Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tekan Hamas, Israel Memblokir Semua Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Israel memblokir masuknya truk bantuan ke Gaza pada Ahad 2 Maret 2025 untuk menekan Hamas menyetujui gencatan senjata sementara versi AS

2 Maret 2025 | 21.46 WIB

Warga Palestina berlari menuju truk pengangkut bantuan yang memasuki Rafah, menyusul gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza selatan, 20 Januari 2025. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) mengatakan 915 truk bantuan memasuki Jalur Gaza pada hari kedua gencatan senjata antara Israel dan Hamas. REUTERS/Mohammed Salem
Perbesar
Warga Palestina berlari menuju truk pengangkut bantuan yang memasuki Rafah, menyusul gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza selatan, 20 Januari 2025. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) mengatakan 915 truk bantuan memasuki Jalur Gaza pada hari kedua gencatan senjata antara Israel dan Hamas. REUTERS/Mohammed Salem

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Israel memblokir masuknya truk bantuan ke Gaza pada Ahad 2 Maret 2025 seperti dilansir Reuters, menuntut Hamas menyetujui rencana Amerika Serikat untuk perpanjangan gencatan senjata tahap pertama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fase pertama gencatan senjata berakhir pada Sabtu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Hamas sejauh ini menolak untuk menerima perpanjangan sementara di bawah proposal utusan Donald Trump, Steve Witkoff.

Seorang juru bicara kelompok Palestina Hamas mengatakan pemblokiran pasokan ke Gaza adalah "pemerasan murahan" dan "kudeta" pada perjanjian gencatan senjata dan mendesak mediator AS, Qatar dan Mesir untuk campur tangan.

menginginkan fase kedua dari kesepakatan itu berjalan seperti yang dinegosiasikan semula, dengan pembebasan sandera dan tahanan Palestina dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan sebelumnya bahwa mereka ingin mengadopsi proposal oleh utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, untuk gencatan senjata sementara di Gaza untuk periode Ramadan dan Paskah.

Proposal yang sangat menguntungkan Israel itu dilontarkan beberapa jam setelah fase pertama gencatan senjata yang disepakati sebelumnya berakhir.

Jika disepakati, perpanjangan gencatan senjata tahap pertama akan menghentikan pertempuran hingga akhir periode puasa Ramadan sekitar 31 Maret dan liburan Paskah Yahudi sekitar 20 April.

Gencatan senjata akan memaksa Hamas membebaskan setengah dari sandera Israel yang hidup dan mati pada hari pertama, dengan sisanya dibebaskan jika tercapai kesepakatan tentang gencatan senjata permanen.

Hamas mengatakan pihaknya berkomitmen pada gencatan senjata yang awalnya disepakati yang telah dijadwalkan untuk bergerak ke fase kedua, dengan negosiasi yang ditujukan untuk mengakhiri perang secara permanen, dan telah menolak gagasan perpanjangan sementara gencatan senjata 42 hari.

Sumber-sumber Mesir mengatakan pada Jumat bahwa delegasi Israel di Kairo telah berusaha untuk memperpanjang fase pertama selama 42 hari, sementara Hamas ingin pindah ke fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata.

Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, mengatakan pada Sabtu bahwa kelompok itu menolak "formulasi" Israel untuk memperpanjang fase pertama.

Pada fase pertama gencatan senjata, Hamas menyerahkan 33 sandera Israel, serta lima orang Thailand yang dikembalikan dalam pembebasan yang tidak dijadwalkan. Ini dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan dan sandera Palestina dari penjara Israel dan penarikan pasukan Israel dari beberapa posisi mereka di Gaza.

Pada perjanjian awal, fase kedua dimaksudkan untuk memulai negosiasi atas pembebasan 59 sandera yang tersisa, penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, dan akhir perang.

Namun, pembicaraan tidak pernah dimulai karena Israel melanggar kesepakatan itu dan memaksa semua sanderanya harus dikembalikan agar pertempuran dihentikan.

"Israel tidak akan mengizinkan gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami," kata kantor Netanyahu, mengumumkan bahwa masuknya semua barang dan pasokan ke Jalur Gaza akan dihentikan.

"Jika Hamas bersikeras menolaknya, akan ada konsekuensi tambahan."

Hamas telah mengecam langkah Israel sebagai "pemerasan" dan "kudeta terang-terangan terhadap perjanjian".

"Kami menyerukan kepada mediator untuk menekan pendudukan untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian, dalam semua fasenya," katanya, menambahkan bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan sandera kembali adalah dengan mematuhi perjanjian dan memulai pembicaraan untuk fase kedua.

Mengomentari penangguhan masuknya bantuan kemanusiaan, pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa keputusan itu akan berdampak pada pembicaraan gencatan senjata, menambahkan kelompoknya "tidak menanggapi tekanan".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus