dengan Netanyahu yang tampaknya menunda rencana gencatan senjata dengan Hamas hingga setelah pemilihan presiden AS, IDF telah mengalihkan fokusnya ke utara.

Meskipun Hamas tidak lagi memiliki kapasitas atau keinginan untuk memerintah Gaza yang dilanda perang, Hamas masih memiliki kemampuan untuk terus bertempur dalam konflik dengan intensitas rendah. Dengan kehadiran militer Israel yang diperkirakan masih akan tetap ada di Gaza dalam beberapa bentuk dan Hamas yang masih jauh dari sepenuhnya diberantas, kekerasan bersenjata diperkirakan akan terus berlanjut di Gaza di masa yang akan datang.

Pada saat yang sama, kehadiran dan operasi Hamas terus berlanjut di Tepi Barat, meskipun IDF semakin gencar menindak kelompok-kelompok bersenjata, yang dimulai pada musim semi 2022 dan meningkat setelah 7 Oktober dengan menggunakan metode yang mirip perang seperti serangan rudal dan serangan pesawat tak berawak.

Di tengah kekerasan pemukim yang mencapai rekor tertinggi, kredibilitas Hamas yang semakin kuat, dan meningkatnya dukungan untuk perjuangan bersenjata di kalangan warga Tepi Barat kelompok ini mungkin menemukan peluang yang lebih besar untuk memperluas pengaruh dan jangkauan operasionalnya. Meskipun persatuan front dan perlawanan yang lebih terkoordinasi, terorganisir, dan simultan terhadap Israel di seluruh Tepi Barat dan Gaza belum terwujud, penyelarasan semacam itu masih mungkin terjadi, tergantung pada perkembangan di lapangan di masa depan.

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus