TAMPAN dan pandai bicara, itulah sang Pengacara Nabih Berri, 50.
Tokoh masyarakat Syiah Libanon ini berhasil membina
organisasinya, Amal, sebagai kekuatan militer yang belakangan
semakin disegani. Karena sikapnya moderat, ia tak luput dari
kritik - khususnya dari kelompok radikal. Kemelut negerinya kini
tidak melunturkan cita-cita Berri akan adanya persatuan bangsa
dan negara Libanon. November silam, di markasnya di Beirut
Barat, ia menerima koresponden TEMPO, Nasr Tamara, untuk
sebuah wawancara. Kutipannya:
Anda mengatakan tak ada pemerintahan di Libanon. Apa maksudnya?
Pemerintah di sini sejak dulu tak pernah mendirikan suatu
negara, melainkan suatu perusahaan yang dimiliki golongan
Maronite. Mereka itu seperti Mafia, menguasai segalanya untuk
mereka sendiri. Pemimpin Syiah, Musa Sadr, pada awal tahun
1970-an selalu menyerukan agar keadilan ditegakkan. Kalau
tidak, akan terjadi revolusi. Dan kita lihat, jadi bagaimana
Libanon sekarang.
Mengapa tentara begitu lemah di Libanon?
Setiap kali saya memikirkan persatuan Libanon, otomatis saya
memikirkan tentara. Supaya Libanon ada, mesti punya tentara.
Tentara yang buruk bisa diubah menjadi baik. Tapi kalau sebuah
negara sama sekali tidak punya tentara, nah, itu baru soal
besar. Selama sepuluh tahun terakhir ini boleh dibilang bahwa
Libanon merupakan negara tanpa tentara.
Masa depan Libanon bagaimana? Anda optimistis atau pesimistis?
Saya tidak pesimistis, juga tidak optimistis. Tapi Libanon
memang terlalu ruwet. Itulah sebabnya kami akan berunding lagi
dalam Konperensi Jenewa II.
Apakah dalam Amal dan masyarakat Syiah Libanon ada perbedaan
antara pemimpin politik dan agama?
Lihat, baik Syiah maupun Suni bukan agama. Yang agama ialah
Islam. Dalam Islam, setiap orang yang beragama dapat jadi
pemimpin. Tak ada pemisahan antara pemimpin politik dan pemimpin
agama. Tak ada hirarki dalam Islam. Bagaimana hubungan Anda
dengan Khomeini? Tidak ada hubungan organisasi. Kami ini
organisasi yang menolong orang miskin. Amal tidak
membeda-bedakan Islam dan non-lslam. Kami siap membantu orang
Libanon dari kelompok yang mana pun. Dalam Amal, ada juga
orang-orang Suni dan Kristen, meski jelas mayoritasnya Syiah.
Keadilan merupakan prinsip utama, perjuangan melawan Israel
merupakan tugas utama. Kami membina hubungan dengan umat Islam
sedunia, termasuk Iran. Kami aktif dalam politik di Iran sebagai
wakil kekuatan mayoritas negara ini (maksudnya: Libanon).
Dengan Syiah sebagai mayoritas, apakah Anda akan menuntut supaya
Syiah diberi peran lebih besar? Jadi presiden, misalnya. Sekali
lagi Amal bukan gerakan keagamaan. Sebagai orang Sylah, saya
tidak minta kursi presiden. Syarat mutlak untuk presiden
haruslah cakap dan mampu, seperti yang terjadi di mana-mana.
Saya ingin hanya orang-orang kompeten yang duduk dalam
pemerintahan.
Mengapa Anda begitu moderat?
Memang saya moderat untuk banyak hal. Dapat Anda saksikan di
Konperensi Jenewa. Namun, saya bisa keras menuntut hak-hak saya.
Misalnya, tuntutan supaya Israel segera pergi dari Libanon. Saya
ingin membebaskan negeri saya dari pendudukan tentara asing.
Mengapa Anda tidak minta supaya tentara Syria keluar sekaligus?
Saya bicara prioritas. Israel harus keluar lebih dulu. Setelah
itu, baru kita merundingkan soal-soal lain. Anda bisa membedakan
tamu yang tinggal di sini lima sampai tujuh hari lalu keenakan
dan tidak mau pergi (Syria) dengan pencuri yang ingin menguasai
harta milik kami (Israel).
Jalan apa yang mesti ditempuh supaya Libanon berdaulat kembali,
kukuh bersatu, dan tidak Jiamuk perang saudara lagi?
Konperensi Jenewa sudah merupakan permulaan yang baik. Tapi itu
baru satu langkah dari 1.000 mil. Namun penting. Terus-terang,
sampai sekarang saya belum melihat jalan terbuka bagi masalah
Libanon. Saya memimpikan Libanon menjadi suatu bangsa dan
negara, bukannya suatu usaha perdagangan atau sebuah toko besar
seperti yang jadi kenyataan sejak tahun 1943 sampai kini. Mereka
yang berkuasa telah menjadikan negeri ini sebuah toko besar dan
setiap orang mencuri di dalamnya.
Berapa lama impian Anda itu akan tercapai? Entahlah. Yang jelas,
saya tidak mau kembali kepada Konstitusi 1943. Pakta Nasional
yang sering digembar-gemborkan itu tidak pernah ada. Yang ada
hanyalah penindasan oleh yang berkuasa. Saya mencita-citakan
Libanon untuk semua. Untuk itu, saya siap berkelahi 100 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini