Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Badan Geologi Selidiki Fenomena Sinar Api dari Kawah Tangkuban Parahu

Kecuali gempa, hasil aneka pengukuran tak menunjukkan adanya peningkatan aktivitas pada Gunung Tangkuban Parahu. Lalu apa arti sinar api itu?

13 Februari 2023 | 23.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas memantau aktivitas Kawah Ratu pascaletusan freatik di Gunung Tangkuban Parahu, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu, 27 Juli 2019. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, tengah meneliti fenomena titik atau sinar api dari dalam kawah Ecoma, salah satu kawah di Gunung Tangkuban Parahu. Fenomena itu terdeteksi melalui kamera CCTV pada Kamis, 9 Februari 2023, pukul 18.30 WIB, sampai Jumat 10 Februari pukul 03.00 WIB. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pelaksana tugas Kepala Badan Geologi, M. Wafid, mengatakan tim sudah dikirim untuk memeriksa temuan tersebut pada esoknya, 10 Februari 2023. Namun, pemeriksaan visual yang dilakukan malam tidak mendapati adanya titik api dari lubang Kawah Ecoma.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasil pemeriksaan tampak cerah, angin kencang, tampak asap ke luar dari lubang kawah Ecoma bertekanan kuat. Terdengar suara gemuruh cukup kuat, tercium gas sulfur cukup kuat. "Tapi tidak terlihat adanya titik atau sinar api di lubang Kawah Ecoma,” kata Wafid, dalam keterangan tertulis, Senin 13 Februari 2023.

Pengukuran suhu solfatara di Kawah Ecoma menggunakan kamera termal memperlihatkan suhu yang bervariasi. Di lubang Kawah Ecoma terukur temperatur maksimum 105 derajat Celcius. Pengukuran gas di sekitar kawah tersebut tidak mendeteksi gas-gas vulkanik dengan konsentrasi tinggi.

“Pengukuran konsentrasi relatif untuk gas CO2 dan H2S, pengukuran suhu kawah, dan suhu tanah di sekitar kawah pada periode 1 Januari 2022 sampai 11 Februari 2023 dengan menggunakan VOGAMOS secara telemetri relatif stabil tidak memperlihatkan adanya indikasi peningkatan,” tutur Wafid.

Fenomena titik api terjadi di antara data pemantauan aktivitas kegempaan yang meningkat. Ada peningkatan gempa harmonik antara Juli 2022 hingga Agustus 2022, gempa Low Frequency terpantau berfluktuasi antara Juni 2022 hingga Februari 2023.

Menurut Wafid, keberadaan gempa-gempa itu bisa mengindikasi adanya pergerakan aliran fluida ke permukaan. "Anomali panas yang terdeteksi diduga akibat pemanasan yang terindikasi oleh terekamnya Gempa Tremor Spasmodik berdasarkan analisa frekuensi dari rekaman gempa Gunung Tangkuban Parahu,” kata Wafid.

Wafid mengatakan, pemeriksaan visual pada 10 Februari 2023 tidak mendapati titik panas atau sinar api yang berhubungan dengan adanya migrasi magma ke permukaan. Fenomena titi api atau sinar api yang terdeteksi melalui kamera CCTV di Kawah Ecoma pada 9-10 Februari 2023 disimpulkan bukan disebabkan adanya magma yang naik ke permukaan.

“Namun demikian, adanya spot panas atau titik atau sinar api yang terpantau pada kamera CCTV bisa disebabkan oleh adanya aliran fluida yang naik ke permukaan dan menyebabkan pemanasan di area kawah," katanya lagi.

Fluide ke permukaan kemudian bereaksi dengan batuan terutama endapan belerang yang ada di sekitar lubang kawah. "Sehingga menimbulkan titik api/sinar api yang terpantau oleh kamera CCTV infrared,” kata Wafid.

Wafid menambahkan, Badan Geologi memutuskan untuk tetap mempertahankan status Gunung Tangkuban Parahu di Level 1 atau Normal. Rekomendasi mengantisipasi ancaman bahaya disesuaikan dengan ancaman terkini gunung tersebut.

Diantaranya, masyarakat, pengunjung, wisawatan, atau pendaki dilarang turun ke dasar Kawah Ratu, dan kawah-kawah aktif lainnya di gunung tersebut. Mereka juga dilarang menginap di dalam kawasan kawah aktif saat cuaca mendung dan hujan mengantisipasi untuk menghindari gas vulkanik yang berbahaya.

“Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas,” kata Wafid.

Gunung Tangkuban Parahu memiliki sejumlah kawah. Diantaranya Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Baru, Kawah Lanang, Kawah Ecoma, Kawah Jurig, Kawah Siluman, Kawah Domas, Kawah Jarian, serta Pangguyangan Badak.

Pilihan Editor: Dua Gempa Manokwari di Antara Rentetan Gempa Jayapura 


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus