Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

BMKG: Tidak Ada Tanda-tanda Erupsi Gunung Talamau di Pasaman

Erupsi ada prosesnya dan tanda-tandanya yang terus dimonitor.

27 Februari 2022 | 17.41 WIB

Warga melihat kondisi Masjid Raya Kajai yang rusak akibat gempa bumi di Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jumat 25 Februari 2022. Gempa bumi berkekuatan 6,2 SR mengguncang Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat menyebabkan sejumlah bangunan di daerah tersebut rusak. ANTARA FOTO/Altas Maulana
Perbesar
Warga melihat kondisi Masjid Raya Kajai yang rusak akibat gempa bumi di Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jumat 25 Februari 2022. Gempa bumi berkekuatan 6,2 SR mengguncang Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat menyebabkan sejumlah bangunan di daerah tersebut rusak. ANTARA FOTO/Altas Maulana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Simpang Empat - Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan belum ada tanda-tanda erupsi atau letusan Gunung Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, hingga saat ini sehingga warga diharapkan tidak panik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Waspada boleh tapi jangan panik. Yang perlu dikhawatirkan adalah bahaya longsor," katanya di Simpang Empat, Ibu Kota Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat, Ahad, 27 Februari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia mengatakan erupsi itu terjadi ada prosesnya dan tanda-tandanya yang terus dimonitor. Jika ada erupsi, kata dia, maka akan ada informasinya dan radiusnya melalui aplikasi pemantauan yang dilakukan. "Hingga saat ini belum ada tanda-tanda dan informasi mengenai adanya erupsi Gunung Talamau," katanya.

Untuk itu, katanya, masyarakat yang berdomisili di sekitar kaki Gunung Talamau diimbau tidak terlalu panik, namun tetap waspada saja. "Mengenai ada air sungai yang kering dan berlumpur kemungkinan ada aliran sungai yang tersumbat akibat longsor di kaki Gunung Talamau," katanya.

Untuk itu pihak Balai Sungai, BPBD Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang perlu melakukan penyisiran untuk membersihkan tumpukan material di sungai yang ada.

Ia menjelaskan gempa yang terjadi di Kabupaten Pasaman Barat memang bersumber dari daratan dan yang ditakuti adalah terjadinya patahan Sumatera yang melintas di Pasaman Barat, seperti segmen Sianok dan segmen Angola.

"Pusatnya dangkal kalau gempa di darat ini. Namun risikonya cukup tinggi, sehingga banyak rumah masyarakat yang roboh, apalagi bangunan rumah masyarakat tidak sesuai dengan daerah rawan gempa," katanya.

Pihaknya akan melakukan survei lebih lanjut terkait dengan dampak gempa. Sesuai dengan kajian keilmuan BMKG, karena ilmu manusia. "Memang gempa susulan 124 kali terjadi di Pasaman Barat, namun kekuatannya semakin melemah. Dari 124 kali itu yang kuat atau terasa hanya 6 kali.

Begitu juga dengan potensi patahan di bebatuan semakin melemah, artinya kondisi semakin stabil, demikian Dwikorita Karnawati.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus