Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh mengungkap pihaknya siap bekerja sama dengan BRICS. Hal itu disampaikan Chinh saat pertama kali menghadiri KTT BRICS pada pekan ini yang diselenggarakan di Kazan, Rusia pada 23-24 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Chinh tidak secara terang-terangan kalau negaranya tertarik bergabung dengan BRICS. Namun jika benar Vietnam bergabung dengan BRICS maka itu akan membuatnya semakin dekat dengan Cina dan Rusia, namun mungkin akan berdampak pula pada hubungannya dengan Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Chinh menegaskan Vietnam siap bekerja sama dengan negara-negara anggota BRICS dan masyarakat internasional untuk mewujudkan gagasan bekerja sama membangun sebuah dunia yang lebih baik bagi semua orang,” demikian pernyataan Pemerintah Vietnam dalam website resminya, Jumat, 25 Oktober 2024.
Sumber pejabat Vietnam yang ikut dalam KTT BRICS mengatakan Vietnam memang tertarik bergabung dengan BRICS, hanya saja waktu dan lingkup kerjanya masih belum jelas. Sedangkan sumber lainnya dari BRICS mengatakan Vietnam sudah mengutarakan ketertarikan menjadi mitra BRICS, di mana ini adalah sebuah langkah menuju kemungkinan anggota BRICS.
Deklarasi KTT BRCIS menyatakan seluruh negara anggota mendukung modalitas BRICS Partner Country Category, namun tidak dijelaskan lebih lanjut. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan lebih dari 30 negara telah mengutarakan ketertarikan bergabung dengan BRICS, namun belum jelas syarat keanggotaan yang mereka inginkan seperti apa.
Hubungan Vietnam dengan negara-negara anggota BRICS sudah kuat. Rusia adalah pensuplai senjata terbesar ke Vietnam, sedangkan Cina adalah mitra ekonomi Vietnam teratas. Chinh menggelar rapat bilateral dengan Presiden Putin di Kazan dan Kepala Rosatom, yakni perusahaan energi nuklir Rusia. Rapat itu ditujukan untuk mendorong kerja sama bidang energi, di mana saat ini Vietnam sedang mempertimbangkan melanjutkan program energi nuklirnya.
Sumber: Reuters
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini