Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

177 Spesies Burung di Indonesia Sedang Terancam Punah, Terbanyak di Dunia

Spesies burung Kancilan ekor-hitam terkonfirmasi hidup di Indonesia melalui catatan pengamatan yang dikumpulkan melalui platform sains warga eBird.

4 Mei 2022 | 15.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 177 spesies burung di Indonesia saat ini berada dalam kategori terancam punah. Mereka berasal dari data jumlah spesies burung paling mutakhir di Tanah Air yang sebesar 1818 spesies berdasarkan perkembangan penemuan, kepunahan, penggabungan dan pemisahan spesies.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di tingkat global, jumlah 177 spesies itu menjadikan Indonesia mengalami ancaman kepunahan terbesar, yakni 12 persen dari keseluruhan burung terancam punah di dunia. Pendataan dilakukan BirdLife International dan International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Setiap tahunnya dilakukan kajian ulang status keterancaman sejumlah spesies menanggapi perubahan tingkat ancaman, perubahan populasi, revisi taksonomi, maupun adanya data-data terbaru terkait spesies yang dikaji,” kata Biodiversity Officer Burung Indonesia Achmad Ridha Junaid dalam keterangan tertulis yang dibuat akhir April lalu.

Berdasarkan hasil kajian itu, sebanyak 96 spesies burung di Indonesia dalam kategori Rentan (Vulnerable/VU), 51 dalam kategori Genting (Endangered/EN), dan 30 dalam kategori Kritis (Criticaly Endangered/CR). Termasuk dalam kategori kritis adalah kakatua sumba (Cacatua citrinocristata) yang merupakan hasil pemecahan dari kakatua-kecil jambul-kuning yang juga sudah berstatus Kritis.

Adapun Maleo senkawor (Macrocephalon maleo), puyuh sengayan (Rollulus rouloul), dan pergam hijau (Ducula aenea) merupakan tiga spesies yang mengalami peningkatan status keterancaman.

Maleo senkawor mengerami telurnya dengan cara menimbun di dalam tanah. Namun, terdapat sekitar dua pertiga tempat peneluran maleo senkawor yang diketahui sudah tidak dikunjungi lagi oleh individu dewasa dan terjadi penurunan jumlah burung yang mengunjungi situs-situs peneluran yang masih aktif dalam tiga generasi terakhir.

Wilayah Lombongi memiliki tempat rekreasi pemandian air panas dan juga wisata burung endemik, spesies burung maleo. Foto: @like_sigi

Hal tersebut mengindikasikan adanya penurunan populasi spesies burung ini. “Hutan dataran rendah yang terus berkurang di dalam area persebarannya, membuat maleo senkawor semakin terancam terhadap kepunahan, kini statusnya Kritis,” kata Ridha.

Selain itu, populasi puyuh sengayan juga diperkirakan telah menurun 30 persen dalam tiga generasi terakhir karena hilangnya habitat dan perburuan liar. Sedangkan untuk pergam hijau juga semakin mengkhawatirkan karena penurunan populasi yang disebabkan hilangnya tutupan hutan sehingga masuk dalam kategori Mendekati Terancam (Near Threatened/NT).

Sebaliknya untuk cerek jawa (Charadrius javanicus) yang sebelumnya dianggap memiliki sebaran yang terbatas, kini mengalami penurunan status keterancaman. Sebelumnya, spesies ini dianggap hanya menghuni pesisir Pulau Jawa dan Pulau Kangean.

Namun, dengan penambahan bukti dan laporan dari lapangan, cerek jawa ternyata terkonfirmasi menghuni habitat pesisir selatan Sumatera
(Lampung), Sulawesi, Meno, Semau, dan Flores. “Dengan demikian spesies tersebut tidak mendekati ambang batas kategori Rentan dan dimasukkan ke dalam kategori Risiko Rendah,” tutur Ridha.

Penambahan spesies burung di Indonesia

Ridha menambahkan, sejak awal 2021 hingga awal 2022, ditemukan penambahan sebanyak delapan spesies baru burung di Indonesia. Tiga di antaranya berasal dari deskripsi spesies baru, dua berasal dari catatan perjumpaan baru untuk Indonesia, dan tiga spesies lainnya merupakan penambahan yang disebabkan adanya revisi pada klasifikasi atau taksonomi burung.

Tiga spesies yang baru dideskripsikan adalah sikatan kadayang (Cyornis kadayangensis), kacamata meratus (Zosterops meratusensis), dan burungbuah satin (Melanocharis citreola). Dua yang pertama tersebar sangat terbatas di Pulau Kalimantan, sedangkan burungbuah satin merupakan spesies baru dengan persebaran sangat terbatas di Pulau Papua.

Sementara itu, penambahan dua spesies baru adalah kancilan ekor-hitam (Pachycephala melanura) dan tepus-permata mahkota (Ptilorrhoa geislerorum). Kancilan ekor-hitam memiliki persebaran utama di Australia dan Papua Nugini, kehadirannya di Indonesia terkonfirmasi melalui catatan pengamatan yang dikumpulkan melalui platform sains warga (eBird) dengan lokasi pengamatan berada di wilayah Pulau Komolom, Papua Barat.

Status Burung di Indonesia 2022. Sebanyak 177 spesies berada dalam kategori terancam punah. Angka itu terbesar di dunia. INFOGRAFIS/Burung Indonesia Channel.

Sedangkan untuk tepus-permata mahkota sebelumnya diketahui tersebar terbatas di wilayah Papua Nugini, ternyata tersebar juga sekitar 900 kilometer lebih jauh ke arah barat yaitu di Pulau Yapen, Papua. “Populasi tepus-permata mahkota di Pulau Yapen diperkirakan terisolasi dari populasi lainnya,
sehingga perlu ada penelitian lebih lanjut untuk memastikan kemungkinan divergensi populasinya sebagai subspesies baru tersendiri,” kata Ridha.

Kangkok ranting (Cuculus optatus), sikatan tanajampea (Cyornis djampeanus), dan kakatua sumba merupakan tiga spesies yang
menambah dalam daftar spesies burung di Indonesia tahun ini setelah mendapatkan predikat sebagai spesies penuh atau revisi taksonomi.

Untuk kakatua sumba, perbedaan karakteristik morfologi menjadi landasan utama pemecahan spesiesnya dari kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulpurea). Kakatua sumba memiliki ukuran paruh yang lebih besar, sayap dan ekor yang lebih panjang, bulu penutup telinga yang sebagian besar berwarna jingga pucat, dan jambul panjang berwarna jingga.

"Paruh individu remaja kakatua sumba lebih gelap dibanding remaja taksa kakatua-kecil jambul-kuning lainnya, sehingga memperkuat dasar pemecahan kakatua sumba sebagai spesies tersendiri,” kata Ridha.

 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus