Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon menuduh Israel melakukan pelanggaran mencolok terhadap resolusi Dewan Keamanan tahun 2006. Resolusi ini menjadi dasar gencatan senjata dengan Hizbullah sejak November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Al Arabiya, pemimpin Hizbullah Naim Qassem juga memperingatkan kesabaran mereka terhadap pelanggaran Israel dapat habis sebelum berakhirnya jangka waktu penerapan gencatan senjata selama 60 hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gencatan senjata Israel Hizbullah mulai berlaku pada 27 November 2024. Namun gencatan senjata ini telah diwarnai oleh pelanggaran dari kedua belah pihak.
"Pagi ini, pasukan penjaga perdamaian mengamati buldoser (militer Israel) menghancurkan tong biru yang menandai garis penarikan antara Lebanon dan Israel di Labbouneh, serta menara observasi milik Angkatan Bersenjata Lebanon tepat di samping posisi UNIFIL di sana," kata pasukan penjaga perdamaian itu.
“Penghancuran yang disengaja dan langsung oleh (militer) atas properti dan infrastruktur UNIFIL yang dapat diidentifikasi dengan jelas milik Angkatan Bersenjata Lebanon merupakan pelanggaran mencolok terhadap Resolusi 1701 dan hukum internasional.”
Pasukan UNIFIL yang diwakili dalam panel yang mengawasi pelaksanaan gencatan senjata, menyerukan semua pihak untuk menghindari tindakan apa pun, termasuk penghancuran properti dan infrastruktur sipil. Tindakan ini dinilai bisa memicu bentrokan antara Israel dan Hizbullah.
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, tentara Lebanon akan dikerahkan bersama pasukan penjaga perdamaian PBB di selatan saat tentara Israel mundur selama periode 60 hari. Hizbullah akan menarik pasukannya di utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer (20 mil) dari perbatasan dan membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan.
Pada akhir Desember, pasukan penjaga perdamaian PBB menyatakan prihatin atas kerusakan yang dilakukan oleh militer Israel di Lebanon selatan. Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya bertindak untuk menghilangkan ancaman apa pun terhadap Israel sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.
Qassem mengatakan Hizbullah telah memutuskan untuk bersabar meski ada batasnya. "Kami telah mengatakan bahwa kami memberikan kesempatan untuk mencegah pelanggaran Israel dan untuk melaksanakan perjanjian, dan kami akan bersabar," katanya.
Ia menekankan bahwa Hizbullah bisa saja tidak menunggu 60 hari hingga batas waktu gencatan senjata berakhir. "Pimpinan perlawanan menentukan kapan harus bersabar, kapan harus mengambil inisiatif, dan kapan harus menanggapi," katanya.