Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 1 Januari 2024 Jepang diguncang gempa tektonik bermagnitudo 7,4. Gempa tersebut membuat beberapa gedung bergoyang dan berpotensi tsunami di Prefektur Ishikawa, Jepang. Namun, meskipun diguncang gempa bermaginutdo besar rumah-rumah dan gedung-gedung di Jepang nampak tidak terlalubanyak yang roboh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal itu disebabkan Pemerintah Jepang yang telah membuat undang-undang khusus untuk mengatur rumah-rumah dan bangunan lain agar dibangun sesuai standar gempa bumi. Di Tokyo, dilaporkan hampir 87 persen bangunan mampu menahan gempa bumi termasuk bangunan pencakar langit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengenal Konstruksi Bangunan di Jepang yang Tahan Gempa
Dalam membangun konstruksi bangunan di Jepang setidaknya menerapkan tiga prinsip, yakni struktur dengan sistem anti seismik, redaman, dan struktur seismik terisolasi.
- Struktur Anti Seismik
Pada struktur anti seismik, terdapat beberapa elemen yang memberikan kekuatan kepada bangunan agar mampu bertahan dari guncangan gempa. Diperlukan pertimbangan yang teliti untuk meningkatkan ketahanan deformasi, yaitu perubahan bentuk atau ukuran dari sebuah objek atau bangunan, sehingga dapat terhindar dari kerusakan yang serius.
- Struktur Redaman
Struktur bangunan dengan sistem redaman dirancang untuk menyerap energi seismik melalui deformasi substansial. Efisiensi penyerapan ini dijamin melalui penggunaan bahan viskoelastik yang memiliki kemampuan penyerapan energi yang tinggi.
- Struktur Seismik Terisolasi
Dalam struktur terisolasi dari gempa, lapisan isolasi ditempatkan di antara tanah dan struktur untuk mengurangi dampak gerakan tanah. Lapisan ini dapat berupa bantalan atau peredam kejut, seperti blok karet dengan ketebalan sekitar 30-50 cm. Di setiap titik di mana kolom bangunan berhubungan dengan fondasi, mereka didukung oleh bantalan karet ini. Adanya peredam gerak ini memungkinkan bangunan tinggi untuk dapat menahan guncangan gempa.
Sensor Gempa Jepang
Selain itu, di dalam konstruksi rumah di Jepang juga terdapat sensor yang dapat merasakan getaran. Sensor itu kemudian akan menyalakan kompresor dalam hitungan detik. Kompresor memeras udara ke dalam kantung lalu menggabungkannya dalam beberapa detik. Pada akhirnya mengangkat seluruh rumah sejauh tiga sentimeter dari pondasi beton yang diharapkan mampu menahan gempa.
Selain dalam konstruksi rumah tahan gempa, sensor gempa juga diterapkan oleh Badan meteorologi Jepang dan stasiun penyiaran nasional NHK untuk menyusun sistem peringatan dini gempa yang memberitahu masyarakat sekitar 30 detik sebelum gempa terjadi.
Meskipun tidak bisa meramal gempa, sistem ini bertujuan memberikan waktu kepada warga untuk menjauh dari kaca jendela atau mematikan kompor guna mencegah potensi kebakaran. Pentingnya peringatan dini ini diakui oleh Jepang sebagai negara yang sering dilanda gempa. Sistem ini, pertama di dunia, diharapkan dapat mengurangi jumlah korban dan kerusakan.
Sistem ini mengandalkan data dari badan meteorologi yang diperoleh dari jaringan sensor bawah tanah untuk memperkirakan intensitas gempa segera setelah terjadi.
Alarm dapat berbunyi sebelum getaran dimulai karena adanya kelambatan antara waktu gelombang seismik berbeda mencapai permukaan. Peringatan ini akan berfungsi dengan mendeteksi gelombang awal yang menyebar dari pusat gempa dan tiba lebih cepat daripada getaran gempa yang merusak.
Ketika gelombang dengan intensitas tertentu terdeteksi, alarm akan aktif, dan stasiun penyiaran NHK akan menyampaikan peringatan tersebut melalui televisi dan radio.
ANANDA BINTANG I ALIF ILHAM FAJRIADI I HARIS SETYAWAN
Pilihan Editor: 7 Rumah Adat Tahan Gempa dari Sumatera hingga Papua