Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tahun Baru Imlek 2024, yang jatuh pada 10 Februari, dirayakan dengan antusiasme tinggi oleh komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Tahun ini, tahun naga kayu, dipercaya membawa simbol kekuatan, kemakmuran, keberuntungan, kehormatan, dan kesuksesan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Pembina Vihara Tanda Bakti, Tan Tjong Boe, tahun ini menjadi momentum perubahan baru yang penuh potensi dan peluang bagi banyak orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tahun Naga Kayu 2024 menjadi tahun perubahan baru yang penuh potensi dan peluang,” kata Pembina Vihara Tanda Bakti, Tan Tjong Boe, pada 30 Januari 2024, seperti dilansir jabarprov.go.id.
Namun, perayaan Imlek di Indonesia sering kali diiringi oleh hujan deras, yang beberapa orang percaya sebagai tanda akan datangnya rezeki yang melimpah.
Menurut penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena ini dapat dijelaskan secara ilmiah. Imlek selalu jatuh pada periode akhir Januari hingga awal Februari, yang bertepatan dengan puncak musim hujan di Indonesia.
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ramlan, menjelaskan bahwa intensitas hujan tinggi selama periode ini merupakan hal yang wajar.
“Itu waktu musim hujan di wilayah Indonesia sejak Desember sampai Februari,” ujar Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ramlan, pada 5 Februari 2018.
Pada Februari 2024, intensitas hujan memang berada di puncaknya, seperti yang diperkirakan oleh BMKG. Masyarakat di sejumlah wilayah Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua, mengalami hujan yang berpotensi ekstrem, seperti hujan lebat disertai kilat atau petir, dan bahkan hujan es.
Dengan demikian, fenomena hujan saat perayaan Imlek tidak hanya menjadi bagian dari tradisi dan keyakinan masyarakat, tetapi juga dapat dijelaskan melalui ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang cuaca. Sebagai bagian dari perayaan budaya yang kaya, perayaan Tahun Baru Imlek terus memberikan pengalaman yang unik dan berharga bagi masyarakat Indonesia.
Indonesia hujan lebat, Tiongkok alami badai salju
Dikutip dari CNN Travel, salju dan hujan lebat diprediksi akan melanda Tiongkok bagian tengah dan timur selama hari-hari menjelang Imlek. Hal ini tentunya akan mengancam rencana perjalanan ratusan juta pekerja Tiongkok yang akan pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Para peramal cuaca memperingatkan bahwa cuaca musim dingin ekstrem dapat menyebabkan gangguan massal, dengan penyiar negara CCTV memperkirakan bahwa, tahun ini di Tiongkok, merupakan tahun dengan "cuaca paling kompleks" sejak awal 2008, ketika salju lebat mempengaruhi lebih dari 67 juta orang.
Namun, Xu Jun, kepala peramal dari Observatorium Meteorologi Pusat, mengatakan kepada CCTV bahwa curah salju yang diprediksi tidak akan seberat atau sebesar yang dialami sekitar musim liburan 16 tahun yang lalu.
Setidaknya 10 provinsi - termasuk Hebei, Henan, Shandong, Liaoning, dan Hubei - diperkirakan akan mengalami badai salju hingga awal minggu depan, hanya beberapa hari sebelum Tahun Baru
Selain itu, setidaknya lima provinsi, termasuk Henan, Hubei, dan Anhui, akan terkena hujan es, yang kemungkinan akan mempersulit perjalanan. Fenomena cuaca ini mengacu pada tetesan hujan yang membeku menjadi tetesan es saat kontak dengan permukaan setelah jatuh ke tanah, yang dapat merusak kabel listrik dan membuat jalan licin, Administrasi Meteorologi Tiongkok memperingatkan dalam pos Weibo, mendesak pengemudi untuk melambat.
Xu, dari Observatorium Meteorologi Pusat, mengatakan kepada CCTV bahwa hujan es dapat mempengaruhi banyak provinsi di wilayah seluas 43.000 kilometer persegi (16.600 mil persegi).
Badai salju melanda banyak bagian Tiongkok pada awal 2008, merusak jalur listrik dan memblokir jalan raya serta jalur kereta api, menyebabkan ratusan ribu pelancong terjebak. Setidaknya 24 orang tewas sementara 827.000 orang dievakuasi di 14 provinsi.
Tiongkok, seperti banyak bagian dunia lainnya, telah dilanda cuaca ekstrem dalam beberapa tahun terakhir. Suhu terendahnya pernah tercatat pada Januari lalu, ketika kota Jintao di provinsi Heilongjiang timur laut turun hingga -53° C. Musim panas lalu, Tiongkok mencatat tahun terpanas dalam sejarahnya dan juga dilanda oleh curah hujan terberat dalam beberapa dekade, menyebabkan banjir dan kerugian miliaran dolar.
MICHELLE GABRIELA | RACHEL FARAHDIBA REGAR
Pilihan Editor: Alasan Selalu Turun Hujan Sambut Tahun Baru Imlek