Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Vampir biasanya merujuk pada monster penghisap darah.
Karl Marx memakai vampir seagai kiasan bagi pemilik modal yang mengisap darah buruh.
Pemerintah menjadi vampir ketika mengisap masyarakat, seperti menerapkan PPN 12 persen.
SEBELUM Robert Eggers menghidupkan kembali sosok vampir Count Orlok dalam film Nosferatu (2024), saya mengenal vampir dari film Bram Stoker’s Dracula (1992) besutan sutradara Francis Ford Coppola berdasarkan novel horor Bram Stoker (1847-1912), Dracula (1897). Dalam film Coppola, Vlad Dracula digambarkan sebagai vampir yang mengisap darah korbannya sedikit demi sedikit sampai akhirnya mati kehabisan darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara umum vampir (vampire) dibedakan dari hantu, yakni roh yang bebas bergentayangan tanpa jasad, sedangkan vampir dibatasi oleh tubuh. Vampir juga dibedakan dari setan kubur atau zombie yang tak memiliki kontrol nalar—mereka dituntun oleh insting lapar dan memakan tubuh korbannya, bukan hanya darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meminum darah makhluk hidup untuk bertahan hidup adalah aktivitas khas vampir. Itu sebabnya istilah vampir digunakan untuk menggambarkan berbagai makhluk mitologis yang gemar meminum darah. Ada pula “vampirisme psikis”, ketika orang mengisap energi orang lain di sekitarnya, yang dalam bahasa gaul disebut si toksik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, vampir adalah kata benda yang bermakna kelelawar raksasa pengisap darah, makhluk halus yang mengisap darah manusia yang sedang tidur, dan pemeras. Untuk makna terakhir itu, kata vampir bisa digunakan sebagai kata kiasan yang tepat dalam kalimat “Pemerintah serupa vampir yang mengisap darah rakyat dengan menerapkan aturan pajak yang mencekik”.
Penggunaan citra vampir yang paling masyhur dalam retorika politik muncul di abad ke-19 melalui tulisan Karl Marx. Marx meminjam citra itu dari rekannya, Friedrich Engels, yang membuat referensi ringan terhadap kelas sosial vampir pemegang properti dalam The Condition of the Working Class in England (1845).
Marx mengambil citra vampir dan mengubahnya menjadi elemen integral terhadap kecamannya kepada kaum borjuis, yang mendukung sistem kapitalis yang mencengkeram perekonomian masyarakat. Bagi Marx, industri Inggris sama dengan vampir yang hidup mengisap darah buruh. Ini serupa dengan kaum kelas menengah Prancis yang mencuri kehidupan kaum petani. Bagi Marx, sistem di Prancis itu sudah “menjadi vampir yang mengisap habis darah dan otak petani, lalu melemparkannya ke ketel modal ahli kimia”.
Marx memandang ada hubungan dasar vampiristik antara pemilik modal dan buruh. Modal mengisap kehidupan buruh dan mengubahnya menjadi benda bernilai atau komoditas. Ini tampak dalam teori nilai lebihnya, yakni selisih antara produktivitas buruh dan upah buruh yang kemudian menjadi keuntungan bagi pengusaha (pemilik modal).
Sebelum Marx, Voltaire sebetulnya telah menggunakan kiasan vampir dalam Philosophical Dictionary (1764). Menanggapi banyaknya laporan tentang vampir di Eropa Timur, dengan sarkastis Voltaire menyatakan, “Kami tak pernah mendengar kata vampir di London atau Paris. Di kedua kota ini, mereka adalah para pemborong saham, pialang, dan para pebisnis yang jelas-jelas mengisap darah orang pada siang hari bolong; mereka tidak mati meskipun bejat. Para pengisap darah tulen ini tidak tinggal di kuburan, tapi di istana-istana yang megah.”
Sementara pada masa lalu Marx menggunakan sosok vampir sebagai kiasan untuk menggambarkan keserakahan kaum pemodal yang mengisap jerih payah kaum buruh, saya kira sekarang vampir bisa digunakan untuk menggambarkan pemerintah yang mengisap sumber daya rakyat. Salah satunya keputusan pemerintah menaikkan pajak pertambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen. “Tak ada seni yang bisa dipelajari dengan cepat oleh pemerintah selain seni memeras uang dari kantong rakyat,” kata sosiolog Adam Smith.
Dalam film Bram Stoker’s Dracula, korban vampir meminta pertolongan ilmuwan dan ahli metafisika Abraham Van Helsing untuk menangkal kejahatan Dracula. Ketika pemerintah menjelma menjadi vampir yang mengisap darah rakyatnya, apakah Van Helsing bisa mengatasinya? ●
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo