Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Wajah Damai Sang Mullah

Iran akhirnya membebaskan pelaut Inggris. Sinyal bahwa Iran bisa menempuh jalan diplomasi untuk menyelesaikan masalah program nuklirnya.

9 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka tiga belas justru merupakan angka keberuntungan bagi 15 pelaut dan marinir Inggris, Rabu pekan lalu. Setelah 13 hari mereka ditahan pemerintah Iran dan di tengah ketegangan diplomatik antara Inggris dan Iran, pemerintah Iran secara mengejutkan membebaskan para pelaut Inggris itu. Presiden Mahmud Ahmadinejad dengan senyum lebar menyalami mereka di tangga istana kepresidenan di Teheran. Bekas aktivis mahasiswa ini juga bercanda dengan salah seorang tahanan: ”Apa kabar? Jadi Anda dari perintah liburan.”

Mereka mengenakan pakaian sipil dan Faye Turney, 26 tahun, satu-satunya perempuan di antara mereka, mengenakan kerudung. ”Terima kasih telah melepas kami dan kami mohon maaf atas tindakan kami, ribuan terima kasih atas ketulusan hati membebaskan kami,” ujar Turney. Pelaut lain menyatakan dalam bahasa Inggris: ”Kami berterima kasih atas pengampunan.” Ahmadinejad menjawab dalam bahasa Parsi: ”Sama-sama.”

Satu jam sebelumnya, Ahmadinejad memberikan medali penghargaan kepada komandan pasukan pantai Iran yang menangkap 15 anggota angkatan laut Inggris. Ia juga menggelar konferensi pers yang disiarkan ke seluruh dunia. Menurut Ahmadinejad, meski Iran punya hak menyeret anggota angkatan laut Inggris itu ke pengadilan, dia mengampuni mereka untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad dan Paskah. ”Hadiah bagi rakyat Inggris,” katanya.

Ia mencela pemerintah Inggris yang tak cukup punya keberanian mengakui awak kapalnya berada di perairan Iran ketika ditangkap. Ahmadinejad memin-ta pemerintah Blair tidak menghukum para pelaut itu karena mereka mengaku dan menyatakan kebenaran. ”Setelah pertemuan ini, mereka bebas. Mereka da-pat pergi ke bandara dan mereka dapat pulang ke keluarga mereka,” katanya.

Pembebasan ini mengakhiri silang pendapat antara Inggris dan Iran tentang yurisdiksi penangkapan 15 pelaut dan marinir Inggris itu pada 23 Maret lalu. Inggris ngotot dua perahu motor dari kapal frigat HMS Cornwall itu berada 3,1 kilometer di dalam perairan Irak di Shatt al-Arab. Sebaliknya, Iran menyatakan dua perahu motor itu berada setengah kilometer di dalam perairan Iran. ”Jika pasukan militer melewati perbatasanmu, apakah Anda akan memberikan cokelat sebagai imbalan atau Anda akan menahan mereka?” ujar Dr Ali Larijani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.

Iran menuntut Inggris mengakui kapalnya menyusup ke wilayah Iran. ”Inggris seharusnya mengaku telah menerobos perairan Iran dan menjamin tak akan mengulanginya,” ujar Wakil Presiden Parviz Davudi. Kasus yang sama pada 2004 hanya selesai dalam hitungan hari, dan Inggris juga berjanji tak akan mengulangi insiden itu.

Sebaliknya, Perdana Menteri Inggris Tony Blair menuntut Iran membebas-kan 15 warganya tanpa syarat. Bahkan Blair mengancam akan membawa kasus ini ke Dewan Keamanan PBB, yang baru saja menjatuhkan sanksi kedua bagi Iran karena menolak menghentikan program pengayaan uraniumnya.

Presiden George W. Bush pun mendukung tuntutan sobatnya, Blair, meski masyarakat internasional tahu Amerika menangkapi warga negara asing di Afganistan dan Irak untuk dijebloskan ke kamp Guantanamo. Amerika juga menangkap lima diplomat Iran di Irak tanpa diadili dan hingga kini tak diketahui tempat penahanannya.

Menurut Ali Larijani, sikap garang Blairlah yang membuat kasus penahanan pelaut Inggris itu berkepanjangan. Dalam wawancara dengan televisi Inggris Channel 4 News, Larijani mengatakan dasar penyelesaian masalah ini adalah solusi diplomatik. ”Prioritas kami menyelesaikan kasus ini lewat jalur diplomatik. Kami tak tertarik membuat masalah menjadi lebih rumit,” ujar Larijani.

Maka, setiap kali Blair mengancam Iran, dengan menyatakan awak kapalnya ditangkap di perairan Irak, pemerintah Teheran mempermalukan Blair dengan menayangkan rekaman video pelaut Inggris. Rekaman yang disiarkan televisi ke seluruh penjuru jagat itu berisi pengakuan bahwa mereka berada di perairan Iran saat ditangkap. ”Saya minta maaf karena memasuki perairan kalian tanpa izin,” ujar pelaut Nathan Thomas Summer dalam rekaman video.

Kapten Marinir Chris Air tampil dalam siaran televisi dengan pakaian seragam militer Inggris di depan selembar peta besar Teluk Persia. Ia menunjukkan posisi mereka saat ditangkap, yang dia akui merupakan perairan Iran. Bahkan satu-satunya tawanan perempuan, Faye Turney, sempat mengirim tiga surat ke keluarganya berisi pengakuan yang sama. Penayangan video itu membuat berang pemerintah Inggris karena dianggap melanggar konvensi internasional: mempermalukan tawanan. ”Jika mereka (Inggris) tak berperilaku irasional, kami tak akan memperlihatkannya di televisi,” kata Larijani.

Ketegangan mulai surut ketika Blair menyatakan akan berunding langsung dengan Iran. Terjadi kontak telepon secara intensif di awal pekan lalu antara diplomat Inggris dan Ali Larijani, yang merupakan wakil pemimpin tertinggi Ayatullah Ali Khamenei dalam Dewan Keamanan Nasional Iran. ”London telah mengubah perilakunya beberapa hari ini dan bertindak dengan dasar perundingan,” ujar Wakil Presiden Davudi. Pembicaraan itulah yang membebaskan 15 pelaut Inggris.

Yang menarik, pembebasan itu terjadi dua jam setelah Amerika memberi izin kepada diplomat Iran untuk mengunjungi lima warga Iran yang ditahan Amerika di Irak sejak Januari lalu. Mereka diciduk di konsulat Iran di Kota Arbil dan hingga kini tak jelas tempat penahanannya. Dua hari sebelumnya, Sekretaris II Kedutaan Iran di Bagdad, Jalal Sharafi, juga dibebaskan. Ia diculik sekelompok orang yang mengenakan seragam militer Irak pada 4 Februari lalu.

Iran dan sejumlah politisi Syiah di Bagdad menyatakan penculik Sharafi berasal dari Unit Komando Ke-36 Angkatan Darat Irak yang dikontrol militer Amerika. Tapi Amerika menyangkal berperan dalam penculikan itu. ”Kami sama sekali tak ada hubungannya dengan kasus (penculikan Sharafi) itu,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, Sean McCormack. Tapi, pada saat yang sama, setelah penyerbuan di Arbil, Menteri Luar Negeri Amerika Condoleezza Rice menyatakan Presiden Bush mengesahkan kebijakan menyerang target Iran di tanah Irak.

Menurut majalah New Yorker, Amerika punya kebijakan menangkap warga Iran di Irak sejak Agustus tahun lalu. ”Titah sudah keluar bagi militer untuk mencokok sebanyak mungkin warga Iran,” ujar seorang pejabat senior intelijen Amerika. Serangan Arbil berlangsung beberapa jam setelah pernyataan Presiden Bush, yang mencela Iran sebagai musuh terbesar Amerika di Irak.

Ahmadinejad juga membantah terjadi kesepakatan antara Inggris dan Iran. Tak ada kompensasi pembebasan ini dari pemerintah Inggris. Tapi, kata dia, pemerintah Inggris menjamin insiden yang sama tak akan terulang. ”Tak ada yang khusus dilakukan Inggris. Pemerintah Inggris mengirim secarik catatan, satu memo, kepada Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran, dan di dalam surat itu mereka menyatakan insiden ini tak akan terulang,” ujar Ahmadinejad. Tapi Kementerian Luar Negeri Inggris tutup mulut soal surat itu.

Sejumlah analis menyimpulkan pembebasan pelaut Inggris ini dilakukan karena pemimpin tertinggi Ayatullah Ali Khamenei menilai krisis itu sudah berjalan cukup lama dan bisa tak terkendali, terlebih saat Teheran menghadapi tekanan atas program nuklirnya. Sehari setelah pasukan Inggris itu ditangkap, Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran karena menolak menghentikan pengayaan uranium.

Analis menduga Iran ingin menunjukkan diri bisa mengambil jalan damai. Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier berharap keputusan Iran membebaskan 15 pelaut Inggris merupakan tanda Iran siap berkompromi soal program nuklirnya.

Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Amerika Condoleezza Rice tak akan berbicara langsung dengan Iran sebelum Iran menghentikan program pengayaan uraniumnya. Bahkan bekas Duta Besar Amerika untuk PBB, John Bolton, yakin penangkapan pelaut Inggris itu menunjukkan Iran akan kembali berkonfrontasi dengan Amerika dan sekutunya ketika tenggat yang diberikan Dewan Keamanan terlewati pada 23 Mei mendatang. ”Saya kira Ahmadinejad sebenarnya nekat mengejar senjata nuklir. Itu berarti lebih banyak masalah di kepala kita,” ujar Bolton.

Raihul Fadjri (BBC, Guardian, Daily Telegraph, AP, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus