Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Untungnya berdagang dengan soviet

Proyek pemasangan pipa untuk menyalurkan gas alam dari semenanjung yamal, di timur laut siberia melintasi jerman barat-prancis-belanda-belgia-australia dan italia. (ln)

7 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MOMENTUM yang dipilih Presiden Leonid Brezhnev agak tepat. Ia menawarkan diadakannya pertemuan puncak Soviet-AS waktu perbedaan kepentingan antara AS dan sekutunya di Eropa Barat semakin besar. Terutama dalam hal proyek pemasangan pipa untuk menyalurkan gas alam dari Semenanjung Yamal, di timur laut Siberia. Proyek itu akan menelan biaya sebesar US$ 15 milyar. Pipa sepanjang 5800 km direncanakan akan menghubungkan Yamal dengan pihak konsumen di Eropa Barat yang akan ikut pula membangun ladang gas itu sendiri. Suatu konsorsium bank di Jerman Barat yang dipimpin Deuthsche Bank telah menawarkan -- pinjaman sebesar US$4,77 milyar kepada Uni Soviet untuk pembangunan ladang gas itu. Bila proyek ini selesai -- ditargetkan tahun 1986 -- Soviet akan menyalurkan 40 milyar m3 gas setahun ke Eropa Barat. Atau sekitar 25% dari kebutuhannya. Selama ini Eropa Barat mengimpor gas alam Soviet sekitar 9% dari kebutuhannya. Bila pemasangan pipa ini selesai, ketergantungan Eropa Bara pada gas alam Soviet semakin besar. Jerman Barat selama ini hanya mengimpor sekitar 16% dari kebutuhannya, tapi nanti diduga mencapai 28%. Sebuah sumber di Bonn mengatakan angka di bawah 30% belum perlu dicemaskan dalam hal keamanan. Memang buat negara seperti Jerman Barat, Prancis, Belanda, Belgia, Italia dan Austria yang memenuhi sebagian besar kebutuhan energinya dari impor, tawaran Soviet ini tentu saja menarik. Namun seperti dikatakan Ludwig Bauer, Direktur Jenderal Perusahaan Minyak Austria CEMV, "seluruh sumber energi sama aman dan tidak amannya. Lihat saja sumber energi yang ada di seluruh dunia." Negara Eropa umumnya tak begitu mempedulikan apakah pada suatu masa mereka akan mengalami tekanan Soviet hanya karena adanya hubungan pembelian gas alam itu. Dan di saat perdagangan Soviet dengan AS agak dingin, Moskow mendemonstrasikan kemampuannya bahwa ia masih bisa berunding dengan negara-negara Eropa Barat. Pada masa pemerintahan Carter, AS telah memperingatkan sekutunya agar tidak meningkatkan ketergantungan mereka pada Soviet. Karena bisa memperlemah posisi strategis Barat dalam menghadapi Soviet. Menurut rencana, pipa itu akan melintasi Jerman Barat, Prancis, Belanda, Belgia Austria dan Italia. Akan menjadi pembeli juga termasuk Swedia dan Swiss. Prancis dan Jerman Barat direncanakan akan mengambil bagian yang sama, yaitu sekitar 11,87 milyar m3 setahun. Sedang Italia akan mengambil sekitar 7 milyar m3. Sementara itu Belgia, Belanda dan Austria masing-masing akan mengambil 4,4 milyar m3 setahun. Dalam hal pembiayaannya, semua negara itu akan berbagi beban. Walaupun tidak langsung terlilat, AS akan ikut menikmati keuntungan dari penjualan peralatan yang dibutuhkan. Misalnya, perusahaan Caterpillar dan International Harvester akan mensuplai peralatan seharga US$100 juta. Yang jelas ialah tanpa bantuan keuangan negara Barat, Uni Soviet tak mungkin bisa membangun ladang gas alam di Siberia itu. Namun buat negara Barat kesempatan ini sekaligus juga digunakan untuk mendapatkan order bagi ekspor besi baja yang dibutuhkan Soviet. Suatu usaha saling menguntungkan paling tidak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus