Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir terakhir data sistem pemantauan hutan memperlihatkan tingkat deforestasi Indonesia mengalami penurunan signifikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dalam tiga dekade terakhir tingkat deforestasi Indonesia telah menurun secara signifikan," kata Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) KLHK Agus Justianto dalam acara di sela-sela Forum PBB untuk Hutan atau United Nations Forum on Forest (UNFF) di New York, yang dipantau secara daring dari Jakarta, Jumat 10 Mei 2024, seperti dilansir Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus mengatakan, tingkat deforestasi secara netto turun 8,4 persen di antara periode 2021-2022, dengan penurunan deforestasi secara bruto mencapai 14,1 persen. Deforestasi netto Indonesia dalam periode 2021-2022 sebesar 104 ribu hektare, dibanding pada 2020-2021 sebesar 113,5 ribu hektare.
Menurut Agus, data ini diperoleh dari hasil pengolahan data, baik penginderaan jauh maupun pemeriksaan di lapangan atau kombinasi secara hibrida. Indonesia sendiri telah memiliki Sistem Monitoring Hutan Nasional (SIMONTANA) untuk mengetahui kondisi hutan saat ini.
Agus menjelaskan, Indonesia memiliki 23 kelas jenis tutupan lahan dibagi dalam area hutan dan bukan hutan. Area hutan termasuk hutan alami dan buatan serta bukan hutan, termasuk jenis vegetasi lain dan campuran. "Data tutupan lahan itu digunakan sebagai pertimbangan utama dalam formulasi kebijakan nasional dalam mengimplementasikan praktik manajemen hutan berkelanjutan," ujarnya.
Indonesia hadir UNFF ke-19 yang digelar di kantor pusat PBB di New York, pada 6-10 Mei 2024. Delegasi Indonesia, dipimpin oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan Alue Dohong, terlibat dalam berbagai pembahasan mengenai kebijakan hutan.