Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
USAID mengumumkan rencana memberikan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) kepada 145.070 orang di Indonesia, senilai USD1.523.235 (Rp23 miliar). Langkah ini salah satu upaya mempercepat akses terhadap pengobatan preventif di Indonesia dalam melawan penyebaran tuberkulosis (TBC).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Untuk memajukan pencegahan TBC secara global, Amerika Serikat melalui Rencana Darurat Presiden Amerika Serikat untuk penanggulangan AIDS (PEPFAR), bekerja sama dengan Fasilitas Obat Global dari Stop TB Partnership. Dalam Sidang Tingkat Tinggi Majelis Umum PBB pada September 2023, Washington berupaya memastikan pengurangan harga sebesar 30 persen untuk pengobatan pencegahan TBC yang lebih singkat yaitu 3HP.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Melalui program ini, Indonesia menjadi salah satu dari 11 negara yang menerima obat pencegahan TBC dari USAID untuk memperluas upaya pencegahan dan mengakhiri TBC secara global. Indonesia mempunyai beban TBC tertinggi kedua di dunia, dengan perkiraan 1.060.000 kasus baru dan 134 ribu kematian setiap tahunnya. USAID akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI untuk mendistribusikan obat-obatan ini.
“Amerika Serikat, melalui USAID, bangga dapat bermitra dengan Kementerian Kesehatan Indonesia untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia, termasuk melawan tuberkulosis,” kata Direktur USAID Indonesia Jeff Cohen.
3HP adalah paduan obat TPT jangka pendek yang disetujui oleh WHO. Obat ini menggabungkan Isoniazid (H) dosis tinggi dan rifapentine (P) dosis tinggi dan diberikan satu kali seminggu selama tiga bulan. Obat TPT dengan 3HP yang berjangka pendek dikaitkan dengan kepatuhan, tingkat penuntasan pengobatan, dan hasil yang lebih baik.
Mengonsumsi paduan obat ini meningkatkan kemungkinan tuntasnya pengobatan hingga tiga kali lipat, sehingga memberikan hasil yang lebih baik dan menyelamatkan lebih banyak nyawa. Pengobatan yang lebih pendek mengurangi beban sistem pelayanan kesehatan dan meningkatkan efektivitas alokasi sumber daya. Pengobatan ini menjadi hemat biaya terkait lebih efisiennya pemanfaatan pelayanan kesehatan dan meningkatnya hasil pengobatan pada pasien.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini