Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
EMPAT kali Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (MMC) menerima uang tunai dari PT Interbat. Total Rp 253 juta, dana tersebut masuk melalui rekening Robby Tandiari, Direktur Utama PT Kosala Agung Metropolitan, perusahaan pemilik MMC.
Seperti tertulis dalam catatan keuangan Interbat yang diperoleh Tempo, duit tersebut untuk membiayai pembangunan fasilitas rumah sakit yang berlokasi di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, itu. Sebagai imbal balik, MMC berjanji menjual sebanyak mungkin obat-obatan produksi perusahaan farmasi itu selama setahun, sejak Agustus 2013 sampai September 2014.
Di ruang kerjanya di MMC, Jumat tiga pekan lalu, Robby mengakui adanya kucuran dana tersebut. Dokter spesialis radiologi ini mengatakan mereka mendapatkan diskon penjualan obat, besarnya 10-15 persen untuk periode satu tahun. "Lumrah kan kalau kami minta diskon?" ujarnya.
Menurut Direktur Utama MMC Adib A. Yahya, diskon merupakan kesepakatan antara rumah sakit dan Interbat. Kata dia, setiap tahun MMC membentuk panitia farmasi terapi untuk menyusun daftar kebutuhan obat rumah sakit tahunan, atau formularium.
Setelah formularium beres, pada akhir tahun panitia mencari perusahaan farmasi yang cocok dengan kebutuhan obat yang telah mereka tetapkan. "Kami tawar-menawar diskon obat. Diskon itulah yang dikirim ke rumah sakit dalam bentuk uang," ujar Adib.
Tapi mengapa diskon dibayar di depan, sebelum transaksi terjadi? Adib berkeras itu bagian dari perjanjian. Dalam setahun, jika obat Interbat yang digunakan MMC belum setara dengan bayaran yang sudah mereka terima di depan, menurut dia, penjualan akan ditutupi pada tahun berikutnya.
Catatan yang sama juga menyebutkan nama dua dokter spesialis di MMC yang menerima total Rp 318 juta dari perusahaan di Sidoarjo, Jawa Timur, itu. Ketika ditanyai soal ini, Robby menegaskan hubungan dengan perusahaan obat itu urusan pribadi dokter. "Yang bisa kami lakukan adalah mencoba supaya jangan sampai terus-terusan begitu," katanya.
Pengacara Interbat, Peter Talaway, mengakui Interbat mendekati dokter dan rumah sakit untuk mempromosikan obat mereka. Cuma, ia menyangkal adanya pemberian komisi. "Kalau beli banyak, ya dapat potongan. Itu wajar di mana-mana. Bisnis, kok," katanya di Surabaya, Jumat dua pekan lalu.
MMC bukan satu-satunya rumah sakit yang mendapat kucuran uang pelicin. Interbat menjalin kerja sama serupa dengan 150 rumah sakit negeri dan swasta lain di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Di antaranya ada yang memakai dana tersebut untuk membangun gedung baru rumah sakit, biaya makan dan minum dokter, membeli kendaraan operasional, hingga untuk kegiatan ulang tahun rumah sakit.
Dalam dokumen yang diperoleh Tempo itu, empat rumah sakit milik Hermina Group di Jakarta dan Bekasi tergolong penerima terbesar, sekitar Rp 1,3 miliar, pada 2014. Sayangnya, Hermina Group tak menanggapi permintaan wawancara dari majalah ini.
Jumlah yang cukup besar juga diterima RS Muhammadiyah Babat, Lamongan, Jawa Timur. Sepanjang 2013, mereka mendapat kucuran Rp 456 juta. Kepala Bagian Keuangan RS Muhammadiyah Babat, Ernik Widiya Astutik, membenarkan telah menerima dana dari Interbat. "Uang itu dibelikan mobil untuk keperluan rumah sakit dan sisanya untuk membeli obat-obatan," katanya saat ditemui di kantornya bulan lalu.
Bahkan rumah sakit milik pemerintah ikut mendapat "diskon" dari Interbat. Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta, misalnya, menerima Rp 81 juta secara bertahap pada 2013-2014. Ketika ditanyai soal ini, Jumat dua pekan lalu, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Koja Theryoto berjanji menyelidikinya. "Setelah saya selidiki benar, akan saya berikan sanksi ke pihak-pihak terkait," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo