BEGITU pemimpin pemberontakan ~Mindanao Kolonel Noble dikawal ketat masuk Manila, dua bom meledak lagi. Satu meledak di markas besar angkatan bersenjata, Kamp Aguinaldo, menghancurkan sebuah jip dan melukai seorang sipil, Sabtu pekan lalu. Yang lain meledak di halaman Departemen Keuangan, esoknya, tanpa korban. Pengeboman yang sengit dua bulan terakhir di Manila -- sudah lebih dari 40 bom meledak -- anehnya, tak satu pun membawa korban jiwa. "Semua itu tampaknya direncanakan agar bom meledak ketika sekitarnya lagi sepi," kata sumber militer pada TEMPO. Tapi tak bisa dicegah bila keresahan lalu tumbuh di semua kota, bahkan merasuk ke daerah. Menurut seorang pengamat, belum pernah Manila setegang akhir-akhir ini. Dan inilah, katanya, akibat hubungan antara pemerintah dan militer yang makin tak serasi. Dari penyelidikan, diduga bom-bom itu berasal dari tiga kelompok. Pertama, peledakan di kantor-kantor perusahaan asing terutama Amerika, dilakukan oleh YOU. Sedangkan RAM, pimpinan Honasan, memilih sasaran lembaga bank-bank dan industri, khususnya yang dimiliki Menteri Perdagangan dan Industri Jose Concepcion, dan Domingo Lee, pengusaba Cina-Filipina -- pendukung kuat Presiden Aquino. Kelompok ketiga adalah kaum loyalis, pengikut mendiang Presiden Marcos yang tidak punya sasaran khusus. Diduga, di luar ketiga kelompok itu, masih ada satu lagi. "Yang ini sangat misterius. Apakah ini dari golongan sayap kiri, yaitu pemberontak komunis, atau yang lain," kata sumber itu. Desas-desus mengatakan bahwa pengeboman misterius itu dilakukan atas perintah Menteri Hankam Fidel Ramos sendiri. Menurut seorang atase militer yang tak bersedia disebutkan identitasnya, pengeboman yang tak pernah makan korban itu cuma untuk mengguncang rasa aman rakyat. Tujuannya, "supaya kelihatan pemerintah kurang mampu mengatasi kerusuhan," katanya pada TEMPO. Bila demikian, rakyat akan menengok pada tentara, dan siapa lagi bila bukan Jenderal Ramos, Menhankam yang sekaligus wakil Pangab -- Pangab dirangkap oleh Cory Aquino. Caroline Hernandez, seorang ahli politik di University of The Philippines yang turut menyiapkan laporan Komisi Davide -- komisi yang ditugasi mengusut percobaan kudeta Desember 1989 -- mengatakan bahwa militer minta pembagian kekuasaan. "Mereka merasa revolusi yang menggulingkan Marcos sebenarnya hasil jerih payah mereka. Bahwa merekalah yang memberi kekuasaan pada Aquino," kata Hernandez. Pengamat yang lain bilang, dirangkapnya jabatan Pangab oleh Aquino yang wanita itu masih sulit diterima oleh kebanyakan anggota militer. Soal itulah, ditambah hal-hal yang sudah umum diketahui -- pemerintah sipil yang dinilai korup dan tidak memperhatikan kepentingan prajurit, anggaran militer yang kecil, gaji prajurit yang tak cukup -- menjadi sumber keresahan. Benar atau tidak, kebanggaan anggota militer di Filipina memang tipis. Mereka merasa rendah diri bila membandingkan dengan kondisi militer di negara tetangga, sesama ASEAN. Sementara negara lainnya sudah memiliki jet tempur F-16, mereka cuma punya F-5 dan jet Phantom T-28. Akibatnya, wibawa pimpinan tak sampai ke bawah. Menhankam Jenderal Fidel Ramos sendiri mengakuinya. "Kejadian di Mindanao bukan akibat kelalaian intelijen kami, tapi karena sejumlah perwira menolak melakukan tugas masing-masing." Tipisnya kebanggaan yang berakibat pada kurangnya disiplin itulah yang menghambat operasi penangkapan pemberontak. Padahal, kini masih ada enam perwira tinggi, termasuk Kolonel Gringo Honasan yang legendaris itu dan dua orang jenderal yang terlibat dalam pemberontakan sebelumnya, yang bebas berkeliaran. Untuk menegakkan disiplin, Presiden Aquino mulai bertindak keras. "Tidak ada amnesti bagi Noble. Ia akan diajukan ke mahkamah militer," kata Presiden. Juga para pimpinan militer mulai bertindak lebih tegas. Pada hari pemberontakan di Mindanao, misalnya, Letnan Diosdado Valeroso, yang diduga salah seorang pemimpin YOU, langsung ditahan. Sebelumnya, militer bersikap hati-hati, khawatir menyebabkan keretakan dalam militer. Jenderal Ramos baru-baru ini membentuk satuan intelijen sendiri, khusus untuk memonitor gejala keresahan dalam militer yang mungkin bisa menuju pada pemberontakan. Salah satu sebab tindakan itu tampaknya adalah surat terbuka Honasan baru-baru ini. Kolonel itu mengatakan pemberontakan di Mindanao itu baru tahap ~pertama. Memang. Setelah Filipina Selatan, ada kabar bahwa Filipina Tengah pun diam-diam resah. Menurut Senator John Osmena, para pengusaha, politikus, dan tokoh-tokoh masyarakat Cebu, Filipina Tengah, membentuk organisasi bawah tanah bernama Gerakan Kemerdekaan Cebu -- mirip Gerakan Kemerdekaan Mindanao -- yang mencitakan wilayah otonomi. Gerakan itu muncul karena kekecewaan terhadap konsentrasi kekuasaan dan ekonomi yang berlebihan di pusat. Dua hal itu -- ketidakpuasan di daerah dan kekecewaan militer -- bisa sangat merepotkan Cory, yang kabarnya belum tegas-tegas memutuskan apakah ia akan mencalonkan diri lagi tahun depan. Yull Ismartono ~& Tito D. Cruz (Manila)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini