SOAL siapa sebenarnya yang berkuasa di Iran tampaknya akan tetap
jadi masalah kontroversial. Apalagi bila dihubungkan dengan
peristiwa penyanderaan orang Amerika di Teheran yang sudah
berlangsung 3 bulan lebih. Dalam wawancara teve Inggris pekan
lalu, Menlu Sadeq Ghotbzadeh menyinggung persoalan itu. Jika ada
keputusan Dewan Revolusi dan restu Ayatullah Khomeini, katanya,
Pemerintah Iran tak akan segan-segan menggunakan kekerasan dalam
menghadapi mahasiswa militan itu. "Itu pun jika dibutuhkan,"
tambahnya.
Pernyataan Ghotbzadeh ini sejalan dengan suara Abolhassan Bani
Sadr. Sejak Bani Sadr terpilih sebagai presiden, kecaman ke arah
mahasiswa militan itu terasa semakin keras. Contoh yang
menyolok ialah ketika terjadi penangkapan terhadap Menteri
Penerangan, Nasser Minachi, oleh pengawal revolusi tanpa setahu
pemerintah. Waktu itu pihak mahasiswa menuduh Minachi 'punya
hubungan dekat dengan CIA'. Bani Sadr rupanya tak tinggal diam.
Dia menuduh mahasiswa itu sebagai diktator yang ingin membentuk
pemerintahan dalam suatu pemerintahan.
"Bagaimana rasa damai ada di suatu negara jika orang seenaknya
saja menangkap seorang menteri yang bertanggungjawab di tengah
malam tanpa tanya dan tanpa wewenang," kata Bani Sadr. Kecaman
tadi tentu saja diarahkan ke mahasiswa dan ke arah rekannya di
Dewan Revolusi. Dan dalam waktu 24 jam Minachi akhirnya
dibebaskan setelah ada keputusan Dewan Revolusi.
Kemarahan Bani Sadr tak hanya sampai di situ. Dia juga mengecam
tindakan mahasiswa yang mengundang wakil Islam Amerika untuk
menghadiri peringatan setahun Revolusi Iran. Juga tanpa setahu
pemerintah.
"Di manapun di dunia ini, baik di bawah pemerintahan yang biasa,
tindakan yang tidak mempedulikan pemerintah bakal dihukum
berat," kata Bani Sadr. Dia menuduh mahasiswa telah melanggar
konstitusi Islam secara terbuka. "Dengan seluruh peristiwa ini
bagaimana kita bisa mengharapkan pemerintah tidak akan gagal,"
tambahnya.
Dalam suatu tulisan di koran Kayhan, Bani Sadr mengecam
koleganya di Dewan Revolusi. "Cara-cara yang ditempuh Dewan
Revolusi selama ini telah membiarkan terjadi keputusan kelompok
ini atau kelompok itu sesukanya.
Dan selama ini anda tidak pernah menemukan kritik dari Dewan
Revolusi terhadap perbuatan yang melanggar aturan itu," demikian
Bani Sadr.
Tapi kalangan mahasiswa rupanya tak bisa menerima kritik itu.
Seorang jurubicara mahasiswa mengatakan, "mereka yang menyerang
kami sama saja dengan mereka yang menganggap pengambilalihan
kedutaan besar AS itu suatu perbuatan tidak sah."
Kalangan mahasiswa mengaku semua tindakan mereka sudah mendapat
persetujuan Dewan Revolusi. Dan sekali lagi mereka menegaskan
bahwa para sandera tidak akan dilepas sebelum Syah dipulangkan
ke Iran.
Namun Presiden Bani Sadr ditunjuk sebagai Penjabat Ketua Dewan
Revolusi, Jumat pekan lalu, dengan restu Ayatullah Khomeini.
Perkembangan politik mungkin akan jadi lain karenanya. Kini Bani
Sadr memiliki kekuasaan penuh dalam menjalankan pemerintahannya.
Masih tetap jadi soal ialah sejauh mana Ayatullah Khomeini
memberi kesempatan kepada Bani Sadr untuk menggunakan kekuasaan
yang ada padanya. Karena Khomeini tetap merupakan tokoh yang
dianggap mendukung mahasiswa militan itu. Dan ini, misalnya,
terlihat dari kunjungan Hajatolislam Ahmad Khomeini, putra sang
ayatullah, ke tempat penyanderaan itu.
Dalam kunjungannya itu Ahmad Khomeini sekali lagi mengingatkan
bahwa pemerintah AS rupanya belum mau menyadari bahwa sandera
itu hanya akan dibebaskan jika Syah dipulangkan dan harta
rampokannya dikembalikan ke Iran. Dari pernyataan Ahmad Khomeini
ini timbul kesan bahwa ada dua kubu kekuasaan yang sedang
bertarung di Iran, khususnya mengenai masalah sandera. Yaitu
Bani Sadr yang didukung rakyat di satu pihak, dan fraksi
mahasiswa yang tak begitu jelas siapa pendukungnya di pihak
lain.
Cuma sebuah sumber yang dapat dipercaya, begitu tulis koran
Kuwait Al Wathan, mengatakan bahwa Pemerintah Iran telah
memaksa beberapa mahasiswa kiri untuk- meninggalkan kedutaan
besar AS di Teheran. Dari sejumlah 400 mahasiswa yang semula
menduduki gedung itu, sekarang hanya tinggal 50.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini