Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Terbuka, tapi tetap penjara

Pengalaman seorang bekas penghuni drake hall, sebuah penjara terbuka wanita di inggris, dituliskan di majalah guardian.

12 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TULISAN perempuan itu memang mengandung pertentangan. Ada nada bersyukur, tapi tercium juga penyesalan. "Bukan sebuah tempat yang buruk," tulisnya, "namun tetap saja ini sebuah penjara." Enam bulan perempuan Inggris itu menjadi penghuni Drake Hall, sebuah penjara terbuka wanita di Inggris. Beberapa bulan yang lalu ia dibebaskan oleh pengadilan tingkat banding. Dan kemudian menuliskan pengalamannya di majalah Guardian. Konsep tentang penjara memang bergeser dari masa ke masa. Penjara tak lagi harus berupa tempat menghukum, tapi lebih bersifat membina. Dan Drake Hall sepertinya memang tempat pembinaan yang ideal. Apalagi bila dibandingkan dengan kondisi dan perlakuan terhadap narapidana di penjara Wormwood Scrubs, London atau trangeways di Manchester atau penjara Risley Remand Centre. Penjara terbuka ini boleh dikatakan "sebuah wisma yang menyenangkan". Jangan dikata lagi bila dibandingkan dengan kamp-kamp di Sibeia--Drake Hall barangkali sebuah "surga". Setiap sel di sana didiami beberapa orang. Tapi siapa pun boleh minta pindah bila ada setori dengan teman sekamar, atau ingin menjalin persahabatan dengan seseorang di sel lain. Setiap orang diberi sebuah lemari kecil yang bisa dikunci. Terhukum diizinkan memiliki tiga lemba use, dan sejumlah rok bawah. Untuk mereka yang dipekerjakan di dalam big tertentu, penjara menyediakan pakaian khusus. Fasilitas mencuci memungkinkan mereka mengganti rok bawah setia hari. Ada sejumlah kamar mandi dengan bak dan shower. Apel pagi dilakukan pukul 6.45. Tenggang waktu yang memungkinkan setiap penghuni mandi, berpakaian, mengatur tempat tidur dan menyapu kamar, sebelum berangkat sarapan. Hari Sabtu khusus diisi acara membersihkan kamar. Kesempatan mencuci diberikan pada hari Selasa. Kamar yang kedapatan masih berdebu dan acak-acakan pasti membawa naas pada penghuninya. Mereka akan kehilangan jam istirahat pagi, untuk mengulang kembali pembersihan kamar. Setiap penghuni diharuskan bekerja. Entah di kebun, di bagian binatu dan kebersihan, di dapur, atau di pertukangan. Para petugas juga kadang-kadang turun tangan, atau sekedar mengawasi dengan sikap bersahabat. Surat masuk dan keluar disensur. "Dulu tidak begitu," tulis wanita tadi. "Tapi ada saja penghuni yang menggunakan kesempatan berkorespondensi untuk hal yang tidak-tidak." Umpamanya, mengatur siasat memasukkan uang dan obat bius ke dalam penjara. "Bahkan merencanakan pelarian, atau mengadukan perlakuan yang kurang sedap." Peraturan pen jara melarang setiap penghuni mengeluh kepada orang luar, "terutama kepada anggota DPR." Untuk itu sudah ada "saluran resmi". Dan menulis kepada pers, sungguh-sungguh merupakan pantang besar. Surat yang hendak dikirim keluar harus diserahkan dalam keadaan terbuka. Bila dalam isinya kedapatan sesuatu yang melanggar peraturan, si pengirim disuruh menulis kembali. Sudah tentu penjara mempunyai tata tertib tersendiri dalam hal korespondensi. Misalnya, "tidak boleh menceritakan jadwal kegiatan sehari-hari, atau menulis tentang orang hukuman lain." Surat dari luar dibagikan pada saat makan siang. Ada surat-surat khusus yang hanya dibacakan petugas kepada si penerima. Ada pula kiriman tertentu yang tidak boleh disimpan di dalam sel. Melainkan dititipkan di kantor penjara, menanti saat bebas terhukum. Sekali seminggu para penghuni pen jara 'menerima gaji'. Sekali seminggu, pula diberi kesempatan berbelanja di kantin penjara. Ada dijual gula-gula, tembakau, rokok, pelbagai kebutuhan kecil, dan sarana surat-menyurat ala kadarnya. Bermain catur dipersilakan, tetapi mendiskusikan sesuatu dengan sesama terhukum adalah tabu. Penjara juga mencegah kemungkinan terjalinnya persahabatan akrab antara sesanla terhukum. Ieskipun para petugas umumnya bertindak santai dan bersahabat. Kabar buruk yang menimpa keluarga di luar selalu bisa diketahui oleh semua tahanan. Ada saja cara unlLuk saling tukar informasi. Pada sore hari suasana agak santai. Ada berbagai pilihan, terserah selera. Mau menonton televisi, bertelun di perpustakaan, atau sekedar duduk termenung-menung, terserah. Sampai pukul sembilan malam penghuni diperkenankan berada di luar kamar. Pukul 10 lampu dipadamkan. Setelah itu boleh langsung tidur atau menghibur diri dengan radio transistor satu band, punya masing-masing. Penjara ini didiami para tahanan wanita dengan jenis kejahatan yang berbeda-beda. Ada pecandu obat bius, pelacur kawakan, pembunuh suami, atau penganiaya dari jenis lain. "Tapi mereka semua menjadi orang-orang yang amat manis," tulis wanita tadi. Tidak sedikit yang menyatakan penyesalan. Ada pula yang mengungkapkan--dengan sedikit nada protes-bahwa tindakan kekerasan yang dilakukannya karena dipaksa situasi membela diri. "Tapi untuk para terhukum dengan kasus menyakiti anak-anak, tidak ada kata maaf," tulisnya. Orang-orang seperti itu biasanya dikucilkan oleh sesamanya. Tingkat kejahatan mereka pun berbagai-bagai. Ada yang sekedar ditemukan mengutil di toko serba ada. Tapi tidak sedikit yang ambil bagian dalam perampokan besar. Sebagian petugas tertentu selalu mengajak para terhukum berbincangbincang mengenai keadaan di luar. Entah tentang kejadian-kejadian aktual, atau mengomentari programa radio. Untuk yang berminat menambah pengetahuan, tersedia beberapa pilihan. Ada pelajaran membuat mainan anak-anak, barang-barang kesenian, keramik, atau bermain drama. Untuk sebagian besar mereka, kesempatan ini merupakan pengalaman belajar yang pertama. Yang hanya tertarik pada pembinaan fisik bisa melakukan jogging sepuas hati. Penjara juga menyediakan fasilitas untuk perawatan kesehatan dan penyembuhan sekedarnya. Acara sore macam-macam. Entah bercengkerama bersama teman yang dirasa cocok. Atau menisik dan merenca. Atau bermain catur, scrabble, dan lainnya. Boleh dikatakan semua mata acara kegiatan itu terpulang kepada disiplin para terhukum. Satu-satunya beban adalah kewajiban melapor yang harus dilaksanakan pada waktu-waktu tetap. Kadang-kadang pada akhir minggu ada disko, atau permainan bingo. Acara ke gereja disediakan pada hari Ahad. Pulang kebaktian diberikan sedikit kesempatan berjalan-jalan. Katakanlah menikmati suasana normal dan bebas. Sekali seminggu diberikan pula kesem atan berenang. Lalu ada acara berkemah pada musim panas, atau berjalan sepanjang hari pada Hari Paskah. Semla kegiatan ini diawasi. Tapi sifatnya sukarela. Yang tidak mau melibatkan diri, boleh saja tetap berada di belakang tembok penjara. Melilik acara yang longgar ini, lalu apa lagi arti penjara ini? "Ya, justru berada di situ. Itulah hukuman," tulis wanita tadi. "Terpisah dari sal dara, terutama anak-anak. Khawatir akan masa depan, kesempatan bekerja, dan masa tua yang tidak menentu," sambungnya. Ya, sarana fisik yang menyenangkan di penjara ini, toh tak mampu menghapus kesan psikologisnya. "Mereka berusaha memaksakan sesuatu yang normal di tempat yang tidak normal ini," tulis perempuan itu. Juga rasa malu menghadapi masyarakat, bila saat bebas tiba. Bagaimana eloknya sebuah penjara, ia tetap mengesankan dunia kelabu yang tidak langsung bisa ditanggapi secara ramah oleh orang di luar. BERGAUL dengan para kriminal mungkin bukan perkara berat. "Yang paling menyiksa adalah perasaan tanggungjawab atas perawatan anak-anak, yang dengan sendirinya menjadi kehilangan induk." Dan sesudah segala-galanya berakhir, "seorang terhukum melangkah dengan gamang menyongsong masyarakat yang memandangnya dengan 1001 kesan." Pertemuan kembali ini bisa berlanjut serasi. Tapi mungkin juga menjerumuskan kembali seorang bekas terhukum ke dalam langkah yang lebih fatal. Ia bisa merasa disisihkan, terkucil dari kelompok, merasa selalu diawasi dengan pandang curiga. "Kalau sudah begitu, lantas apa arti 'pembinaan' yang sudah dilakukan bersusah payah selama dalam penjara?" tanya wanita itu mengakhiri tulisannya. Akhirnya memang terpulang kepada sikap masyarakat terhadap para bekas narapidana itu--tak peduli dari penjara jenis mana mereka datang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus