Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

West point, mamamayan, katatagan

Angkatan bersenjata filipina (afp) menyatakan tunduk pada konstitusi. ancaman bagi afp datang dari dalam. marcos mewariskan kebobrokan & sistem klik dalam militer. fidel ramos dan ileto siap membenahi. (ln)

14 Februari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SIAPA pun yang berjalan di luar konstitusi, Cory sekalipun, akan berhadapan dengan saya," ujar Menteri Pertahanan Ileto, sambil mengacungkan cincinnya bertanda West Point.Pensiunan jenderal itu tak cuma bicara gagah-gagahan. Sebagai lulusan West Point, akademi militer paling terkenal di Amerika Serikat, persepsinya mudah diduga. Sikap perwira West Point sudah umum dikenal: militer harus tunduk pada konstitusi. Warna akademi itu juga tampak pada alumnus lainnya, Jenderal Fidel Ramos. Tak lama sesudah hasil ratifikasi Konstitusi '86 diumumkan, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) itu mengeluarkan pernyataan, AFP setia dan tunduk pada pemerintahan Cory yang baru saja disahkan rakyat. "Dan mereka di tubuh militer yang ingin berpolitik hendaknya keluar dari jajaran angkatan bersenjata. Kita tak punya pengeluh yang permanen," katanya tegas, Sabtu pekan lalu. Pernyataan dua lulusan West Point itu sedikit banyak melegakan berbagai kalangan di Filipina, sesudah terungkap besarnya jumlah anggota AFP yang memilih "no" dalam plebisit lalu. Berbagai masalah pun terlontar. Ada ketegangan diam-diam antara Cory - dengan kata lain pemerintahan sipil - dan angkatan bersenjata. Yang dikhawatirkan tak lain kudeta atau keributan sejenis itu. Maka, di samping menghadapi ancaman komunisme di satu sisi, Cory diperkirakan masih harus menghadapi militer - dalam suatu konfrontasi segitiga. Cory sendiri tampaknya tak begitu risau. "Di pihak militer, 60% memilih "yes" dan 40% memilih "no". Dalam bahasa apa pun, ini berarti kemenangan landslide," katanya pekan lalu, dalam pernyataan pertama yang dikeluarkannya setelah mengetahui kemenangan ratifikasi Konstitusi '86. Sementara itu, Prof. Carolina Hernandez, Kepala Jurusan Ilmu Politik Universitas Filipina, yang dikenal sebagai ahli hubungan militer-sipil, mengutarakan kepada Bambang Harymurti dari TEMPO, ada dua prototip suara "tidak" di kalangan militer. "Yang satu tidak membaca rencana Konstitusi '86 yang lain justru membaca terlalu teliti." Menurut Hernandez, kelompok yang tidak membaca sekadar mengikuti perintah komandannya atau ikut-ikutan menyatakan "no". Sedangkan yang membaca teliti punya sikap yang sangat prinsipiil. Maksudnya? Hernandez mengungkapkan, dalam konstitusi baru ada klausul yang melarang pegawal pemerintah dan abdi negara menyusun serikat atau organisasi sekerja. Ini dinilai mereka -- yang terlalu peka di kalangan militer -- sebagai larangan berkelompok yang ditujukan khusus pada mereka. Rasa tersinggung ini beralasan karena di masa kini di antara para perwira AFP memang sedang terjadi kristalisasi. Berbagai kelompok - setengah resmi - bermunculan, dengan berbagai warna pula. Ada yang menampakkan bayangan orientasi politik, ada yang memperjuangkan warna militer, ada yang sekadar berkelompok. Kristalisasi ini adalah salah satu tantangan besar yang mesti dihadapi Fidel Ramos dan Ileto, terutama di saat profesionalisme dan tunduknya AIP pada konstitusi mesti ditegaskan kembali. Tidak mudah menyapu sikap klik-klikan ini, karena pengelompokan sedikit banyak punya andil dalam proses keruntuhan rezim Marcos. Sebuah kelompok yang berperan dan berikhtiar menjatuhkan Marcos adalah kumpulan perwira di bawah nama RAM, singkatan REFORM (Restore Ethics, Fairmindedness, Order, Righteousness, and Morale) The Arms Forees Movement. Di sinilah Fidel Ramos dan bekas Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile bergabung, ketika melancarkan pembangkangan yang berakhir dengan kejatuhan Marcos, Februari tahun lalu. RAM, yang sudah muncul sebelum Cory bangkit dengan People Power, adalah gerakan moral di kalangan militer yang tak puas melihat Marcos mengobrak-abrik AFP untuk kepentingan pribadinya. Namun, sejumlah tokoh RAM berangsur-angsur "membuat dosa". Kolonel Gregori Gringo Honasan, tokoh RAM yang pernah dipuja-puja rakyat, kemudian diangkat menjadi Komandan Dinas Keamanan Departemen Pertahanan. Menterinya ketika itu Enrile, tokoh kawakan yang, selain berwarna militer, sigap pula bermain politik. Diam-diam, keduanya bersekutu menyusun kekuatan. Honasan menghimpunkan pasukan berkekuatan 1.000 orang di lingkungan Departemen Pertahanan, sementara Enrile melancarkan kritik keras terhadap Cory. Karena konsentrasi inilah Enrile dipecat, November tahun lalu. Dinas Keamanan Departemen Pertahanan pun diciutkan personelnya, dan Honasan akhirnya diambangkan tanpa jabatan khusus. Namun, tak pernah terungkap jelas apakah ada rencana kudeta di balik itu. Honasan sendiri pada kenyataannya tidak pernah diinterogasi, apalagi ditangkap. Ia tampaknya masih dihargai. Sesudah peristiwa Enrile--Honasan, muncul pemberontak RAM lainnya, yakni Kolonel Canlas dari Dinas Rahasia Angkatan Udara. Ia berhasil menguasai Televisi Saluran 7 Manila selama 61 jam, Januari lalu. Sikap angkatan udara, yang mendominasi 60% "no" AFP di plebisit, sedikit banyak juga diwarnai RAM. Pasalnya, Kastaf AU Brigadir Jenderal Antonio L. Sotelo adalah salah seorang tokoh RAM. Dari semua kelompok di lingkungan militer, RAM termasuk yang paling bermutu. Sampai kini, idealisme mereka masih kuat berakar. Sebagian anggota RAM, sesuai dengan slogannya, masih teguh mendambakan disiplin. Kepada Ramos mereka senantiasa melancarkan protes bila Kastaf itu bersikap terlalu lunak terhadap para pemberontak - misalnya hanya memberi hukuman push-up pada loyalis Marcos yang berontak Juli tahun lalu. "Anda harus mendera mereka, bukan memberi kembang gula," kata mereka pada Ramos. Kelompok-kelompok lain, yang jumlahnya cukup banyak, mutunya agak di bawah RAM. Ada kelompok plintat-plintut, yang pernah bekerja di bawah Marcos tetapi tak sampai terlibat manipulasi kekuasaan. Kelompok ini menamakan dirinya "We Belong Movement". Ada lagi yang merasa pahlawan karena ketika Marcos berkuasa mereka bertugas di daerah-daerah. Terkenal dengan nama IROG (Integrees Reserve Officer Group), kelompok ini tak begitu suka melihat RAM dipuja-puja. IROG cukup "berotot", karena perwira anggotanya banyak menduduki posisi penentu dalam jajaran AFP sekarang. Ramos mengangkat mereka begitu Marcos jatuh, menggantikan perwira konco bekas penguasa itu, yang kebanyakan hasil didikan wajib militer. AFP di bawah Marcos memang angkatan bersenjata rongsokan. Kekuatan strategisnya patut diragukan, karena garis komandonya sama sekali tak mirip komando militer. Kesemrawutan di satu bidang ini saja, agaknya, tidak pernah terjadi pada angkatan bersenjata mana pun. Struktur AFP pada masa Marcos bukan hanya sebagai kekuatan yang memihak penguasa, tetapi lebih dari itu, menjadi "tentara pribadi", pelindung keluarga Istana Malacanang. Arsiteknya, Jenderal Fabian Ver, saudara sekampung Marcos. Begitu Marcos berkuasa, 1966, Ver, yang komandan Pasukan Komando Keamanan Keluarga Presiden, diangkat mengepalai Dinas Intel dan Keamanan. Dalam jangka 5 tahun, pangkatnya melejit dari mayor ke brigadir jenderal. Dari sana, ia kemudian mendapat peluang besar menduduki jabatan Kastaf AFP. Di lingkungan AFP, Ver mengembangkan garis komando strategis struktur satuan gerak cepat di bawah komando setiap kepala staf. Ketika berkuasa, Ver membawahkan semua satuan yang langsung berhubungan dengan keselamatan presiden -- semuanya dipegang saudara-saudara Ver -- yang dibentuknya juga berlebihan, misalnya Pasukan Pengaman Penerbangan -- yang menembak Benigno Aquino, suami Presiden Corazon Aquino. Juga Pasukan Marinir Pengawal Istana Metro Manila, Batalyon Angkatan Darat untuk Keamanan Presiden, dan sejumlah satuan lagi (lihat Diagram). Di samping itu, ia juga langsung memegang picui instruksi satuan komando kepolisian dan komando daerah-daerah militer yang sebagian besar dipegang kawan-kawan dekat Marcos dan Ver. Kedua kelompok organik militer ini juga dimanipulasikannya semata-mata untuk melindungi Marcos. Sejumlah batalyon perang dikonsentrasikan di Metro Manila dan sekitarnya, sementara pemberontakan berkecamuk di berbagai daerah. Untuk pertahanan daerah, Marcos dan Ver memperbolehkan para tuan tanah membentuk satuan tentara bayaran. Kondisi angkatan bersenjata yang berantakan macam inilah yang dihadapi Fidel Ramos begitu ia naik ke posisi kastaf. Tak ada jalan lain kecuali melakukan reorganisasi dan penegakan disiplin, yang dalam bahasa Tagalog disebut Mamamayan. Semua garis komando dikembalikan (lihat Diagram) ke jalur semula. Yang penting adalah kembalinya garis komando daerah militer ke Komando Wilayah Pertahanan dan Angkatan Darat juga Satuan Komando Kepolisian ke jajaran angkatan-angkatan, tetapi pengendalian kerjanya dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Kepolisian Negara Departemen Dalam Negeri. Langkah ini diikuti pemecatan dan pemensiunan 174 perwira pemegang pasukan. Tetapi ketertiban, atau Katatagan dalam bahasa Tagalog, tak mudah dicapai. Kerusakan dalam tubuh AFP sudah terlalu parah. Kebiasaan berbakti pada atasan membuat tokoh seperti Enrile, misalnya, senantiasa punya peluang untuk memanfaatkan berbagai kelompok dalam tubuh militer. Bahkan perwira-perwira idealis seperti Honasan dapat dibelokkan. Dengan semangat itu pula kelompok perwira loyalis Marcos walau jumlahnya hanya 1% - menancap bagaikan duri dalam daging bagi AFP. Karena kondisi yang terpecah-pecah ini Prof. Hernandez menilai, tak mungkin AFP bertindak terlampau jauh - angkat senjata melawan pemerintah yang sah, misalnya. Yang harus dilakukan Cory sekarang adalah menahan diri. Hernandez berpendapat, Cory tidak perlu campur terlalu jauh dalam proses pendisiplinan AFP seperti halnya mengadili para bekas pemberontak atau mengadakan pembersihan bekas loyalis Marcos. Sikap berhati-hati Ramos dapat dijadikan pedoman. Namun, bila AFP diperlukan untuk menghadapi pergolakan - misalnya serangan-serangan komunis - Hernandez memperkirakan angkatan bersenjata itu tidak cukup tangguh. Karena itu, diperlukan pengembangan dalam arti sebenarnya. "Adalah salah menciutkan anggaran militer saat ini, walaupun kondisi ekonomi sangat memprihatinkan," katanya. Tetapi Cory cukup arif menghitung budget. Anggaran militer 1986 yang baru diumumkan menunjukkan kenaikan cukup besar. "Kami mendapat anggaran 115% lebih besar dari anggaran yang kami ajukan," ujar Kolonel Julian A. Maala dari Ajudan Jenderal Mabes AFP kepada Bambang Harymurti. "Ini belum pernah terjadi sebelumnya." Dan Ramos menyambut gembira kenaikan budget itu. Ia segera mengeluarkan perintah harian, agar semua komandan memperhatikan keperluan setiap anak buah. "Jangan ada lagi prajurit yang telantar atau terserang penyakit di medan operasi," katanya. Ramos, menurut Hernandez, adalah seorang jenderal yang punya sikap ideal sebagai militer profesional. Kastaf itu mengakui eksistensi Komite Kepresidenan untuk Hak-hak Asasi Manusia, suatu sikap militer yang langka dari sebuah negara Dunia Ketiga. Militer negara berkembang biasanya tak mau mengakui hak-hak asasi ini, karena membatasi banyak operasi militer demi terciptanya stabilitas nasional. Namun, sebagai prajurit Filipina, Ramos tetap antikomunis. Dalam salah satu perintah hariannya, ia berjanji kepada jajaran AFP, akan terus menuntut pemerintah agar mengusut kejahatan komunis. "Saya pribadi akan mendesak pemerintah agar pemberontak komunis juga diperiksa badan tertentu seperti Komisi Kepresidenan untuk Hak-hak Asasi Manusia itu," katanya. Jis., Laporan Bambang Harymurti (Manila)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus