Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lumajang - Banjir lahar dingin dari Gunung Semeru menerjang empat truk penambang pasir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Regoyo di Desa Jugosari, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu 3 Maret 2024. Keempatnya tak sempat menghindar dan terjebak hingga akhirnya terbalik dan rusak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beruntung tak ada korban jiwa dari peristiwa itu. "Kami sudah berkoordinasi dengan pihak perangkat Desa Jugosari dan mengimbau para penambang pasir agar menjauhi aliran lahar dingin Gunung Semeru ketika hujan mengguyur di kawasan setempat," kata Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Wawan Hadi, Minggu.
Ia menjelaskan, keempat sopir dalam kondisi selamat karena sudah berada di luar kendaraan saat keempat truk tersebut diterjang derasnya banjir lahar dingin Semeru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Mukdas Sofian dalam laporan tertulisnya di Kabupaten Lumajang menyebutkan bahwa pengamatan kegempaan aktivitas Gunung Semeru pada 3 Maret 2024 pukul 12.00-18.00 WIB menunjukkan adanya gempa getaran banjir.
"Terjadi satu kali gempa getaran banjir dengan amplitudo 35 mm dan lama gempa 10.819 detik atau 3 jam lebih," katanya.
Derasnya curah hujan di kawasan Gunung Semeru menyebabkan debit air sungai yang dilalui aliran lahar dingin juga meningkat. Masyarakat diminta untuk lebih waspada dan berhati-hati.
Selain terjadi getaran banjir, aktivitas Gunung Semeru juga mengalami, antara lain, 10 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 11-22 mm dan lama gempa 50-125 detik. "Untuk pengamatan secara visual, Gunung Semeru terlihat jelas hingga tertutup kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati. Cuaca berawan hingga hujan, angin lemah ke arah utara," tuturnya.
Dalam rekaman CCTV yang dipantau oleh BPBD Lumajang terpantau letusan sekunder di daerah aliran sungai Besuk Kobokan dan Kali Lanang, sehingga masyarakat diimbau waspada terhadap aliran lahar panas.
Status gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut itu masih berstatus siaga atau level III, sehingga masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Kemudian masyarakat tidak boleh beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).