Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Uni Eropa akan Cabut Sanksi ke Suriah

Uni Eropa akan membantu terciptanya stabilitas di Damaskus setelah terdongkelnya Presiden Suriah Bashar al Assad pada Desember 2025.

27 Januari 2025 | 18.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Eropa dan Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot mengunjungi Bukit Zaitun, di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza antara Israel dan Hamas, di Yerusalem, 7 November 2024. REUTERS/Sinan Abu Mayzer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Jean-Noel Barrot, Menteri Luar Negeri Prancis pada Senin, 27 Januari 2025, mengumumkan sejumlah sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa terhadap Pemerintah Suriah akan dicabut. Hal ini bagian dari upaya Uni Eropa membantu terciptanya stabilitas di Damaskus setelah terdongkelnya Presiden Suriah Bashar al Assad pada Desember 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para menteri luar negeri anggota Uni Eropa telah berdiskusi perihal ini dalam sebuah rapat di Brussels pada Senin, 27 Januari 2025, dengan Kepala Kebijakan Uni Eropa Kaja Kallas. Sebelumnya Kallas mengatakan pada Reuters dia berharap akan ada sebuah kesepakatan untuk melonggarkan sanksi-sanksi terhadap Suriah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Soal Suriah, kami sepakat untuk mencabut sanksi-sanksi tertentu yang telah diberlakukan pada sektor energi dan transportasi serta lembaga-lembaga keuangan yang menjadi kunci stabilitasi keuangan negara itu,” kata Barrot.  
 
Prancis akan mengusulkan agar dijatuhkan sanksi pada pejabat-pejabat Iran yang harusnya bertanggung jawab atas penahanan sejumlah warga negara Prancis di Iran. 

“Saya akan mengumumkan hari ini bahwa kami akan mengajukan pada Uni Eropa dalam beberapa bulan ke depan agar menjatuhkan sanksi pada mereka yang bertanggung jawab atas sejumlah penahanan,” kata Barrot.  

Assad, yang keluarganya berkuasa di Suriah selama 54 tahun, sudah didongkel dari kekuasaan oleh sejumlah kelompok pemberontak pada 8 Desember 2025, yang sekaligus mengakhiri 13 tahun perang sipil Suriah. Perang itu telah menciptakan salah satu krisis pengungsi kemanusiaan terbesar di era modern.   

Assad sendiri memerintah Suriah dengan tangan besi selama hampir 25 tahun. Dia melarikan diri ke Rusia persis pada 8 Desember 2025, setelah kelompok anti-rezim menguasai Damaskus.

Buntut dari kejatuhan rezim Assad ini, Jerman, Prancis, Austria dan beberapa negara Nordik Eropa menjelaskan akan membekukan semua permintaan suaka yang tertunda dari warga Suriah. Dikutip dari Al Arabiya, Berlin dan negara-negara lain mengatakan mereka memperhatikan perkembangan pesat di negara yang dilanda perang tersebut. Sedangkan Wina mengisyaratkan akan segera mendeportasi pengungsi Suriah.

Sumber: Reuters

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus