Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kehadiran Menteri Luar Negeri Sugiono sebagai delegasi Indonesia di Konferensi Tingkat Tinggi BRICS, Oktober lalu, memicu keriuhan di media sosial. Hanya selang beberapa hari, warganet Indonesia ramai memperbincangkannya. Termasuk “mata uang BRICS” yang dielu-elukan bakal menjadi simbol kekuatan melawan dolar Amerika Serikat. Mengapa disinformasi seputar pertemuan Rusia dan kawan-kawan ini begitu menarik perhatian dan mudah menyebar?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Hoaks Soal Mata Uang BRICS Menghebohkan Warganet Indonesia
Untuk pertama kalinya, Indonesia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi BRICS Plus yang diselenggarakan di Kazan, Rusia pada 22-24 Oktober 2024. BRICS adalah akronim dari Brazil, Rusia, India, China, dan South Africa (Afrika Selatan); perhimpunan lima negara yang bertujuan memperkuat kerja sama di antara anggotanya untuk perdamaian dan kesejahteraan bersama. Pada kesempatan itu, Indonesia juga menyampaikan keinginannya untuk bergabung dengan BRICS.
Namun gelombang misinformasi bermunculan di media sosial setelah KTT BRICS ke-16 itu usai. Tempo menemukan sekitar 900 konten di Facebook dan 300 konten di Instagram yang terkait kata kunci “mata uang BRICS”.
Dari sejumlah konten tersebut terdapat sejumlah konten yang keliru atau menyesatkan, yakni: “BRICS atau Rusia meluncurkan mata uang BRICS dengan bendera Indonesia”, “Harga konversi BRICS ke US dollar dan Rupiah”, serta “BRICS telah menggantikan US dollar”. Begitu pula dii Tiktok, ratusan narasi beredar dengan berbagai tagar, seperti #matauangbaru, narasi BRICS vs NATO atau US vs BRICS.
Padahal “mata uang BRICS” masih sebatas ide. Belum ada pengumuman resmi mengenai peluncuran mata uang tersebut. Selama ini, kelima negara BRICS menggunakan mata uangnya masing-masing dalam melakukan transaksi perdagangan. Gambar uang kertas yang diulas berbagai video di media sosial, merupakan uang simbolis dan digunakan sebagai cendera mata dalam KTT BRICS. Suvenir itu bukan alat pembayaran resmi apalagi digunakan untuk transaksi yang menggantikan dolar Amerika Serikat.
Sejak disinformasi membanjiri media sosial, tim Cek Fakta Tempo sudah beberapa kali melakukan verifikasi terhadap berbagai klaim tadi. Misalnya verifikasi soal mata uang BRICS yang tidak menggantikan dolar AS, nilai tukar mata uang BRICS terhadap dolar AS, Indonesia meninggalkan dolar AS usai bergabung dengan BRICS, dan keberadaan mata uang BRICS membuat dolar AS anjlok.
Menurut penelitian oleh Agus Subagyo, dkk. berjudul “A Traumatic Relationship: The United States and Indonesia–Russian Relationship”, secara historis hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat diwarnai dengan friksi dan luka masa lalu. Beberapa contoh ketegangan itu adalah ketika Abang Sam menjadi sekutu Belanda selama Indonesia memperjuangkan kemerdekaan, menjadi menyuplai senjata dalam pemberontakan PRRI/Permesta pada tahun 1958, dan memberlakukan embargo senjata terhadap Indonesia pada tahun 1995 - 2005 akibat insiden di Timor Timur.
Peristiwa-peristiwa historis tadi telah menanamkan rasa curiga dan trauma dalam ingatan kolektif Indonesia, sehingga Indonesia enggan untuk sepenuhnya mempercayai atau menjadi bergantung pada AS. “Kewaspadaan ini mendorong Indonesia untuk menjaga hubungan dengan kekuatan alternatif, termasuk Rusia, sebagai perlindungan terhadap potensi pengkhianatan di masa mendatang,” tulis penelitian itu.
Sementara itu, propaganda Rusia banyak memanfaatkan kedekatan Indonesia dengan negara federasi itu. Pada masa perjuangan diplomasi kemerdekaan Indonesia antara tahun 1945-1950, Rusia yang masih tergabung dalam Uni Soviet merupakan salah satu negara yang menyambut baik upaya kemerdekaan Indonesia. Ketika Bung Karno berpidato di Kremlin tahun 1956, umat Islam di negara itu berbondong-bondong datang karena merasa memiliki kedekatan Indonesia.
Dari informasi-informasi yang bertebaran itu, kita perlu memahami dengan lebih teliti mengenai situasi geopolitik yang kompleks antara Indonesia, Rusia dan Amerika Serikat. Sentimen anti-Barat dan romantisasi sejarah kedekatan Rusia seharusnya tak menghalangi kita untuk kritis, bukan?
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Presiden Prabowo Bagi-bagi Bantuan untuk Bayar Utang dan Renovasi Rumah?
Sebuah video pendek berisi pidato Presiden Prabowo Subianto membagikan bantuan untuk membayar utang, diunggah oleh sebuah akun Instagram .
| Hasil Pemeriksaan Fakta
Tim Cek Fakta Tempo menemukan bahwa video tersebut hasil suntingan. Video aslinya adalah pidato perdana Presiden Prabowo saat pelantikannya sebagai Presiden RI ke-8 periode 2024-2029 di Gedung MPR/DPR RI, 20 Oktober 2024 lalu. Dalam pidatonya itu, Prabowo mengatakan bahwa dia telah mengucapkan sumpah untuk menjalankan Undang-undang Dasar dan berbakti untuk negara dan bangsa.
Waktunya Trivia!
Benarkah Video Pembagian Amplop dan Poster Pasangan Calon Bupati di Pamekasan, Madura?
Tempo menerima permintaan dari pembaca untuk memverifikasi video pembagian amplop dan poster salah satu pasangan calon bupati Pamekasan kepada warga dan ditempel di dinding dan bangku sekolah.
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Ada Jenis Lalat yang Membawa Virus dan Berbahaya untuk Kesehatan Manusia?
- Benarkah Pemegang Kartu Indonesia Sehat Dapat Bantuan Tunai Rp3 Juta dan 5 Bansos Dari Pemerintah?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: