Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Roko-roko di tambak Aji Amenan

H. amenan, penambak dari sembayat, gresik, dicalonkan sebagai penerima hadiah kalpataru. berkarya mulai dari buruh hingga menjadi penambak udang yang sukses. ia mengeluh sering diganggu burung roko-roko.

20 Juni 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAJI Amenan, 45 tahun, terseok-seok meniti pematang tambaknya. Sesampai di ujung, dia berseru, "Hus... hus... hus...," sambil mengibaskan kedua tangannya. Puluhan burung roko-roko yang terbang berputar-putar di atas petak-petak tambak itu tampak kaget. Kawanan pemangsa ikan itu pun segera pergi menjauh. "Ya, beginilah, setiap hari saya mesti berkelahi dengan burung-burung itu," ujarnya datar. Lebih dari seperempat abad. Amenan menggeluti tambak. Kini, hasilnya tambak seluas 23 hektar, sebuah sedan Mercedes, dan penghargaan besar - tahun ini, ia dicalonkan sebagai penerima hadiah Kalpataru dari tangan Presiden. Amenan memang layak disebut perintis lingkungan. Penambak dari Desa Sembayat, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur, itu ibarat Pandawa yang mengubah rimba Wanamarta menjadi negeri Amarta yang sejahtera. Pria bertubuh gempal dan berkulit gelap inilah yang merintis pencetakan tambak udan di pantai Manyar. Setelah belasan tahun menjalan. hidup sebagai pandego, buruh tambak, pada 1978 Amenan bisa mengumpulkan uang untuk menyewa empat hektar lahan pantai. Modal pertama itu sebagian disumbang oleh istrinya, Malikah, yang berjualan udang kecil-kecilan. Lahan yang disewa masih berupa hutan bakau. Perjuangan keras itu mulai memberikan hasil pada tahun kedua. Tambak tradisionalnya, kala itu, sudah menghasilkan Rp 400 ribu setahun. Selangkah demi selangkah, Amenan mulai membenahi tambaknya, dan kian memperhatikan peri kehidupan udang. Usaha Amenan kian berkibar. Produktivitas tambaknya meningkat, dan penghasilannya pun makin menggembung. Kendati begitu, Amenan tetap rendah hati. Dia selalu bersedia membantu penambak lain. Bibit udang dan bandeng dia bagi-bagikan, tanpa memungut keuntungan. "Mereka mengganti dengan bibit sesudah panen," tutur Amenan. Selain iu, pembangunan dua jembatan desa, dan plengseran, saluran air ke tambak, sepanjang 500 m, disponsori oleh Amenan. Semuanya untuk pengembangan udang. "Saya semata-mata hanya melaksanakan amanah Tuhan," ujarnya menghindar. Kian hari, makin banyak penambak yang berguru kepada Amenan. Sebagian dari anak asuhnya itu segera bisa bangkit mandiri. Sebutlah, Chudori, umpamanya. Sebelum berguru kepada Amenan, 1982, penghasilan tambak bandengnya yang empat hektar hanya Rp 1,4 juta setahun. Setelah bergabung dengan Haji Amenan, dan berganti membudidayakan udang, penghasilan tambaknya melonjak menjadi Rp 4 juta. Kini, iaitu mengelola lebih dari 10 hektar tambak udang. Pendapatannya? "Rata-rata Rp 32 juta setahun," kata Chudori. Keberhasilan Amenan membuat dia dipercaya menjadi ketua kelompok tani. Kelompok tani, yang kini beranggota 102 orang ini, tergolong progresif dalam investasi dan intensifikasi. Sampai kini, kelompok tani itu telah menggarap tak kurang dari 1.200 hektar tambak. Tak pelak lagi, anggota kelompok ini muncul sebagai elite baru. "Tahun ini, 12 anggota kami bisa pergi ke Tanah Suci," kata Amenan. Wajar jika Pemda Gresik merasa berterima kasih kepada "gerakan" Haji Amenan itu. Kepeloporan Pak Haji ini dianggap mampu memacu kegairahan bertambak udang. Nilai ekspor udang dari Gresik memang meningkat tajam. Tahun 1984, ekspor udang dari Gresik hanya 288 ton, seharga Rp 3,4 milyar. Dua tahun berikutnya angka itu meningkat menjadi 360 ton, Rp 4,7 milyar. Namun, belakangan, Pak Haji ini sering pening-pening. Gangguan burung di tambak-tambak kelompoknya makin serius. Maklum, tak jauh dari Sembayat, yakni di Desa Pangkal Kulon, Kecamatan Ujun Pangkah, juga di Gresik, terdapat "asrama" burung seluas 3,7 hektar. Menurut taksiran. "asrama" yang berada di tengah padan tambak itu dihuni tak kurang dari 130 ribu burung, terdiri atas 34 jenis. Berada di tengat hamparan tambak, "asrama" burung yang terdiri dari tak kurang dari dua ribu batang pohon api-api itu tampak bagai pulau burung. Pulau burung itu dikuasai Kastimin, dan berada di tengah sembilan hektar tambal miliknya. Kastimin tak pernah mengizinka siapa pun mengusik kehidupan burung itu Bahkan sejak tiga tahun lalu, pulau burun itu resmi dijadikan suaka burung. Sebaga pemrakarsa, Kastimin terpilih menjadi no minator penerima hadiah Kalpataru, 1984 Dan Kastimin konsisten. Dia tetap bersikeras agar burungnya tetap tak diusik. Kastimin tak mau mendengar keluhan penambak atas kelakuan burung-burungnya. "Ikan-ikan di tambak saya pun dimakan. Supaya ndak dimakan, silakan tambaknya dijaga," ujar Kastimin. Dan Haji Amenan memang mengerahkan puluhan buruh untuk menjaga tambaknya. "Upahnya Rp 13.000 sehari, makan minum kami yang tanggung," ujarnya. Seandainya populasi burung itu bisa ditekan, Amenan yakin, perkembangan tambak di Kecamatan Ujung Pangkah ini akan kian malu. Memang, kepentingan dua nominator Kalpataru ini berbenturan Kastimin bersikeras menjaga burungnya sedangkan Amenan merasa terganggu. "Kalau tiap petak sehari dimakan 100 ekor saja dalam sebulan pasti ludes," ujarnya. Namun, pihak KLH Jawa Timur meman dang benturan itu sebagai hal yang wajar saja. "Keduanya sama-sama penting," ujar Mochamad Farid, anggota tim Kalpatar Ja-Tim. Farid berpendapat, persoalan burung dan ikan itu ibarat mobil dan pejalal kaki. "Wajar, kalau makin banyak mobil makin banyak kecelakaan," ujarnya. Untuk menghindari kecelakaan, kata Farid, "Mereka harus saling menjaga". Tentu itu bukan pekerjaan mudah. "Burung-burung itu menyerang siang dan malam," uja Amenan. Burung memang sulit diatur. Tapi, bukankah taman suaka burung yang baik semestinya berada di tengah lingkungan yang alamiah? Dan Pantai Manyar kini tak lagi habitat alamiah-alamiah. Lapoan Jalil Hakim (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus