Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Pohon jeruk seperti anak

Kebun jeruk milik akri di garut bebas dari pembasmian ditebang. akri memiliki metode sendiri dalam merawat kebun jeruknya. dan itu diluar kebiasaan yang dianjurkan dinas pertanian. (ling)

24 Juli 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKRI menantang Hansip yang bersiap membasmi kebun jeruknya. "Silakan tebang sampai habis," katanya. Kebun milik Akri begitu bagus berbuah lebat. Tak ada tanda-tanda penyakit. Akhirnya Hansip tertegun, dan mundur, walaupun ada perintah atasan supaya semua pohon jeruk segera ditebang. Kejadian setahun lalu itu diceritakan kembali oleh Akri dari Desa Sadang, Kecamatan Wanaraja. Kebun jeruk milik Akri, seluas 790 tumbak (1 tumbak - 14 m2), memang menyolok. Sudah 550 dari semua 800 pohonnya yang berbuah. Ada jeruk Garut, jeruk Siam, bahkan ada pula jeruk licin asal Cina. Akri mendapat penghasilan sedikitnya Rp 2 juta tiap bulan dari kebun jeruknya. Dia bersyukur bahwa Hansip tak membasmi kebunnya setahun lalu. Dan Dinas Pertanian tampaknya kini pun merelakan kehadiran kebun milik Akri, walaupun lingkungan itu di Kabupaten Garut, Ja-Bar, masih terbilang endemis. Berbeda dengan pendapat Dinas Pertanian, Akri mengatakan pada TEMPO pekan lalu, "Jeruk di Garut rusak bukan karena CVPD, tapi karena kurang makan." Dia memberikan "makanan" secukupnya pada kebunnya. "Memelihara pohon jeruk harus sama seperti membesarkan anak," kata Akri lagi. "Kalau makanannya baik, penyakit juga menjauh." Dia rupanya memakai pupuk kandang (kotoran kuda dan domba) untuk menyehatkan kebunnya, paling sedikit sekali dalam 5 bulan. "Kotoran kuda membuat tanah jadi hangat," katanya. Juga dipakainya kapur dan pupuk kimia. Dalam musim kemarau, Akri memakai obat berupa Supracide, Antracol dan Sanlopor masing-masing 2 sendok makan yang dicampur dengan 17 liter air. Dia menyiramkan obat itu tiap 10 hari ke kebunnya. Bila musim hujan tiba, ia mengobat kebunnya dengan Bayrusil, Sanlopor dan Kocravit -- juga dengan campuran yang sama. Cara Akri itu di luar kebiasaan yang dianjurkan Dinas Pertanian. Namun Akri ternyata berhasil membuat kebunnya kebal penyakit, malah bisa berbuah tanpa musim. Kebun jeruk milik Akri sudah kelihatan hijau dari jauh. Buahnya besar-besar, dan lebat. Padahal di sekelilingnya terdapat kebun lain yang merana, dengan daun yang menguning dan melinting. Toh kebun Akri masih bisa terancam penyakit. Bila daunnya yang terkena, ia buang saja daunnya yang regas itu. Kalau masih ada kelainan, ia memotong pohonnya. Tanah bekas pohon yang terkena penyakit, ia bongkar dan dibiarkannya terkena sinar matahari selama dua minggu. Selanjutnya tanah itu ia beri pupuk kandang sebanyak 40 kg. Dua bulan kemudian, setelah ditaburi pupuk NPK, barula4 benih ia tanam. Hasilnya? "Wah jitu," kata Akri sambil mengacungkan jempolnya. Tapi belum semua petani jeruk di daerah itu memakai metode Akri. "Cara Pak Akri memerlukan biaya yang cukup besar," kata Sumia, petani lainnya di Desa Sadang. Sumia pernah terpaksa membongkar dua hektar kebun jeruknya karena terserang penyakit. Bekas kebunnya kini menjadi sawah. "Suatu ketika, saya juga akan kembali jadi petani jeruk," katanya. Akri memang mewah dalam merawat kebun, kata anaknya, Ahun, yang juga berkebun jeruk. Dia dan ayahnya memakai takaran obat, katanya, berdasarkan coba-coba saja. "Bila obat terlalu banyak, pohon bisa mati. Bila terlalu sedikit, pohon mudah terkena penyakit." Tapi Ahun punya nasihat khas tentang pupuk kimia, supaya dipakai sedikit saja. "Anggap saja itu sebagai ajinomoto alias penyedap makanan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus