KUDUS, Jawa Tengah, sudah ditanami pepohonan. Di sana-sini kini
rindang dan teduh. Bukan cuma di tepi jalan, tapi juga di
halaman kantor pemerintahan, sekolah, masjid, bahkan sampai di
tepi rel kereta api sudah ada berbagai jenis tanaman hias
ataupun peneduh. Bupati Kudus, Wimpic Hardono, mengatakan kepada
TEMPO, "kelak akan terlihat di sepanjang jalan Kota Kudus pohon
berbunga dengan aneka warna."
Tak salah lagi, perusahaan rokok kretek PT. Djarum menangani ini
semua. Dari pengadaan bibit, menanam, sampai memeliharanya.
Perusahaan besar ini bahkan mempunyai bagian khusus penghijauan
Kebetulan Ir. Goei Ing Liat Direktur Djarum, begitu gila akan
tanaman. Setiap bepergian ke luar negeri, dia selalu membawa
pulang bibit tanaman. Berbagai jenis tanaman yang ada di dalam
negeri dicoba disemaikan di Kudus. Hubungan dirintis dengan
Kebun Raya Bogor, juga Kebun Raya Purwodadi. Sang direktur
seringkali langsung ikut menanam dan memelihara. Ketika pohon
penghijauan itu mekar dia ikut pula aktif memangkas.
Mulai Desember 1978, pada 21 jalur jalan ditanam sembilan jenis
pohon, delapan di antaranya berasal dari luar negeri. Hanya
sonokeling (dalbergia latifolia) yang bibitnya didapat di dalam
negeri Januari 1979, sudut kota yang memerlukan keindahan--tidak
sekedar hijau -- ditanami pula sembilan jenis pepohonan
berbunga. Dari kesembilannya, hanya cassia Javanica berasal
dalam negeri, sedang sisanya semua dari luar.
Kini sedikimya 69 jenis tanaman yang menunjang penghijauan Kota
Kudus. Sebagian peneduh berdaun rindang, dan tak sedikit yang
selain peneduh juga memberi bunga warna-warni (owering trees).
Tanaman yang masih disemaikan -- menurut T. Budi Santoso,
seorang manajer Djarum yang menangani penghijauan ini--berkisar
ratusan jenis. Djarum punya dua tempat pembibitan khusus di luar
kota.
Bukan saja buruh perusahaan itu yang merasa nyaman berjalan di
saat pergi atau pulang kerja. Pejalan kaki lainnya pun
menikmatinya. Banyak pengayuh becak mangkal di bawah pohon
peneduh ini. Tanpa diminta, banyak warga kota ikut menjaga dan
memelihara berbagai pohon itu. Dan Djarum menyediakan mobil
pemadam kebakarannya setiap hari menyiram tanamala kota itu.
Sebelum jalur jalan dihijaukan, Djarum mengadakan konsultasi
dengan berbagai instansi, terutama PU, PLN dan Kantor Telepon.
Di Jalan Sunan Muria misalnya, Djarum belum menanam satu pohon
pun, karena ada rencana jalan itu akan diperlebar. "Kalau pohon
sudah ditanarn, jalan baru dilebarkan, kan sayang pohonnya, "
ujar Budi Santoso. Juga diperhatikan rencana saluran air. "Kami
belum bisa menanaminya, karena setelah got selesai, ada
pemasangan tiang listrik."
Menghijaukan sebuah kota ternyata tidak gampang. Pohon tidak
boleh menjulang tinggi, tetapi harus rindang ke samping. Kalau
tinggi, ia menyentuh kabel listrik Juga penanaman pohon harus
memperhitungkan letak kabel telepon. "Itulah sebabnya koordinasi
antar instansi sangat penting," kata manajer Djarum itu lagi.
Untuk menghijaukan pekarangan kantor, sekolah atau masjid?
Biasanya pihak Djarum menawarkan rencananya, dan segala
biayanya. Setelah dapat izin, diadakannya penelitian, jenis
tanaman apa yang cocok untuk lingkungan itu.
Dalam usaha penghijauan lingkungan sekolah, biasanya PT Djarum
mengajak serta para murid. Jadi, ada unsur pendidikannya. Para
murid sekolah nantinya "belajar mengenal pepohonan, walau secara
selintas," demikian harapan pihak Djarum .
Di jalanjalan, mulai tampak papan nama pohon, hingga masyarakat
mengenal jenis pohon itu. Nama pohon ini tampil dalam bahasa
Latin maupun Indonesia. Juga negara asalnya disebut. Maka
sehari-hari ada saja anak sekolah berjalan, misalnya, sambil
mengeja: Delonix regia (Flamboyant) Negara Asal: Madagaskar.
Djarum juga berusaha menyumbang menghijaukan jalan di luar kota.
Jalan antara Karangrejo sampai Gebang ditanami 1.500 pohon
mangga. Bibitnyadatang dari daerah Pasuruan (Jawa Timur). Di
daerah pegunungan Muria, khususnya di sekitar tempat rekreasi
Colo, ditanami pohon kalengkeng. Semua bibitnya juga cuma-cuma
dari Djarum.
Menurut Budi Santoso, penghijauan luar-kota ini tidaklah begitu
sulit, asal masyarakat mendukungnya. Usaha penghijauannya nanti
meliputi sekitar Mejopo, Jati, Kaliwangu dan Bai--daerah bagian
utara Kabupaten Kudus.
Cuma-cuma
Kota tetangga Kudus--seperti Pati, Jepara dan Salatiga --juga
mendapat bagian. Bahkan perhatian Djarum juga merembet ke kota
lain di Jawa Tengah. Untuk itu, Djarum menyediakatl bibit secara
cuma-cuma. "Cuma ongkos angkutnya diusahakan pemda setempat.
Biasanya mereka membawa truk ke sini," kata Budi Santoso.
Bahkan Jakarta sudah sejak lama menerima jenis tanamannya dari
Kudus. Akhir-akhir ini Jakarta--atas permintaan lbu
Tjokropranolo selaku Kema Umum Crash Program Kebersihan,
Keindahan dan Lingkungan Hidup Sehat DKI -- lebih banyak meminta
jenis cassia. Dan dalam tahun 1981 ini saja Djarum sudah
mengirimkan 3.160 batang cassia Javanica dan 1.850 batang cassia
Fistulla. Gubernur DKI Tjokropranolo sendiri dan staf pernah
betkunjung ke Kudus.
Berapa besar anggaran ssial ini? Pihak Djarum tak bersedia
menyebutkannya. "Kami sungguh angkat topi," kata Bupati Wimpie
Hardono. "Saya sangat berterimakasih pada Djarum, apalagi
penghijauan di Kudus dijadikan model penghijauan kota lainnya di
Ja-Teng."
Tapi banyak juga suara negatif yang mencurigai bahwa Darum
sengaja menghijaukan Kudus supaya jalan tak usah dilebarkan
lagi, karena sayang pohon. Kalau jalan dilebarkan, kata mereka,
akan banyak pabrik dan gudang Djarum yang kena gusur. Pihak
Djarum membantah, tentu saja. "Kalau pemerintah ingin melebarkan
jalan, tebang saja pohon itu bibit kan banyak," kata Budi
Santoso. "Lagipula, sebelum menanam kami sudah menanyakan
berbagai instansi, apakah tanaman itu nantinya mengganggu proyek
jalan, listrik, telepon dan sebagainya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini