Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jerman terus memelototi angka reproduksi virus atau dikenal sebagai nilai R dalam kasus COVID-19 di negaranya. Nilai R, yang berarti berapa banyak orang yang bisa ditulari oleh setiap satu orang yang terinfeksi, digunakan sebagai tali kekang saat mulai mengendurkan penguncian wilayah-wilayah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jerman sudah mulai membuka kembali taman, tempat bermain, galeri, dan museum-museum dan termasuk negara pertama yang melonggarkan pembatasan-pembatasan itu. Mereka melakukannya dengan hati-hati sembari otoritas kesehatan setempat berusaha menjaga nilai R tetap di bawah satu untuk menghindari gelombang kedua wabah penyakit itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Nilai R sebesar 0,7 ketika lockdown mulai dikendurkan per 20 April lalu tapi kemudian naik menjadi 0,96 pada awal pekan ini, hingga menyalakan alarm di negeri itu tentang dampak pelonggaran yang sudah dilakukan. Namun, pada Kamis lalu, Badan Pengendali Penyakit di negara itu, Robert Koch Institute, mengatakan angkanya telah kembali turun ke 0,76 yang berarti rata-rata seorang yang terinfeksi SARS-CoV-2 saat ini hanya bisa menularkan virusnya ke kurang dari satu orang lain.
“Ini tentu perkembangan yang positif, dan seperti yang selalu saya katakan, ayo tetap menjaganya seperti itu,” kata kepala institut itu, Lothar Wieler.
Kanselir Jerman Angela Merkel telah mengatakan kalau menjaga nilai R di bawah satu mutlak harus dilakukan dan lonjakan sedikit saja bisa sangat menyulitkan untuk bisa diatasi otoritas kesehatan Jerman. Dia menegaskan social distancing dan larangan orang berkumpul di tempat publik tetap berlaku hingga 10 Mei mendatang.
Wieler mendukungnya tapi juga mengingatkan kalau nilai R hanya satu dari banyak indikator yang harus dipahami dalam konteks yang lebih luas. “Artinya nilai R tidak berperan sendirian,” katanya.
Dia menjelaskan, jumlah kasus harian adalah angka lainnya yang harus diperhatikan, "Dan anda harus paham benar alasan kenapa kita melakukan ini semua.”
Orang-orang berkumpul di jalan untuk menyaksikan instalasi seni "Die Balkone" (balkon) di balkon, ketika penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) berlanjut, di Berlin, Jerman, 12 April 2020. REUTERS/Annegret Hilse
Wieler menjelaskan, jika berhasil menjaga angka-angka itu tetap rendah, otoritas kesehatan akan sukses melacak seluruh rantai infeksi lalu mengakhiri wabah dengan cepat. Sebagai catatan, kasus COVID-19 telah menyebabkan lebih dari 6.500 ribu orang meninggal dari 160 ribu yang terinfeksi di Jerman--kelima terbanyak di dunia.
Menurut Wieler, masyarakat Jerman harus belajar untuk hidup bersama virus COVID-19 dan aturan pembatasan-pembatasan hingga beberapa bulan lagi. Sembari tetap menjalankan tes-tes dan pemeriksaan untuk mengobati lebih banyak orang dan melacak virusnya.
“Kita harus hidup dalam apa yang disebut normalitas baru ini di mana kita harus memastikan virus itu tak punya peluang untuk menyebar,” katanya, “Dan itu akan terus berlanjut sepanjang kita belum memiliki vaksin yang membuat kita kebal."
EURONEWS | DW