MOMENTUM yang dipilih Presiden Leonid Brezhnev agak tepat. Ia
menawarkan diadakannya pertemuan puncak Soviet-AS waktu
perbedaan kepentingan antara AS dan sekutunya di Eropa Barat
semakin besar. Terutama dalam hal proyek pemasangan pipa untuk
menyalurkan gas alam dari Semenanjung Yamal, di timur laut
Siberia.
Proyek itu akan menelan biaya sebesar US$ 15 milyar. Pipa
sepanjang 5800 km direncanakan akan menghubungkan Yamal dengan
pihak konsumen di Eropa Barat yang akan ikut pula membangun
ladang gas itu sendiri. Suatu konsorsium bank di Jerman Barat
yang dipimpin Deuthsche Bank telah menawarkan -- pinjaman
sebesar US$4,77 milyar kepada Uni Soviet untuk pembangunan
ladang gas itu. Bila proyek ini selesai -- ditargetkan tahun
1986 -- Soviet akan menyalurkan 40 milyar m3 gas setahun ke
Eropa Barat. Atau sekitar 25% dari kebutuhannya.
Selama ini Eropa Barat mengimpor gas alam Soviet sekitar 9% dari
kebutuhannya. Bila pemasangan pipa ini selesai, ketergantungan
Eropa Bara pada gas alam Soviet semakin besar. Jerman Barat
selama ini hanya mengimpor sekitar 16% dari kebutuhannya, tapi
nanti diduga mencapai 28%. Sebuah sumber di Bonn mengatakan
angka di bawah 30% belum perlu dicemaskan dalam hal keamanan.
Memang buat negara seperti Jerman Barat, Prancis, Belanda,
Belgia, Italia dan Austria yang memenuhi sebagian besar
kebutuhan energinya dari impor, tawaran Soviet ini tentu saja
menarik. Namun seperti dikatakan Ludwig Bauer, Direktur Jenderal
Perusahaan Minyak Austria CEMV, "seluruh sumber energi sama aman
dan tidak amannya. Lihat saja sumber energi yang ada di seluruh
dunia."
Negara Eropa umumnya tak begitu mempedulikan apakah pada suatu
masa mereka akan mengalami tekanan Soviet hanya karena adanya
hubungan pembelian gas alam itu. Dan di saat perdagangan Soviet
dengan AS agak dingin, Moskow mendemonstrasikan kemampuannya
bahwa ia masih bisa berunding dengan negara-negara Eropa Barat.
Pada masa pemerintahan Carter, AS telah memperingatkan sekutunya
agar tidak meningkatkan ketergantungan mereka pada Soviet.
Karena bisa memperlemah posisi strategis Barat dalam menghadapi
Soviet.
Menurut rencana, pipa itu akan melintasi Jerman Barat, Prancis,
Belanda, Belgia Austria dan Italia. Akan menjadi pembeli juga
termasuk Swedia dan Swiss. Prancis dan Jerman Barat direncanakan
akan mengambil bagian yang sama, yaitu sekitar 11,87 milyar m3
setahun. Sedang Italia akan mengambil sekitar 7 milyar m3.
Sementara itu Belgia, Belanda dan Austria masing-masing akan
mengambil 4,4 milyar m3 setahun.
Dalam hal pembiayaannya, semua negara itu akan berbagi beban.
Walaupun tidak langsung terlilat, AS akan ikut menikmati
keuntungan dari penjualan peralatan yang dibutuhkan. Misalnya,
perusahaan Caterpillar dan International Harvester akan
mensuplai peralatan seharga US$100 juta. Yang jelas ialah tanpa
bantuan keuangan negara Barat, Uni Soviet tak mungkin bisa
membangun ladang gas alam di Siberia itu. Namun buat negara
Barat kesempatan ini sekaligus juga digunakan untuk mendapatkan
order bagi ekspor besi baja yang dibutuhkan Soviet. Suatu
usaha saling menguntungkan paling tidak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini