Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Terobosan nuklir dua muka

Amerika serikat & uni soviet sepakat untuk menghapuskan semua peluru kendali jarak dekat & menengah di balik ini ternyata ada terobosan lain ke arah perlombaan senjata yang sama sekali baru.

26 September 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH bertahun-tahun menelusuri "labirin" perundingan pembatasan nuklir, dua negara adidaya Amerika Serikat-Uni Soviet, akhirnya tiba di sebuah koridor tembus. Kedua pihak paling sedikit menghabiskan 15 tahun di meja perundingan, barulah untuk pertama kali dicapai kesepakatan kongkret: mencabut gugus rudal nuklir jarak menengah dan pendek. Peristiwa bersejarah itu terjadi di Washington, Jumat pekan lalu. Awalnya adalah kunjungan Menlu Uni Soviet Eduard Shevardnaze ke Amerika Serikat yang membawa pesan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev. Dalam pesannya Gorbachev kembali menekankan bahwa Uni Soviet tidak menyangsikan pentingnya pembatasan senjata nuklir. Pada tahap lanjut dilangsungkan perundingan empat hari penuh, mencakup pembicaraan antara Shevardnaze dan Menlu AS George Shultz. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan antara Menlu Soviet itu dan Presiden Ronald Reagan. Akhirnya Jumat pekan lalu, Reagan mengumumkan kesepakatan dasar untuk mencabut semua gugus rudal nuklir jarak menengah maupun pendek (530 5.800 kilometer). Sekitar 30 menit kemudian Kantor Berita Soviet TASS memberitakan pertemuan puncak Gorbachev-Reagan akan segera dilangsungkan untuk mengesahkan kesepakatan itu. Termasuk dalam kesepakatan yang spektakuler ini adalah ikhtiar membangun sebuah pusat kontrol untuk menghindari perang nuklir karena kesalahpahaman -- perang itu bisa terjadi hanya karena salah menekan tombol. Persetujuan ini sudah lebih dulu ditandatangani kedua menteri luar negeri di Washington. Walaupun tidak terinci, kesepakatan dasar yang nampak sederhana itu, haruslah diterima sebagai terobosan besar. Dengan penampilan yang luar biasa, kedua pihak menembus dinding-dinding hambatan maharuwet, yang terbentuk di meja perundingan Jenewa, Swiss. Selama bertahun-tahun delegasi Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang bertemu secara tetap di kota itu, tak pernah berhasil menyusun sepotong pun kesepakatan dasar. Dua pertemuan puncak yang juga membahas nuklir -- tahun 1985 di Jenewa dan 1986 di Islandia -- telah gagal total. Dalam usaha membuat terobosan, Presiden Reagan mengabaikan rekomendasi Departemen Pertahanan AS (Pentagon) yang tercermin pada proposal perundingan Jenewa. Reagan mengubah pokok-pokok proposal perundingan di Jenewa itu, dengan mengabaikan rincian penghapusan rudal jelajah Tomahawk. Perundingan justru macet pada masalah ini. Delegasi AS bertahan tidak menyertakan pencabutan Tomahawk, dengan dalih sebagian dari rudal jelajah ini tidak berkepala nuklir. Tujuan sebenarnya seperti dikemukakan Menteri Pertahanan Caspar Weinberger, peluncur-peluncur rudal itu dibutuhkan untuk penyusunan pertahanan strategis ruang angkasa SDI (Strategic Defense Initiative) yang lebih populer dengan Star Wars. Delegasi Uni Soviet menilai pokok itu tidak masuk akal, karena sulit membedakan rudal jelajah yang berkepala nuklir dan yang tidak. Di pihak Uni Soviet, Gorbachev mendesak delegasinya untuk melepaskan tuntutan pencabutan rudal Pershing 1A di Jerman Barat yang memiliki jarak capai 3.000 kilometer. Delegasi Soviet bertahan agar Pershing 1A ini masuk dalam pencabutan rudal jarak menengah, minimal kepala nuklir yang berada