Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Salam dari soviet

Tawaran presiden leonid brezhnev untuk menyelenggarakan suatu pertemuan puncak antara uni soviet dengan amerika sejalan/bersamaan dengan bantuan senjatanya untuk kaum gerilya el salvador. (ln)

7 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI tengah gegap gempitanya tuduhan AS bahwa Uni Soviet terlibat dalam mempersenjatai gerilya Marxis di El Salvador, Presiden Leonid Brezhnev tampil dengan ajakan yang simpatik. Ia menawarkan diselenggarakannya suatu pertemuan puncak Soviet-Amerika Serikat. Hal itu dikemukakan Brezhnev pekan lalu dalam pembukaan Kongres Partai Komunis Uni Soviet ke-26 di Moskow. Dengan mengenakan jas berwarna gelap dan beberapa medali terpampang di dadanya, Brezhnev yang berusia 74 tahun itu tampak segar-bugar. Ia bahkan berpidato selama 3 jam 40 menit. Dan selama itu ia berulang kali menghapus bibirnya dengan sapu tangan. Bagian yang kritis dari pidatonya menyinggung masalah hubungan internasional, di samping mencurahkan perhatian terhadap persoalan ekonomi dalam negeri. Namun suara Brezhnev kali ini agak lain. Ia tidak lagi menyinggung masalah perlunya ratifikasi SALT II (Persetuan Pembatasan Senjata Strategis). Padahal itu selalu menjadi tuntutan Soviet terhadap AS selama ini. Dengan nada yang agak merendah Brezhnev mengatakan, "Kami siap untuk melanjutkan negosiasi yang relevan dengan AS tanpa menunda, dengan berpegang teguh kepada hal positif yang sudah dicapai selama ini." Tapi sejak intervensi Soviet di Afghanistan, Desember 1979, Kongres AS sudah tidak tertarik lagi untuk meratifikasi SALT II. Bahkan timbul semacam kesadaran di Amerika bahwa persetujuan itu hanya menghalangi AS membangun militernya, sementara Uni Soviet seenaknya melibatkan diri dalam campur tangan militer di berbagai negara. Termasuk di El Salvador. Sebuah dokumen yang membuktikan keterlibatan Soviet membantu gerilya Marxis di El Salvador telah disebarkan oleh Deplu AS. Dokumen itu berisikan antara lain, sebuah surat orang Salvador, bernama 'Vladimir', yang mengatakan bahwa gudang persenjataan di Kuba sudah penuh dengan senjata yang datang dari negara sosialis. Surat itu, tertanggal 1 November 1980, dibeberkan AS hampir bersamaan dengan tawaran Brezhnev mengadakan suatu pertemuan puncak. Namun dua hari sebelum pembukaan Kongres PKUS, harian Pravda memuat tulisan Menteri Pertahanan Soviet, Marsekal Dmitry F. Ustinov. Ia menuduh AS dan sekutunya melakukan tindakan yang bertentangan dengan usaha peredaan ketegangan. Ustinov, 74 tahun, juga menuduh negara Barat memulai peran dingin. Maka tawaran Brezhnev ini diterima dengan sangat hati-hati oleh AS. Apalagi sejak Ronald Reagan menduduki Gedung Putih, AS menampilkan postur garis keras terhadap pihak Soviet. "Tawaran itu sungguh menarik," kata Menlu Alexander Haig. Tapi Pemerintahan Reagan tampaknya lebih suka mempelajarinya lebih dahulu di samping berkonsultasi dengan sekutunya di Eropa Barat. Dengan PM Margaret Thatcher yang hadir di Washington pekan lalu, Reagan tentu memhahasnya. AS tentu saja menginginkan terbukanya suatu dialog yang serius dan konstruktif dengan Soviet, kata Reagan. Tapi kalangan pengamat di Washington memperkirakan bahwa untuk sementara Reagan mungkin akan lebih mencurahkan perhatiannya kepada masalah budget yang sedang diajukan ke Kongres. Apd lagi Reagan juga memberikan persyaratan bahwa pertemuan itu hanya bisa berlangsung jika masalah peranan Soviet di El Salvador sudah selesai. Buat AS persyaratan ini mungkin sekedar usaha menunda waktu. Tapi pihak Soviet menanggapi pernyataan Reagan itu secara serius. Dalam sebuah wawancara televisi Amerika, seorang pejabat Soviet mengatakan, "Presiden Reagan akan kelihatan bodoh bila ia membiarkan masalah El Salvador merintangi pertemuan puncak negara superpower." Soal waktu mungkin begitu penting artinya bagi Soviet sekarang. Tapi buat AS ada hal lain yang hars diperhitungkannya. Terutama karena ada kepentingan yang berbeda antara AS dan sekutunya di Eropa Barat (lihat box). Ada anggapan bahwa tawaran Soviet itu tak lebih dari suatu basa-basi, yang secara tak langsung berusaha memecah-belah AS dan sekutunya. Berkunjung ke Washington pekan lalu, Menlu Prancis Jean Francois-Poncet mengemukakan perlunya usaha menghentikan segala pernyataan yang akan menjurus ke perang dingin. Ia bahkan secara terperinci mendesak AS untuk mengadakan pembicaraan dengan Soviet dalam soal Afghanistan. Menlu Jerman Barat, Hans-Diettrich Genscher, yang pergi pekan ini ke Washington diduga akan mengajukan hal yang sama. Dengan kata lain, kedua negara sekutu AS itu tampaknya menginginkan pertemuan puncak AS-Soviet terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus