Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Di Mana Yesus Saat Muda?

Buku James D. Tabor juga mengulas tentang the silent period atau tahun-tahun yang hilang dalam sejarah Yesus. Periode ketika ia berumur 12-30 tahun.

9 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suatu siang, beberapa tahun lalu, dalam sebuah eksvakasi di Sepforis, dekat Nazareth, James D. Tabor, bersama mahasiswa-mahasiswanya menemukan sebuah tembok dan lantai batu di kedalaman dua meter. Lantai ini diperkirakan berasal dari abad 1 Masehi.

"Dr. Tabor, menurut Anda, mungkinkah Yesus sendiri yang menyusun bangunan batu ini?"

Dikisahkan Tabor dalam bukunya, semua saat itu tertawa. Sebab, kemungkinan itu kecil sekali, mengingat luasnya situs Sepforis-yang dahulunya merupakan lokasi ibu kota Herodes itu.

Tabor melakukan penggalian di situ untuk mencoba menjawab "misteri" di mana masa muda Yesus. Sampai kini kisah-kisah mengenai masa kanak-kanak Yesus selalu berhenti saat usianya 12 tahun. Sedangkan Injil Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes langsung menggambarkan Yesus ketika berumur 30 sampai wafatnya. Kehidupan Yesus saat berusia 12-30 tahun tak jelas.

"Memang tak ada dokumen resmi Gereja tentang masa muda Yesus itu," kata Martin Lukito Sinaga, dosen Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Namun pencatatan yang menghilangkan masa muda demikian dalam tradisi Yahudi bukanlah hal yang aneh.

Dalam perspektif budaya Yahudi, sejarah seorang anak digolongkan dalam 8 tahap: Yeled (bayi), Yonek (menyusui), Olel (lebih tua dari menyusui), gemul (disapih), Taph (mulai berjalan), Ulem (anak-anak), Na'ar (tumbuh remaja), dan bahar (usia remaja 14 tahun).

Menurut Martin, catatan tentang kehidupan Yesus saat kanak-kanak hanya ada tiga klasifikasi yang ditulis: saat bayi, saat ia disapih ketika diserahkan di Bait Allah, dan saat remaja berumur 12 tahun-ketika Yesus diajak kedua orang tuanya ke Yerusalem. Usia 12 tahun ini dianggap penting bagi tradisi Yahudi. Sebab, seorang anak laki-laki harus melakukan upacara yang disebut Bar Mitzvah (anak Hukum) di Yerusalem. Pencatatan baru dilakukan lagi ketika Yesus berusia 30 tahun saat ia mengajar di depan khalayak ramai.

Toh tetap periode yang hilang itu menjadi spekulasi yang menarik. Beberapa perspektif baru muncul. Misalnya ada dugaan Yesus di usia mudanya itu mengembara jauh sampai ke Tibet dan Himalaya. Asumsi ini bermula tatkala pada 1887 seorang wartawan perang Rusia bernama Nicolas Notovitch mengunjungi Leh, ibu kota Ladakh-suatu daerah di India utara. Dari seorang rahib Tibet ia menerima informasi adanya lontar tentang kronik kehidupan seorang suci bernama Isa yang disimpan di sebuah wihara bernama Himis.

Notovitch lalu mengunjungi wihara itu dan membujuk Lama setempat agar ia diizinkan melihat sang lontar. Menurut rahib di situ, lontar itu aslinya berbahasa Pali. Notovitch meminta dibacakan halaman demi halaman, dan melalui se-orang pemandu yang menerjemahkannya ia menyalin isi lontar. Menurut dia, kisah Isa di lontar tersebut bercampur baur, tapi intinya ia percaya Yesus saat muda mengembara ke India dan belajar pada para brahmana di kota-kota suci India, dari Rajagriha sampai Benares.

Sekarang keberadaan lontar masih misterius. Ada usaha pelacakan yang kemudian didokumentasi dalam film berjudul Jesus at Himalaya. Jejak nyata tak diketemukan, tapi film ini menunjukkan banyak kisah rakyat di Himalaya bercerita tentang seorang guru muda yang datang dari Barat.

Cerita-cerita Yesus saat muda ke India itu dianggap legenda oleh Tabor: sama fiktifnya dengan kisah Yesus muda yang hijrah ke Mesir. Tabor berpendapat, untuk melacak masa muda Yesus, kita harus memperhatikan pekerjaan Yesus saat itu.

Selama ini umat menerima pekerjaan Yesus adalah tukang kayu. Edisi kitab suci berbahasa Inggris tahun 1526 dari bibel berbahasa Yunani menerjemahkan kata Yunani tekton dengan carpenter. Dan Tabor menolak. Tekton dalam bahasa Yunani secara generik berarti tukang bangunan. Dan menurut Tabor dalam konteks Galilea abad pertama, yang disebut tukang bangunan adalah tukang batu. Zaman itu semua rumah dan gedung dibangun dari batu, karena kayu sangat langka.

Adapun zaman ketika Yesus muda itu, Herodes Antipas, anak Herodes Agung, membangun Sepforis sebagai ibu kota bergaya Romawi. Pembangunan itu menyedot ribuan buruh bangunan dari desa-desa perbukitan Nazareth. Sepforis segera menjadi magnet baru para pekerja. Tabor berspekulasi: dan dari desanya yang kecil di Nazareth, Yesus turut berangkat bekerja sebagai tukang batu. Pembangunan ibu kota itu tentu berlangsung lama 5-10 tahun. Masa muda Yesus dari remaja sampai umur 20-an tersedot di situ. Itu yang menurut James D. Tabor paling masuk akal.

Seno Joko Suyono, Andi Dewanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus