Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Alternatif Itu Semakin Dekat ?

Konferensi internasional para ahli energi di new delhi, india, membahas penggunaan energi matahari di asia dan dunia ke-3. energi matahari dapat diubah menjadi energi listrik dan energi panas. (ling)

21 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RATUSAN sarjana dan ahli enerji berkumpul dan berdiskusi selama lima hari di New Delhi, India sejak hari Minggu kemarin. Yang dibahas adalah satu sumber enerji matahari. Maklum, matahari tak pernah absen memancarkan enerjinya ke luka bumi, sementara minyak bumi bakal habis. Konferensi intel-nasional itu penting, jika diingat yang dibicarakan memeng sudah bukan teori lagi. Hanya sebulan sebelum konferensi dibuka, sekelompok sarjana Amerika yang sudah 25 tahun meneliti sumber enerji itu dengan optimis mengemukakan: Dalam 5 sampai 10 tahun mendatang, enerji matahari akan digunakan secara luas di Asia." Juga di negeri-negeri Dunia Ketiga lainnya, terutama Afrika. Yang mengatakan itu adalah Dr Paul Rappoport, Direktur Institut Penyelidikan Tenaga Matahari A.S. yang berkedudukan di Colorado, seperti disiarkan oleh lembaga penelitian lingkungan Earthscan di London. "Tenaga matahari" itu khususnya ditangkap dengan sel-sel silicon (selanjutnya ditulis: silikon) murni. Bila disinari matahari, sel itu dapat melepaskan tenaga listrik. Satu sel berukuran 4 cmÿFD dapat membangkitkan 0,38 volt. Dengan merangkaikan banyak sel matahari, seperti yang sudah dicoba pula di Pusat Penerangan Penetrapan Tenaga Matahari Universitas Gajah Mada tegangannya dapat dinaikkan jadi 12 volt -- untuk mengisi aki. Timbunan tenaga listrik dalam aki itu kemudian dapat digunakan di malam hari. Daya listrik yang dapat diharapkan dari baterai atau rangkaian sel matahari itu berkisar dari 1 sampai 1000 watt. Hambatan Masih Ada Pengembangan tenaga matahari melalui baterai listrik matahari itu di AS sana didukung oleh Kongres. Khususnya melalui Biro Penilaian Teknologi (Office of Technology Assessment). Menurut penyelidikan badan Kongres itu, dua tahun lagi sel-sel matahari akan dapat menyediakan tenaga listrik seharga kurang dari 2 dollar per kilowatjam. Dua atau tiga tahun kemudian, biaya tenaga listrik-matahari akan turun lagi sampai kurang dari 1 dollar/kilowat jam. Ancar-ancar pemerintah Amerika untuk tahun 1986: biaya listrik-matahari seharga 50 sen dollar/kilowatjam. Hambatan terbesar sampai saat ini adalah usaha mendapatkan silikon murni. Meskipun zat kimia yang peka terhadap cahaya itu kini tersebar di seluruh dunia di darat maupun di laut dalam bentuk pasir kwarsa, toh ongkos produksinya masih cukup tinggi. Harga satu ton silikon murni jadi 65 dollar AS. Atau sekitar Rp 27 ribu per ton. Namun mengingat proses produksi silikon ini cukup padat karya, diharapkan pembuatannya di negeri-negeri berkembang yang masih rendah gaji buruhnya akan menurunkan harga silikon murni berikut sel matahari. Itu sebabnya dewan penasehat Presiden Jimmy Carter untuk Kwalitas Lingkungan mengusulkan agar pemerintah AS mengekspor teknologi sel matahari itu ke negeri berkembang. Tenaga matahari model lain yang juga dibahas di New Delhi adalah tenaga panas matahari. Pengalaman praktis sekali lagi menunjukkan bahwa penyinaran matahari pada lempeng logam yang disatukan dengan tabung air berliku-liku seperti radiator mobil dapat memamaskan air sampai titik didih atau uap sanpai 200ø C. Kalau mau diubah lagi menjadi tenaga listrik akan dicapai tenaga listrik dalam orde besaran kilowat . Bisa di Desa Terpencil Kedua jenis teknologi tenaga matahari ini tampaknya lebih cocok dengan kebutuhan enerji di negeri-negeri berkembang. Instalasi tenaga matahari mini seperti ini mudah didirikan di desa yang paling terpencil sekalipun. Cara pengoperasiannya pun tak perlu minyak pelumas atau penggantian onderdil berkali-kali seperti pembangkit listrik yang bermotor. Paling-paling sel yang sudah mati perlu diperbaharui. Luas tempat yang membutuhkan tak banyak. Sebab satu meter persegi rangkaian sel matahari sudah dapat menampuug 1 kilowat enerji matahari dalam cuaca terang. Tapi tenaga matahari tak cuma berguna bagi penduduk miskin di negeri miskin. Juga penduduk kaya di negeri kaya - yang saat ini semakin tergantung pada bahan bakar fosil seperti minyak batubara dan gas alam--memerlukannya. Anlory B. Lovins dalam bukunya Soft Energi Paths: Toward a Durable Peace (Pelican Books. 1977) mengusulkan arah baru dalam pembangkitan energi yang disebutnya arah enerji lunak. Strategi itu lebih menjagokan sumber energi yang lestari seperti matahari, angin, dan tetumbuhan. Lovins tak menyangkal, bahwa ada juga cara pembangkitan tenaga matahari yang raksasa dan sangat tinggi teknologinya. Misalnya menampung panas mata hari dengan cermin raksasa di padang pasir, memanfaatkan selisih temperatur akibat penyinaran tenaga matahari di samudera (lihat: "Tenaga Dalam" Sang Laut), atau menyedot sinar matahart tongan satelit lalu dipancarkan lagi ke cermin raksasa di bumi. Tapi cara-cara itu ditolak oleh Lovins, yang juga menentang tenaga nuklir dengan alasan sama: "Skalanya tak ekonomis bagi kebanyakan konsumen. Apakah Indonesia juga akan menempuh jalan "energi lunak" itu? Prof. Sumitro Djojohadikusumo dalam proyeksi tahun 2000-nya yang sudah diperbaharui dan dilaporkan pada Presiden minggu lalu, menyatakan bahwa energi matahari sudah waktunya mulai digarap secara serius. Di samping batubara, gas alam, dan panas bumi (goo-thermis). Namun kapan ancar-ancarnya, dan berapa persen dari kebutuhan enerji total tahun 2000 tak tapat disebutkan oleh sang peramal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus