Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Beijing – Pemerintah Cina menolak tudingan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, soal adanya manipulasi nilai tukar yuan untuk mendorong kinerja ekspor negeri Tirai Bambu itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca:
Pernyataan Cina ini menanggapi pernyataan Trump pada Jumat, 20 Juli 2018 bahwa Cina dan Uni Eropa melakukan manipulasi nilai tukar mata uang masing-masing.
“Cina tidak berhasrat mendorong pertumbuhan ekspor dengan melakukan devaluasi mata uangnya untuk tujuan berkompetisi,” kata Geng Shuang, juru bicara kementerian Luar Negeri Cina pada Senin, 23 Juli 2018 seperti dilansir Channel News Asia.
Geng melanjutkan,”Terkait tindakan AS yang memprovokasi perang dagang, Cina tidak menginginkan perang dagang tapi tidak takut jika terjadi perang dagang.”
Pernyataan Geng ini menaggapi ancaman Trump pada akhir pekan lalu. Saat itu, Trump mengatakan mempertimbangkan untuk kembali menaikkan tarif impor menjadi 25 persen untuk semua impor barang dari Cina, yang jumlahnya sekitar US$500 miliar atau sekitar Rp7,300 triliun. "Mata uang Cina jatuh seperti batu," kata Trump.
Uang Dolar Amerika dan Yuan. Xaume Olleros/Bloomberg via Getty Images
Saat ini, AS dan Cina telah terlibat perang dagang dengan mengenakan tarif impor untuk total impor dari masing-masing negara sekitar US$34 miliar atau sekitar Rp500 triliun, yang terjadi sejak 7 Juli 2018.
Setelah itu, Trump juga telah mengancam bakal mengenakan kenaikan tarif lagi untuk impor sekitar US$200 miliar atau sekitar Rp2,900 triliun.
Yuan sebenarnya telah melemah sejak sebulan terakhir menyusul perang pernyataan antara Trump dan pemerintah Cina soal kenaikan tarif impor. Saat ini, satu dolar setara dengan 6,81 yuan dari sebelumnya sekitar 6,6 yuan sebulan lalu.
Baca:
Dengan melemahnya nilai tukar yuan, kinerja ekspor Cina bakal meningkat karena harga jual barangnya menjadi lebih kompetitif. Penurunan harga jual barang ekspor ini mengimbangi efek naiknya tarif impor dari AS, yang membuat harga barang ekspor naik.
Soal mata uang ini, Trump juga mengkritik kinerja dolar yang cenderung menguat akhir-akhir ini karena bank sentral the Fed menyatakan bakal menaikkan lagi tingkat suku bunga acuan sebanyak dua kali hingga akhir tahun.
Menurut Trump, ini juga menghilangkan capaian ekonomi domestik dan melemahkan kinerja ekspor AS untuk bersaing dengan negara-negara kompetitor. “Saya merasa tidak senang soal ini,” kata Trump dalam wawancara dengan CNBC pada pekan lalu.