Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Siap berkelahi 100 tahun

Wawancara tempo dengan nabih berri, 50, tokoh syiah amal, tentang kemelut di negerinya (libanon) dan cita-citanya membentuk negara libanon (tidak mengakui eksistensi pemerintah libanon). (ln)

17 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAMPAN dan pandai bicara, itulah sang Pengacara Nabih Berri, 50. Tokoh masyarakat Syiah Libanon ini berhasil membina organisasinya, Amal, sebagai kekuatan militer yang belakangan semakin disegani. Karena sikapnya moderat, ia tak luput dari kritik - khususnya dari kelompok radikal. Kemelut negerinya kini tidak melunturkan cita-cita Berri akan adanya persatuan bangsa dan negara Libanon. November silam, di markasnya di Beirut Barat, ia menerima koresponden TEMPO, Nasr Tamara, untuk sebuah wawancara. Kutipannya: Anda mengatakan tak ada pemerintahan di Libanon. Apa maksudnya? Pemerintah di sini sejak dulu tak pernah mendirikan suatu negara, melainkan suatu perusahaan yang dimiliki golongan Maronite. Mereka itu seperti Mafia, menguasai segalanya untuk mereka sendiri. Pemimpin Syiah, Musa Sadr, pada awal tahun 1970-an selalu menyerukan agar keadilan ditegakkan. Kalau tidak, akan terjadi revolusi. Dan kita lihat, jadi bagaimana Libanon sekarang. Mengapa tentara begitu lemah di Libanon? Setiap kali saya memikirkan persatuan Libanon, otomatis saya memikirkan tentara. Supaya Libanon ada, mesti punya tentara. Tentara yang buruk bisa diubah menjadi baik. Tapi kalau sebuah negara sama sekali tidak punya tentara, nah, itu baru soal besar. Selama sepuluh tahun terakhir ini boleh dibilang bahwa Libanon merupakan negara tanpa tentara. Masa depan Libanon bagaimana? Anda optimistis atau pesimistis? Saya tidak pesimistis, juga tidak optimistis. Tapi Libanon memang terlalu ruwet. Itulah sebabnya kami akan berunding lagi dalam Konperensi Jenewa II. Apakah dalam Amal dan masyarakat Syiah Libanon ada perbedaan antara pemimpin politik dan agama? Lihat, baik Syiah maupun Suni bukan agama. Yang agama ialah Islam. Dalam Islam, setiap orang yang beragama dapat jadi pemimpin. Tak ada pemisahan antara pemimpin politik dan pemimpin agama. Tak ada hirarki dalam Islam. Bagaimana hubungan Anda dengan Khomeini? Tidak ada hubungan organisasi. Kami ini organisasi yang menolong orang miskin. Amal tidak membeda-bedakan Islam dan non-lslam. Kami siap membantu orang Libanon dari kelompok yang mana pun. Dalam Amal, ada juga orang-orang Suni dan Kristen, meski jelas mayoritasnya Syiah. Keadilan merupakan prinsip utama, perjuangan melawan Israel merupakan tugas utama. Kami membina hubungan dengan umat Islam sedunia, termasuk Iran. Kami aktif dalam politik di Iran sebagai wakil kekuatan mayoritas negara ini (maksudnya: Libanon). Dengan Syiah sebagai mayoritas, apakah Anda akan menuntut supaya Syiah diberi peran lebih besar? Jadi presiden, misalnya. Sekali lagi Amal bukan gerakan keagamaan. Sebagai orang Sylah, saya tidak minta kursi presiden. Syarat mutlak untuk presiden haruslah cakap dan mampu, seperti yang terjadi di mana-mana. Saya ingin hanya orang-orang kompeten yang duduk dalam pemerintahan. Mengapa Anda begitu moderat? Memang saya moderat untuk banyak hal. Dapat Anda saksikan di Konperensi Jenewa. Namun, saya bisa keras menuntut hak-hak saya. Misalnya, tuntutan supaya Israel segera pergi dari Libanon. Saya ingin membebaskan negeri saya dari pendudukan tentara asing. Mengapa Anda tidak minta supaya tentara Syria keluar sekaligus? Saya bicara prioritas. Israel harus keluar lebih dulu. Setelah itu, baru kita merundingkan soal-soal lain. Anda bisa membedakan tamu yang tinggal di sini lima sampai tujuh hari lalu keenakan dan tidak mau pergi (Syria) dengan pencuri yang ingin menguasai harta milik kami (Israel). Jalan apa yang mesti ditempuh supaya Libanon berdaulat kembali, kukuh bersatu, dan tidak Jiamuk perang saudara lagi? Konperensi Jenewa sudah merupakan permulaan yang baik. Tapi itu baru satu langkah dari 1.000 mil. Namun penting. Terus-terang, sampai sekarang saya belum melihat jalan terbuka bagi masalah Libanon. Saya memimpikan Libanon menjadi suatu bangsa dan negara, bukannya suatu usaha perdagangan atau sebuah toko besar seperti yang jadi kenyataan sejak tahun 1943 sampai kini. Mereka yang berkuasa telah menjadikan negeri ini sebuah toko besar dan setiap orang mencuri di dalamnya. Berapa lama impian Anda itu akan tercapai? Entahlah. Yang jelas, saya tidak mau kembali kepada Konstitusi 1943. Pakta Nasional yang sering digembar-gemborkan itu tidak pernah ada. Yang ada hanyalah penindasan oleh yang berkuasa. Saya mencita-citakan Libanon untuk semua. Untuk itu, saya siap berkelahi 100 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus