Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Otoritas tradisional itulah soalnya

Pengarang: karl d. jackson berkeley: univ. of california press, 1980 resensi oleh: dwight y. king. (bk)

12 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TRADITIONAL AUTHORITY, ISLAM, AND REBELLION: A STUDY OF INDONESIAN POLITICAL BEHAVIOR Karl D. Jacksn, Berkeley: Uniwrsity of California Press, 1980, XXIV ñ 375 halaman BUKU ini laik menjadi sebuah referensi yang memancing dan memberi banyak ide bagi setiap sosiolog. Ia mempertanyakan kembali uraian terdahulu tentang perilaku politik masyarakat pedesaan, dan membahasnya dari berbagai aspek metodologi kuantitatif. Sayang, karena pembuktian yang lemah dan rendahnya reliabilitas, kesimpulan karangan ini masih bersifat spekulatif. Meskipun, dengan demikian, penerapan tipe metodologi kuantitatif seperti ini pada riset sosial telah dibuka kemungkinannya. Tahun 1969 Dr. Jackson melakukan studi sejarah partisipasi masyarakat desa dalam pemberontakan DI di Jawa Barat. Juga, ia melakukan surveiterhadap masyarakat pedesaan Sunda. Ia ingin membuktikan, bahwa hubungan otorius tradisionallah yang merupakan kunci untuk memahami perilaku politik masyarakat pedesaan Indonesia. Bukannya ideologi, aliran, penyorotan melalui media, sosialisasi ke dalam simbolimbol nasional, kekurangan ekonomi ataupun keterasingan fisik masyarakat pedesaan tersebut. Piramida Kepemimpinan Dalam bab pendahuluan, secara meyakinkan Dr. Jackson memadukan sumber-sumber sejarah utama dan pelengkap. Bab ini diikuti sebuah apendiks terjemahan dokumen, termasuk buram konstitusi Negara Islam Indonesia. Babbab terakhir lebih banyak membahas masalah yang teoritis. Konsep utama hubungan otoritas trs disional dijabarkannya dengan membedakannya dari hubungan patron-klien yang sekedar bersifat material, oportunis atau yang sementara saja. Jackson menyimpulkan, bahwa hubungan otoritas tradisional dan paksaan fisik merupakan cara-cara yang paling efektif untuk mencapai integrasi politik di kalangan masyarakat Sunda. Dan kesimpulan ini menjadi landasan tipologi integrasi politik yang mendua (tradisional dan modern). Menurut Jackson, mekanisasi integrasi politik setiap masyarakat akan berbeda menurut konteks yang diciptakan oleh: (1) proses modernisasi dan, (2) sifat organisasi yang dipilih oleh kelompok elite dan kontraelite masyarakat tersebut. Dosen Ilmu Politik di Universitas Kalifornia Berkeley ini menyimpulkan sifat-sifat umum ikatan otoritas tradisional berdasarkan sebagian jawaban responden, yang mengaku memandang diri mereka dalam dua kedudukan sekaligus. Sebagai pembimbing pelindung (Bapak, Sesepuh) dan anak buah. Responden mengaku mengadakan konsultasi mingguan. Dan ternyata, sebagian dari ikatan otoritas tradisional ini ada yang telah berlangsung lebih dari 25 tahun. Kalau jumlah 'anak buah' digabungkan dengan reputasi kedudukan responden dalam kegiatan desa, akan terlihat betapa runcingnya piramida kepemimpinan di ketiga desa utama tersebut. Tapi kesimpulan ini agaknya bisa dianggap meragukan. Ternyata 84% responden adalah anggota kelompok elite desa. Dan kebanyakan responden mengaku mempunyai beberapa pembimbing bukan satu figur yang berkuasa penuh. Meskipun demikian Dr. Jackson menyanggah bahwa gejala ini merupakan sumber pluralisme. Sebab kalau ia mengakui hal itu, berarti ia mengakui implikasi pilihan si anak buah problematik sifatnya. Ikatan otoritas tradisional dianggapnya berkembang dari hubungan bapakanak buah karena adanya perasaan berutang budi dan perasaan segan. Ia menyimpulkan bahwa di sini ada potensi untuk mobilisasi paramiliter. Ia berpendapat begitu, karena para responden yakin bisa meminta bantuan anak buah mereka pada saat-saat gawat. Demi Agama Hubungan antara pemberontakan dan otoritas tradisional "sangat jelas tercermin" dari reaksi para responden terhadap sebuah persoalan fiktif yang disodorkannya. Persoalan itu tentang "keributan dalam lingkungan". Sebanyak 42% responden yang menyatakan wajib dengan serta merta membantu bekas komandannya. Juga mereka siap menyokong para komandannya secara finansial. Meskipun ada kesamaan struktural pada tiga desa tersebut, Dr. Jackson menemukan, di desa-desa bekas Dl sentralisasi usulan responden tentang berbagai masalah ekstra di desanya, lebih besar. Responden menunjukkan dukungan yang lebih kuat terhadap negara Islam. Dan di antara pemimpin tertinggi desa ada kesediaan yang lebih, untuk membunuh demi agama. Sebetulnya pimpinan tertinggi dari desa yang propemerintah dan desa bekas Dl mempunyai latar-belakang sosial, pengetahuan politik serta keyakinan agama yang sama. Perbedaan antara dua desa tersebut, menurut Jackson, disebabkan struktur otoritas tradisional yang mengaitkan para pimpinan dengan gerakan politik di luar desa (jadi bukan antardesa). Tapi argumentasi ini diperlemah oleh penemuan Jackson mengenai perbedaan sikap mereka terhadap negara Islam, kesediaan membunuh untuk agama, umur dan jabatan. Pada akhir buku Jackson membuat sketsa sejarah tiap desa. Semuanya sepanjang 12 halaman, untuk menunjukkan bahwa otoritas tradisional benarbenar "membentuk karakter dan isi dari integrasi nasional serta partisipasi politik". Reliabilitas penemuan Dr. Jackson ini saya anggap meragukan. Pertama, bukti-buktinya lemah, bersifat tak langsung dan seringkali bertolak belakang. Selain itu ada masalah-masalah yang mendasar pada metodologi dan disain risetnya. Kesulitan yang umum dalamriset, diperumit lagi oleh pekanya responden terhadap gagasan pemberontakan dan fanatisme agama, ketika diwawancara. Lagipula riset lapangan dilakukan 7 tahun setelah pemberontakan Dl berakhir, dan bahan-bahan untuk penelitian boleh dibilang sangat kurang. Prosedur yang digunakan untuk menyeleksi tiga desa tempat dipilihnya sampel-sampel utama, menyebabkan pengurangan variasi yang besar. Ini menjadikan hipotesa Jackson berat sebelah. Lagi pula hanya 8% (200 orang penduduk) dari jumlah total lapisan penduduk, yang dimasukkan bagi penarikan contoh. Itu pun sebagian besar terdiri dari sampel golongan elite (79 sampai 84%). Hal ini menunjukkan kurang telitinya stratifikasi terhadap sampel kecil. Bukan Titik Utama Bagaimanapun buku ini menunjukkan kemampuan tajam Dr. Jackson dalam menampilkan isu yang relevan secara teoritis. Sesudah itu baru ia menyusun data empiris untuk menjawab isu tersebut. Ia mulai dengan teori perilaku politik. Lalu, memakai sebuah peristiwa historis, yaitu pemberontakan Dl, sebagai laboratorium untuk mengetes teori tersebut. Biasanya ahli-ahli ilmu sosial berangkat dengan cara berlawanan. Mereka menghabiskan waktu mengumpulkan dan memanipulasi data secara statistik. Dari itu mereka mengharap isu teoritis, secara lambat atau malah otomatis, akan muncul. Sebaliknya, Dr. Jackson sudah siap dengan teori-teori bandingan. Ia kemudian, meskipun kurang meyakinkan, memilih teori yang paling tepat untuk menjelaskan variasi terbanyak dari data-data. Salah satu idenya yang bagus adalah anggapan, bahwa seorang responden bukanlah satu-satunya unit yang bisa diandalkan untuk analisa. Di kebanyakan masyarakat rural, individu bukan titik utama untuk pengambilan keputusan. Buku ini juga menyadarkan kita, bagaimana -- dengan berbagai cara--sebuah lingkungan atau komuniti dapat mempengaruhi tingkah laku individu. Sayangnya, pelaksanaan teorinya meleset karena analisa masing-masing desa dan penduduknya dilakukan secara terpisah. Mestinya, disebutkan juga ciri-ciri desa tiap responden, baru analisa dilakukan terhadap seluruh responden. Sekaligus. Dwight Y. King Dwight Y. King pernah tinggal di Indonesia (1972-1975) dalam rangka riset disertasi. Ia merangkap menjadi konsultan Biro Pusat Statistik di bidang indikator sosial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus