ORANG-orang pintar di negeri dingin berusaha menyimpan panas
matahari talam bak air di kolong rumah. Malam hari, kalau surya
sudah tak bersinar, panas itu dilepas untuk menghangatkan rumah.
Dan begitulah seterusnya, berulang kali.
Malah di Swedia, rumah hemat enerji yang dirancang oleh AB
Atomenergi dan AB Oesgoeta-Byggen tapat menyimpan kelebihan
panas matahari di musim panas, untuk dilepas di musim dingin.
Waduk panas mataharinya, adalah sebuah tabung yang bergaris
tengah 50 motor, dan "dipendam" 12 motor dalamnya dalam sumur
berpenyekat panas sempurna di kolong rumah.
Alam sendiri, juga punya waduk panas matahari yakni samudera
dan laut dalam. Sebagian tenaga matahari tertimbun dalam air
laut. Sehingga lapisan yang dalamnya 610 motor di bawah muka
laut 22øC lebih dingin dari atas di permukaan. Selisih temperatur
ini dapat digunakan untuk menggerakkan turbin listrik.
Eksperimen Bandung
Cairan penggeraknya bukan air laut itu sendiri. Tapi cairan
freon, propan atau amoniak yang juga digunakan dalam kulkas.
Cairan pendingin itu dalam pipa di permukaan laut akan mengisap
panas matahari melalui dinding tabung. Karena penyerapan panas,
cairan pendingin itu akan mengembang menjadi gas. Pengembangan
gas itulah yang menggerakkan turbin.
Setelah melaksanakan tugasnya, gas itu akan diembunkan lagi
dengan air pendingin dari lapisan laut di kedalaman 600 motor
itu. Selanjutnya cairan pendingin. Itu dialirkan lagi ke
permukaan laut, dan sempurnalah siklus ini. Orde besaran listrtk
yang dapat dibangkitkannya, menurut Dr M.S.A. Sastroamidjojo
dari FIPA Gajah Mada, tak kurang dari 100 Mogawatt.
Buat Indonesia, teknologi pembangkit listrik panas samudera itu
mungkin dapat diterapkan di perairan Maluku yang dalamnya
sampai puluhan ribu motor. Namun untuk membuat generator
terapung dengan pipa-pipa freon sampai kedalaman 600 meter,
perlu teknologi yang tak gampang.
Itu sebabnya Lembaga Elektroteknika Nasional di Bandung berusaha
mengembangkan ide lain yang lebih murah. Yakni memanfaatkan
sifat air laut yang bergaram itu sebagai larutan elektrolisa.
Bertolak dari prinsip elemen Volta - dua elektroda sen dan
tembaga dalam larutan asam surfat (H2SO4) menghasilkan arus
listrik - dicobalah menyadap arus listrik langsung dari air
laut. Percobaan ir Sumarjato Kajatmo, Direktur LEN-LIPI, yang
menggunakan elektroda seng dan karbon, berhasil mombangkitkan
tegangan 1,5 volt/sel.
Kami sengaja mencari bahan Yan mudah didapat, agar nelayan pun
dapat menterapkan teknologi ini, tutur ir Kajatmo kepada TEMPO
yang berkunjung ke laboratorium LEN-LIPI minggu lalu. Caranya
membuat eloktroda karbon juga unik: arang batok kelapa, dicetak
menjadi kepentingan elektroda.
Hanya saja metode LEN ini baru berhasil membangkitkan arus
listrik air laut solama 30 jam, dengan tegangan yang terus
menurun. Maka LEN masih terus bereksperimen sambil minta bantuan
ahli-ahli kimia, agar sel listrik air laut itu dapat menjawab
kebutuhan listrik kaum nelayan serta rambu-rambu laut.
Tanker Tanpa Minyak
Di samping metode tadi, masih dikembangkan pula pemanfaatan
gerak pasang-surut dan ombak laut. Inggeris misalnya, sedang
mencoba memanfatkan gerak pasang-surut dari muara sungai
Severn yang jauhnya 9 motor, untuk menggerakkan turbin-turbin
berkekuatan 2000 sampai 4000 megawat. Perancis sedang membangun
tua proyok listrik pasang-surut di pantai laut Tengah dan pantai
Atlantik.
Kalau Eropa sibuk moncoba memanfaatkan gerak pasang-surut air
laut, Jepang borusaha memanfaatkan gerak ombak. Japan Marine
Science d Technoloy Center misalnya, saat ini sedang membangun
kapal mirip tanker dengan 1 generator listrik ombak laut yang
berkekuatan total 2200 kilowatt. Kapal yang diharapkan segera
selesai itu, dirancang akan berpestapora di atas golombang
setinggi 3 meter dan sepanjang 6 moter (lihat Gambar).
Eksperimen Itu tak baru di negeri Sakura. 10 tahun yang lalu
sudah ada yang membangun generator listrik ombak laut untuk
menghidupkan rambu-rambu pelabuhan dengan kapasitas 60 watt
saja.
Eksperimen ini pun mungkin masih terlalu jauh dari para ahli
Indonosia. Di samping itu, laut di katulistiwa memang tak begitu
bergolak seperti di belahan bumi Utara, sehingga selisih
pasang-surutnya tak seberapa. Begitu pula gelombangnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini