Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HARIAN Inggris, The Guardian, awal pekan lalu tampil dengan halaman muka menyentak: “Selamat Datang Kaukus Neo-Fasis dan Penyangkal Holocaust”. Ada cemas dan kesal menjadi satu dalam tulisan itu. Apa boleh buat, warga Uni Eropa yang terpikat kelompok-kelompok ultranasionalis semakin banyak.
Bertahun-tahun hanya bermain di balik layar, kelompok ini akhirnya mencapai kuota 20 anggota parlemen—dari total 784—untuk disahkan sebagai blok resmi di Parlemen Eropa. Pekan lalu, di Brussel, Belgia, mereka memproklamasikan blok ITS—ini kependekan dari Identity, Tradition, Sovereignty—identitas, tradisi, kebebasan. Dengan kata lain, kelompok ini berhak memperoleh dana kampanye Uni Eropa lebih dari 800 ribu pound sterling (sekitar Rp 12,8 miliar) untuk 2007.
Itulah berkat dua pendatang baru di Uni Eropa: Bulgaria dan Rumania. ITS beranggotakan 20 orang, terdiri atas pemimpin partai dari tujuh negara: Prancis (7 orang), Rumania (5), Belgia (3), Italia (2), Austria (1), Bulgaria (1), dan Inggris (1). Sejumlah nama yang tak begitu populer muncul di dalamnya: Jean-Marie Le Pen dan Bruno Gollnisch dari Prancis, Alessandra Mussolini dari Italia, Andreas Moelzer dari Austria.
Moelzner pernah dikeluarkan dari Partai Kebebasan Sayap Kanan, Austria, dengan tuduhan ekstremis. Alessandra Mussolini adalah cucu diktator fasis Mussolini yang telah lama ingin membentuk kelompok internasional yang resmi. Pemimpin ITS sendiri, Gollnisch, kini tengah menanti putusan pengadilan atas tuduhan menyangkal terjadinya holocaust. Ia dilarang mengajar di universitas di Perancis karena mempertanyakan kebenaran holocaust. Gollnisch membela diri, “Saya dituduh, tapi itu tidak berarti saya bersalah. Sejarah harusnya bebas untuk didiskusikan.”
Pengukuhan kekuatan ekstrem kanan pertama di Uni Eropa ini tentu saja menimbulkan reaksi bergemuruh. Chris Davies dari Liberal Demokrat Inggris menyahut sinis: “Dalam hal untuk mengetahui siapa musuhmu, saya menyambut kelompok baru ini.” Merekalah, kata Davies, orang-orang yang berusaha menggagalkan Uni Eropa. Reaksi senada juga terdengar dari Kelompok Hijau. Kelompok ekstrem kanan itu, kata mereka, “antitesis dari nilai-nilai yang diperjuangkan Parlemen selama ini.”
Menanggapi pandangan skeptis ini, Gollnisch yang juga anggota Partai Federasi Nasional Prancis mencoba menunjukkan betapa kelompoknya diperlukan untuk “mempertahankan secara tepat nilai-nilai kristiani, keluarga, dan peradaban Eropa”. Ia menegaskan, kelompoknya mewakili 23,7 juta pemilih di seluruh negara Uni Eropa. Dan itu sama dengan 25 persen suara dalam pemilu Eropa yang lalu, kata Philip Claeys, anggota Parlemen Eropa dari partai separatis Belgia, Flemish Interest.
Sebagian besar partai yang bergabung dengan ITS dikenal anti-imigran dan menolak sebutan “kanan-tengah”. Perjalanan panjang telah ditempuh untuk membentuk kelompok ini. Sepanjang 1984-1989, berdiri Kelompok Kanan Eropa (Group of the European Right) yang dipimpin Jean-Marie Le Pen dari Front Nasional Prancis. Pada 1989-1994, kelompok ini berubah menjadi Kelompok Teknis kaum Kanan Eropa (Technical Group of the European Right).
Perjalanan mereka tak teramat mulus. Setelah pemilihan umum Uni Eropa pada 1994, ternyata tak cukup anggota Parlemen Eropa yang mendukung terbentuknya kelompok ini. Kini, selain mendapat dana operasional Parlemen Eropa, mereka akan memiliki seorang wakil presiden yang dapat memimpin debat dan membantu mengatur agenda persidangan. Mereka akan lebih leluasa berbicara dalam debat-debat di Parlemen Eropa; mereka bahkan boleh mengusulkan amendemen dalam sidang umum.
Kekuatan ekstrem kanan telah tampil ke gelanggang dengan lebih meyakinkan. Ada bayang-bayang lama yang mengingatkan orang akan ancaman fasisme. Ada benturan kepentingan antara para warga asli-kulit putih Eropa dan para imigran yang selalu bisa dipolitisir.
Andari Karina Anom (AP, BBC, The Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo