Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti mengklaim Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi di hulu Sungai Ciliwung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mampu mengurangi debit banjir ke hilir. Kedua bendung kering ini melengkapi Bendung Katulampa sebagai satu sistem pengelolaan air saat curah hujan tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Ketiganya bekerja secara terintegrasi,” kata Diana kepada Tempo pada Kamis, 10 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Diana, Bendungan Ciawi dan Sukamahi berfungsi sebagai pengendali aliran dari hulu, sedangkan Bendung Katulampa menjadi “pemantau” yang memberi peringatan dini potensi banjir di hilir.”
Kementerian Pekerjaan Umum mencatat ada 14 wilayah sungai di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), meliputi Sungai Cisadane, Angke, Pesanggrahan, Sekertaris, Grogol, Krukut, Cideng, Ciliwung, serta Kali Baru Timur. Ada juga Sungai Cipinang, Sunter, Buaran, Jatikramat, serta Cakung.
Bendungan Ciawi dan Sukamahi berada di Sungai Ciliwung yang melewati Bogor, Telaga Cisaat, Katulampa, Depok, Manggarai, Istiqlal, Istana Merdeka, kemudian bermuara di Pantai Marina Ancol. Dua proyek strategis nasional (PSN) yang dibangun dengan biaya hingga Rp 1,3 triliun di era kepemimpinan Joko Widodo itu diklaim bisa memarkir air Ciliwung sebelum sampai ke Katulampa. Keduanya baru diresmikan pada tahun lalu.
Bendungan Ciawi yang memiliki volume tampung 6,05 juta meter kubik didesain untuk mereduksi debit banjir hingga 111,75 meter kubik per detik, untuk periode ulang 50 tahun. Adapun Bendungan Sukamahi, dengan volume tampung 1,68 juta meter kubik, dapat mereduksi debit banjir periode ulang 50 tahun hingga 15,47 meter kubik per detik.
"Tidak seperti bendungan pada umumnya, dry dam hanya menahan air saat hujan deras atau banjir agar aliran ke hilir dapat direduksi," kata Diana.
Alasan Bendung Katulampa Meluap
Diana menyatakan curah hujan yang sangat lebat pada 2 Maret 2025 tercatat di beberapa wilayah hulu Sungai Ciliwung. Intensitas hujan tertinggi, yaitu sekitar 167 milimeter per jam dan 113,5 milimeter per jam, masing-masing tercatat di Perkebunan Gunung Mas dan di Cilember.
Hujan deras itu meningkatkan aliran masuk atau inflow ke Bendungan Ciawi sebanyak 267,17 meter kubik per detik, sedangkan ke Bendungan Sukamahi 7,1 meter kubik per detik. Bendungan Ciawi mengikis debit air dan menyisakan outflow sebesar 211,41 meter kubik detik. Artinya ada pengurangan 20,87 persen di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung.
Meski begitu, kata Diana, hujan yang merata di seluruh DAS Ciliwung mendatangkan tambahan debit dari sungai-sungai lain, seperti Sungai Ciesek dan Ciseuseupan. Aliran dari sungai di luar wilayah tangkap itu membuat debit air di Bendung Katulampa meningkat menjadi 364,59 meter kubik per detik.
Curah hujan tinggi di seluruh DAS Ciliwung juga berdampak ke wilayah hilir. Debit banjir di Pos Duga Air Jembatan Panus, Depok, tercatat sebesar 512,79 meter kubik per detik.
Pada 7 April 2025, Bendung Katulampa kembali berstatus Siaga akibat hujan lebat, disertai petir, yang mengguyur Bogor, khususnya kawasan Puncak. Ketinggian muka air tanggul tersebut mencapai 50 sentimeter. Debit airnya sudah mencapai 35.876 liter per detik atau menembus status Siaga 4.
Warga merekam video debit air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, 3 Maret 2025. Hujan deras di wilayah Bogor dan sekitarnya sejak Minggu (2/3/2025) siang hingga malam hari mengakibatkan Tinggi Muka Air (TMA) Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kota Bogor, naik mencapai 220 sentimeter dengan status Siaga satu banjir pada pukul 21.33 WIB. Antara Foto/Arif Firmansyah
Antisipasi Banjir Jangka Pendek
Diana memastikan lembaganya menerapkan berbagai langkah antisipasi sejak saat banjir. Salah satu metode penanganan darurat dari Kementerian Pekerjaan Umum adalah mengirimkan karung pasir dan mobil pompa. Fungsinya untuk menanggul dan mengeluarkan genangan air.
Dalam jangka pendek, kementerian juga memastikan seluruh pintu air dan rumah pompa berfungsi dengan baik. Selain memperbaiki tanggul yang jebol, pemerintah pusat juga berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), untuk menyebar satuan tugas penanganan banjir.
Adapun penanganan jangka panjangnya, Diana meneruskan, adalah menuntaskan proyek pengendalian banjir Kali Bekasi. “Termasuk mengusulkan pembangunan kolam retensi di DAS Bekasi, Cikeas, Cileungsi, dan percepatan pembebasan lahan dengan melibatkan stakeholder terkait," ujarnya.