Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Emir Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah telah menunjuk saudara tirinya Sheikh Meshal al-Ahmad al-Jaber al-Sabah sebagai putra mahkota Kuwait.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arab News melaporkan, Sheikh Meshal mengangkat sumpah hari ini setelah parlemen bersuara bulat merestui penunjukan Emir menjadikan mantan Kepala pasukan keamanan nasional Kuwait selama 13 tahun itu sebagai putra mahkota Kuwait.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, dua anggota keluarga penguasa Kuwait menulis pesan di Twitter yang berjanji setia kepada Sheikh Meshaal sebagai putra mahkota.
Sheikh Meshal, lahir pada tahun 1940, adalah saudara kandung dari Sheikh Sabah, Emir pendahulu Sheikh Nawaf yang almarhum Kamis lalu.
Sheikh Meshal adalah sosok yang menjadi wakil kepala Pengawal Nasional Kuwait sejak 2004. Ia dianggap sebagai salah satu orang paling berkuasa di korps elit yang bertugas mempertahankan wilayah emirat.
“Sheikh Meshal dipandang sebagai bagian dari aparat keamanan,” kata Cinzia Bianco, seorang peneliti di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri.
Bianco berpendapat bahwa Sheikh Meshal tidak memiliki hubungan yang akrab dengan kaum Islamis dan Ikhwanul Muslimin.
Putra mahkota yang baru ini telah menghabiskan bertahun-tahun di Kementerian Dalam Negeri, di mana ia naik pangkat menjadi kepala departemen penyelidikan umum dari 1967 hingga 1980.
Sheikh Meshal secara luas dipuji karena memperkuat fungsi departemen sebagai layanan keamanan negara.
Dania Thafer, direktur dari Forum Internasional Teluk, berkata pada Al Jazeera bahwa dibandingkan dengan kandidat lain yang diduga menjadi putra mahkota, Sheikh Meshal tidak memiliki dugaan skandal dan kontroversi yang terkait dengannya.
“Dia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Emir Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah, dan dipandang memiliki hubungan baik dengan tetangga seperti Arab Saudi dan UEA,” kata Thafer.
“Dia juga orang yang menemani almarhum Emir (Sabah) ke Amerika untuk perawatan medis.”
FERDINAND ANDRE | AL JAZEERA