di bawah kontrol AS. Alasannya, jajaran Pershing 1A ini bisa mencapai Kremlin. Namun, delegasi AS merasa tuntutan itu sebuah pemaksaan, karena Jerman Barat adalah pihak ketiga yang tak bisa dipaksa tunduk pada kesepakatan pembatasan senjata AS-Uni Soviet. Gorbachev membuat terobosan dengan menghapuskan tuntutan ini. Perincian yang diperkirakan akan disepakati -- untuk kriteria peluru kendali yang dicabut adalah semua rudal dengan basis peluncur tetap di daratan. Tidak termasuk ke dalam kategori ini rudal dengan basis mobil dan rudal yang ditembakkan dari pesawat udara, kapal dan kapal selam. Dengan kriteria ini diperkirakan ada sekitar 1.000 peluru kendali berkepala nuklir dari kedua pihak yang tersebar di benua Eropa dan Asia (wilayah Soviet) akan dibungkam -- dengan jumlah jauh lebih banyak di pihak Uni Soviet. Toh angka itu tak bisa dipastikan, karena tcrdapat perbedaan jumlah peluncur dan peluru kendali berkepala nuklir. Lagi pula, masih dalam penghitungan berapa kepala nuklir yang dipasangkan di tiap-tiap peluru kendali. Namun, jenis-jenis rudal yang akan diberangus sudah bisa dipastikan: Pershing II dan peluru kendali jelajah Tomahawk (keduanya milik AS) SS-20, SS-21, SS-22, SS-23, SS-4 (milik Uni Soviet). Sekutu Amerika Serikat, Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO, yang langsung berkepentingan dengan perjanjian itu tampak waswas. Pershing II AS dipasang di negara-negara Eropa, untuk menangkal serangan Uni Soviet. Kendati mendukung, Sekjen NATO Lord Carrington menyatakan perlu diadakan perombakan strategi pertahanan besar-besaran, bila persetujuan itu disahkan. Soalnya, tanpa pertahanan nuklir, kekuatan templJr seluruh Eropa berada di bawah Uni Soviet. Inilah kerugian di pihak AS. Uni Soviet juga dirugikan, karena pertahanannya bisa terancam di Pasifik Utara. Sudah lama "punggung" Soviet ini diketahui memiliki titik lemah. Pada posisi ini Uni Soviet dijepit jajaran peluru kendali antarbenua (ICBM) AS di Semenanjung Alaska, dan jajaran peluru kendali jarak menengah RRC di perbatasan Sino-Soviet. Sementara itu, satu-satunya jalur logistik ke kawasan ini adalah kerata api Trans-Siberia yang sangat mudah dihancurkan. Lalu terjepitnya pangkalan angkatan laut Vladivostok dan Petropavlovsk di jantung Laut Jepang, membuat basis rudal kapal selam Uni Soviet tak mampu berkutik. Maka, satu-satunya pertahanan Soviet di Pasifik adalah rudal jarak menengah dan pendek di perbatasan Sino-Soviet dan di Kepulauan Kuril. Tapi sesuai kesepakatan, gugus rudal itu harus dicabut. Tapi di titik-titik lemah itu pula kedua pihak sudah bersiap-siap memasuki babak baru perlombaan senjata. AS, menurut para pejabat Pentagon, sedang mengembangkan rudal jelajah Tomahawk tanpa kepala nuklir. Rudal yang mampu terbang rendah ini bisa mcncapai jarak 4.800 kilometer dan memiliki ketepatan tembak sangat akurat karena digerakkan laser karbon dioksida. Rudal yang akan ditempatkan di Eropa ini tidak akan terkena perjanjian pembatasan nuklir karena bisa ditembakkan dari basis-basis bergerak -- percobaan penembakan dari kapal selam mencakup jarak 3.000 km dilakukan bulan lalu. Sementara itu, Uni Soviet diperkirakan sudah menyusun jajaran rudal kapal selam jarak menengahnya, di Samudra Pasifik. Pada akhirnya, kesepakatan di Washington yang spektakuler itu adalah juga kesamaan pendapat dalam hal meninggalkan adu senjata yang ketinggalan zaman. Dengan kata lain juga terobosan menuju lomba senjata yang sama sekali baru. Jim Supangkat (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus