Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Bulog Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Budidaya Jamur Tiram, Gandeng UNS

Limbah sekam padi bisa kurangi kebutuhan serbuk kayu gergaji yang belakangan semakin mahal. Produksi dan kualitas jamur tiram disebut tak berkurang.

17 Januari 2025 | 16.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petani Desa Karangmalang memetik jamur tiram hasil budidaya di Masaran, Sragen, Jawa Tengah, 16 Januari 2025. TEMPO/Septhia Ryanthie

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Sragen - Perum Bulog mengembangkan budidaya jamur tiram memanfaatkan limbah sekam padi di lingkungan Sentra Penggilingan Padi (SPP) Bulog Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Pengembangan budidaya itu dilakukan dengan menggandeng Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS). 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sekam di sini sangat banyak dan bersama UNS telah dikembangkan menjadi satu teknologi untuk menjadi media tanam yang penting untuk budidaya jamur tiram," ujar Direktur Human Capital Perum Bulog Sudarsono Hardjosoekarto kepada wartawan saat hadir dalam kegiatan Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Bulog Industry Ecosociosystem di SPP Bulog Masaran, Sragen, Kamis 16 Januari 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sudarsono menambahkan bahwa Bulog menyelenggarakan program lingkungan yang melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di lingkungan SPP Sragen dengan memanfaatkan sekam yang merupakan bagian dari buangan produksi pabrik beras di lingkungan itu. Budidaya melibatkan kelompok-kelompok tani pemuda di Desa Karangmalang, Masaran,

Produk jamur tiram hasil budidaya itu kemudian dipasarkan hingga ke luar daerah Kabupaten Sragen. Bahkan rencananya ditawarkan kepada Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG). "Karena jamur tiram ini sangat bergizi," ujarnya. 

Inisiasi pemberdayaan masyarakat dalam budidaya jamur tiram tersebut sudah dimulai sejak November 2023. Program tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelatihan pengoperasian alat streamer baglog jamur tiram dan kumbung (rumah jamur) cerdas, yakni alat deteksi suhu kumbung dan modifikasi suhu optimal kumbung berbasis IoT (Internet of Things).

Juga sudah dilakukan pembangunan kumbung baru berkapasitas 6.000 baglog jamur tiram untuk optimalisasi limbah sekam SPP dan pengembangan komposisi baglog berbahan sekam pada kumbung lama.

Menurut Sudarsono, banyak manfaat dari limbah sekam SPP Masaran. Pertama, bagi Bulog, dapat saluran teknologi dari yang selama ini dibuang. Kedua, bagi kelompok petani, dapat memanfaatkan peluang usaha. Ketiga, untuk masyarakat, dapat memanfaatkan bahan baku dari jamur tiram bergizi. 

"Sekarang pengembangannya dengan membuat media tanam berbahan limbah sekam SPP dengan bimbingan dari UNS dan pelaku bisnis jamur tiram Sukoharjo, Pak Marsono," tutur Sudarsono.

Direktur Human Capital Perum Bulog Sudarsono Hardjosoekarto didampingi Dekan Sekolah Vokasi UNS Solo Herman Saputro (kanan) dan pendamping Kelompok Tani Alugoro Marsono menjelaskan kerja sama Bulog dan UNS dalam pemanfaatan limbah sekam padi untuk teknologi dan pengembangan budi daya jamur tiram di lingkungan SPP Bulog Masaran, Sragen, Jawa Tengah, 16 Januari 2025. TEMPO/Septhia Ryanthie

Diterangkannya, ada dua fasilitas yang disediakan Bulog yakni kumbung dan baglog sebagai media tanamnya. Dia menyebut sekarang baru ada satu unit kumbung dan akan ditambah satu unit lagi dengan kapasitas yang sama. Penambahan menghitung peluang pasar yang dinilai masih cukup besar, terlebih karena pasokan untuk wilayah Solo Raya masih kurang.

Dalam kesempatan yang sama, Marsono menjelaskan kalau selama ini pembuatan media tanam atau baglog masih menggunakan serbuk kayu. Dia menyatakan mencoba memadukan sekam padi dengan serbuk kayu dengan porsi 50 persen. Dia mendapati penampakan dan hasil jamur tiram tidak berbeda. Pun dengan masa produksi jamurnya juga sama selama enam bulan.

"Kalau dengan serbuk kayu mahal, harganya per truk juga Rp 3,6 juta tetapi kalau dengan sekam semoga bisa gratis," ucap dia.

Marsono menuturkan, harga jual jamur tiram di tingkat petani saat ini berkisar Rp 12 ribu per kilogram. "Tapi kalau sudah di pasar, misalnya di Pasar Legi, Pasar Palur, atau Pasar Sragen itu bisa Rp 18-20 ribu  per kilogram," katanya. 

Adapun untuk kebutuhan jamur tiram, menurut Marsono, sangat tinggi di Solo Raya, yakni mencapai satu ton perhari. Sementara produksinya saat ini belum bisa mencukupi, dan diharapkan bisa ditingkatkan lewat pemanfaatan limbah sekam padi.  

"Dengan adanya sekam ini tentunya akan mengurangi pula kebutuhan dari serbuk gergaji kayu yang harganya saat ini juga smakin mahal karena biasanya mulai banyak diolah lagi atau didaur ulang," katanya. 

Dekan Sekolah Vokasi UNS Herman Saputro berharap kerja sama dengan Bulog dalam pemanfaatan limbah sekam padi untuk budidaya jamur tiram dapat turut mendongkrak perekonomian masyarakat di sekitar SPP Masaran. "Terlebih jika limbah sekam ini dapat dimaksimalkan lebih atau di atas 50 persen kan biaya produksinya akan lebih murah lagi," kata Herman. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Âİ 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus