Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat akan meninggalkan upaya untuk menengahi kesepakatan damai Rusia-Ukraina kecuali ada tanda-tanda kemajuan yang jelas dalam waktu dekat. Hal ini diungkapkan Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio pada Jumat seperti dilansir Channel NewsAsia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kami ingin menyelesaikannya dengan cepat," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Sekarang, jika karena alasan tertentu salah satu dari kedua pihak mempersulitnya, kami akan berkata, 'kalian bodoh, kalian tolol, kalian orang-orang jahat, dan kami akan mengabaikannya. Namun, mudah-mudahan kami tidak perlu melakukan itu."
Ketika ditanya, Trump menolak untuk menetapkan batas waktu tertentu berapa lama ia bersedia menunggu.
"Marco benar ketika mengatakan ... kami ingin melihatnya berakhir," kata Trump. Ketika ditanya apakah Presiden Rusia Vladimir Putin mengulur waktu, Trump menjawab: "Saya harap tidak."
Komentar Trump menyusul pernyataan Rubio, diplomat utamanya, yang mengatakan kedua pihak hanya punya waktu beberapa hari untuk menunjukkan kemajuan atau Washington akan pergi.
"Jika perang di Ukraina tidak dapat diakhiri, kami harus beralih," katanya kepada wartawan, setelah pertemuannya dengan mitra-mitra Eropa di Paris pada Kamis.
"Ini bukan perang kami. Kami tidak memulainya. Amerika Serikat telah membantu Ukraina selama tiga tahun terakhir dan kami ingin mengakhirinya, karena ini bukan perang kami," kata Rubio.
Ia mencatat bahwa meski Presiden AS Donald Trump tetap berkomitmen untuk mengupayakan perdamaian, AS juga harus fokus pada prioritas global lainnya.
"Presiden telah menghabiskan 87 hari di tingkat tertinggi pemerintahan ini untuk berulang kali berupaya mengakhiri perang ini. Kami sekarang mencapai titik di mana kami perlu memutuskan dan menentukan apakah ini mungkin atau tidak. Itulah sebabnya kami melibatkan kedua belah pihak," ujar Rubio.
Rubio, bersama Utusan Khusus Presiden Keith Kellogg dan Utusan Timur Tengah Steve Witkoff, mengadakan pembicaraan dengan pejabat tinggi Eropa dan Ukraina di Paris pada Kamis guna membahas cara mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Selama beberapa pekan terakhir, pejabat Trump secara pribadi mengakui bahwa peluang tercapainya kesepakatan damai yang cepat di Ukraina semakin sulit diraih. Komentar Rubio, kata tiga diplomat Eropa, mencerminkan meningkatnya rasa frustrasi di Gedung Putih atas keengganan Rusia untuk mengakhiri perang
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan beberapa kemajuan dalam penyelesaian damai telah dicapai, tetapi kontak dengan Washington sulit dilakukan. Ia mengatakan Rusia berusaha keras untuk menyelesaikan konflik sambil memastikan kepentingannya sendiri. Moskow tetap terbuka untuk berdialog dengan Amerika Serikat, ujarnya.
Pembicaraan di Paris pada Kamis adalah pembicaraan substantif, tingkat tinggi, dan tatap muka pertama tentang dorongan perdamaian Trump yang melibatkan kekuatan Eropa. Rubio mengatakan kerangka kerja perdamaian AS yang ia sampaikan mendapat "sambutan yang menggembirakan".
Kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut pembicaraan itu konstruktif dan positif.
Wakil Presiden JD Vance, yang berbicara di Roma saat bertemu dengan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, mengatakan ia optimistis AS dapat membantu mengakhiri "perang yang sangat brutal" ini.
Seorang pejabat AS mengatakan kedua pihak akan kembali berunding di London pekan depan, memberi Ukraina waktu untuk menyetujui sepenuhnya "term sheet" yang diajukan oleh Washington. Kyiv siap untuk gencatan senjata menyeluruh di laut, darat, dan udara selama sedikitnya 30 hari atau lebih, kata pejabat itu.