Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup, Novrizal Tahar, mengatakan sistem pengolahan sampah kabupaten dan kota sebagian besar masih menggunakan sistem landfill. Sistemnya, sampah ditimbun dengan lapisan dari tanah liat dan plastik tipis, lalu ditimbun lagi dengan beberapa meter tanah agar tanaman bisa tumbuh di atasnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kurang lebih ada 560 site landfill di Indonesia saat ini, paling besar di Bantargebang," kata Novrizal kepada Tempo, Kamis, 21 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Novrizal, kalau pilihan teknologi sistem landfill, tentunya harus dioperasikan dengan baik dan benar, termasuk dengan menangkap gas metannya. "Ini terhubung dengan visi kita ke depan, Dalam isu perubahan ikilim kita punya fokus dalam NDC (Nationally Determined Contribution) itu ada waste di dalamnya dan subsektor sampah," ucapnya.
Pada 8 November lalu, Kementerian Lingkungan Hidup telah mengirimkan surat kepada 306 kepala daerah yang masih memanfaatkan tempat pembuangan akhir (TPA) berskema open dumping. Skema ini dianggap menggantungkan pengangkutan sampah dan mengirimkannya ke TPA. Pengelolaan sampah semacam ini memberatkan TPA. Sampahnya cenderung ditimbun menjadi landfill.
Novrizal menyebutkan, emisi gas rumah kaca paling besar dari sistem pengolahan sampah landfill yang tidak dilakukan dengan baik dan benar. "Karena itu akan mengemisikan gas metan. Jadi gas metan itu 28 kali lipat tingkat emisi yang dari CO2," ucapnya sembari menambahkan bahwa semua sistem landfill yang ada sekarang akan diubah menjadi sanitary landfill pada 2030.
Bakal ada dua fokus sistem baru setelah meninggalkan teknologi landfill. Pertama, energy recovery. Konsepnya yakni sistem pengolahan sampah bisa menjadi energy recovery. "Energy recovery itu teknologi waste to electric city, pengelolaan sampah jadi listrik. Ada juga RDF (sampah Refuse-Derived Fuel), ada juga sampah jadi biomas, juga biogas," ucap Novrizal.
Untuk sistem kedua adalah material recovery technology atau recycling. Menurut Novrizal, ini bisa menjadi bagian dari ekonomi sirkular. "Untuk material recovery technology, kayak bank sampah dan recycling center. Bisa mengolah kertas jadi bahan baku, plastik atau komposting dan magot," tambahnya.