Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Viral Video Tak Ada Israel dalam Atlas Kuno 1926, Hanya Ada Palestina

Video viral di media sosial menunjukkan negara Palestina dalam atlas kuno terbitan 1926, sedangkan nama Israel tidak ada

14 November 2023 | 17.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Sebuah video yang menunjukkan buku atlas kuno terbitan 1926 viral di media sosial. Dalam video berdurasi 40 detik tersebut tampak keterangan daratan yang berdekatan dengan Laut Mediterania merupakan wilayah Palestina, sedangkan nama Israel tidak ada dalam atlas itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah akun @fenach_id, dalam narasinya mengaku menemukan atlas dunia itu di sebuah toko antik. “Ini adalah Palestina, maaf bukan negara Israel,” kata seorang pria sambil menunjukkan sebuah gambar peta dalam video yang diunggah lewat akun @fenach_id di X (Twitter) , Minggu, 29 Oktober 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Negara-negara Barat sebelumnya menentang pemberian label Palestina pada peta dunia. Mereka mengklaim bahwa wilayah pendudukan yang terletak di antara Laut Mediterania dan Sungai Yordan itu sebagai Israel. 

Dua raksasa teknologi dunia, Google dan Apple pun secara resmi menghapus nama Palestina dalam aplikasi peta buatannya. Melansir USA Today, kemudian tagar #PalestineIsHere mulai menjadi tren pada 2016 setelah para pendukung Palestina mengecam tindakan Google tersebut. 

Tak Ada Label Palestina di Google Maps

Saat mencoba menelusuri kata “Palestina” di Google Maps, peta menampilkan wilayah Israel. Apabila diperbesar, maka peta hanya menunjukkan wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diberi tanda garis putus-putus sebagai pembatas. Namun, aplikasi tersebut tidak menuliskan Palestina sebagai sebuah negara. 

Dalam pernyataan resminya melalui surat elektronik (email), Google mengatakan pihaknya tidak memberi label pada area perbatasan tersebut karena berpatokan pada konsensus internasional terkait lokasi Palestina. 

Selain Google Maps, perusahaan pengembang aplikasi pemetaan ternama lainnya, yaitu Apple Maps turut menghilangkan kata Palestina. Sedangkan Bing Maps, MapQuest, dan Yandex Maps mengidentifikasi perbatasan di Jalur Gaza dengan Israel sebagai label Palestina. 

Klaim Yahudi Atas Israel

Analis kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) yang berspesialisasi pada kebijakan AS-Timur Tengah, Mitchell Geoffrey Bard menyebut dalam laman Jewish Virtual Library bahwa banyak kesalahpahaman umum yang bermunculan terkait orang Yahudi. 

Menurutnya, banyak orang yang menganggap bahwa Yahudi dipaksa masuk diaspora oleh bangsa Romawi setelah penghancuran Kuil Kedua di Yerusalem pada 70 Masehi. Mereka 1.800 tahun kemudian tiba-tiba kembali ke Palestina dan menuntut kembali negaranya. 

Menurut Mitchell, orang-orang Yahudi telah mempertahankan ikatan dengan tanah air mereka selama lebih dari 3.700 tahun. Mereka mengklaim tanah Israel berdasarkan empat premis, yaitu Tuhan menjanjikan tanah kepada bapa leluhur Abraham, orang-orang Yahudi menetap dan mengembangkan wilayah, komunitas internasional memberikan kedaulatan politik, dan wilayah itu direbut dalam perang defensif. 

Mitchell mengatakan bahwa Palestina bukanlah sebuah negara Arab yang berdiri secara eksklusif. Pendapatnya itu didasarkan oleh pernyataan sejarawan Arab-AS, Philip Hitti dari Universitas Princeton yang memberikan kesaksian menentang pemisahan Israel-Palestina di hadapan Komite Anglo-Amerika 1946. 

Philip berkata, “Tidak ada yang namanya Palestina dalam sejarah, sama sekali tidak”. Menurut Mitchell, Palestina bahkan tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al Quran, melainkan ditulis sebagai tanah suci (al Arad al Muqaddasah). 

Palestina Diakui Sebagai Negara Merdeka?

Akan tetapi, melansir History, Palestina diakui sebagai negara merdeka oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan 135 anggota, terkecuali Israel dan AS. Sedangkan 28 negara anggota lainnya tidak menganggap Israel sama sekali. 

Sementara itu, dalam pemungutan suara yang dilakukan PBB pada 2012 lalu, 138 negara menyatakan dukungan, 9 menolak, dan 41 abstain terhadap keputusan untuk menyetujui Palestina sebagai negara pengamat non-anggota PBB. 

“Saatnya telah tiba bagi dunia untuk mengatakan dengan jelas, sudah cukup agresi, dan pendudukan,” kata Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam Sidang Umum ke-67 PBB, Kamis, 29 November 2012. 

USA TODAY | AL MANAR | UN.ORG | MELYNDA DWI PUSPITA 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus