Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Mengenal Matoa, Buah Asli Indonesia dengan Beragam Nama

Matoa merupakan salah satu buah asli Indonesia. Buah ini menjadi identitas flora di Papua yang tersebar hampir di setiap daerahnya.

2 November 2021 | 19.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi buah dan pohon Matoa. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Matoa merupakan salah satu buah asli Indonesia. Buah ini menjadi identitas flora di Papua yang tersebar hampir di setiap daerahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari buku Rifai (1986) berjudul "Flora Buah-buahan Indonesia", ada 329 jenis buah, baik buah asli Indonesia ataupun pendatang, yang tumbuh di tanah Nusantara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu buah asli Indonesia adalah matoa. Dilansir dari laman papua.litbang.pertanian.go.id, buah ini tersebar di dataran Seko (Jayapura), Wondoswaar-Pulau Weoswar, Anjai Lebar, Warmare, Armina-Bintuni, Ransiki, Pami-Nuni (Manokwari), Samabusa-Nabire, dan Pulau Yapen.

Matoa dikenal dengan berbagai nama, yaitu kasai (Kalimantan Utara, Malaysia, Indonesia), malugai (Filipina), dan Taun (Papua Nugini). Sementara di Sumatera buah ini dikenal dengan nama kongkir, kungkil, ganggo, lauteneng, atau pakam.

Di Kalimantan, ia dikenal dengan nama galunggung, jampango, kasei, atau landur. Sedangkan, di Sulawesi ia dikenal sebagai kase, landung, nautu, tawa, atau wusel.

Sementara di Jawa, Matoa juga disebut sebagai jagir, leungsir, atau sapen. Di Maluku, ia dikenal juga dengan sebutan hatobu, matoa, loto, ngaa, atau tawan.

Lalu, di Nusa Tenggara ia dikenal juga bernama iseh, kauna, keba, maa, atau muni. Sedangkan di Papua, matoa disebut juga dengan ihi, mendek, mohui, senai, tawa, atau tawang.

Matoa umumnya tumbuh secara alami pada tanah datar bertekstur liar sehingga pada waktu hujan akan sedikit tergenang air. Namun, matoa juga bisa dibudidayakan.

Orang Papua biasanya melakukan perbanyakan matoa secara generatif dengan biji. Melalui ini, matoa akan mulai berbuah pada umur 4-5 tahun.

Selain itu, matoa juga bisa diperbanyak dengan cara cangkok. Cara ini akan menjadikan matoa mulai berbuah pada usia yang relatif singkat, yaitu saat berusia 2-3 tahun. 

Seperti kebanyakan buah tropis lainnya, masa panen matoa terjadi pada bulan Oktober-Desember. Saat dimakan, buah asli Indonesia ini memiliki citarasa seperti campuran kelengkeng dan rambutan.

AMELIA RAHIMA SARI

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus