Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Wanita besi menang tiga kali

Margaret thatcher terpilih menjadi pm inggris untuk yang ketiga kalinya. dari 650 kursi parlemen, partai konservatif berhasil menggaet 376 kursi. ia di nilai berhasil memperbaiki ekonomi inggris.

20 Juni 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH menetapkan 11 Juni sebagai tanggal pelaksanaan pemilu hari itu juga PM Margaret Thatcher tampil di Majelis Rendah Parlemen Inggris. Mengenakan gaun hitam anggun, Thatcher dengan wajah dingin memberikan penjelasan (tiap Selasa dan Kamis PM Inggris melakukan sidang rutin dengar pendapat di Parlemen) tentang kebijaksanaan pemerintahannya. Kesempatan tanya jawab pertama langsung disambar Neil Kinnock, pemimpin oposisi dari Partai Buruh. "Bersediakah PM dalam pemilu melakukan debat tatap muka di TV dengan saya?" tantangnya. Bangkit perlahan dari kursi "sang wanita besi" pun menjawab singkat', "Saya khawatir debat semacam itu hanya akan menghasilkan udara panas ketimbang penerangan." Jawaban jitu. Kalimat itu telak menohok Kinnock, yang terkenal "doyan bicara" dan bertemperamen panas. Bagai suporter pertandingan bola, barisan oposisi serempak memekik "frit, frit". Itu kata ejekan "afraid" alias takut. Sayang, upaya menyelamatkan muka pemimpin Partai Buruh ini tak banyak menolong. Kinnock "KO sebelum bertanding". KO kedua bagi Kinnock terjadi Jumat pekan lalu, sehari setelah pemilu berlangsung. Partai Buruh kalah telak. Dari 650 kursi Parlemen yang diperebutkan, Partai Konservatif Thatcher berhasil menggaet 376 kursi. Walau kehilangan 16 kursi - jumlah sebelum pemilu 392 - toh partai yang berkuasa ini tetap dominan. Sedang Partai Buruh dan Gabungan Partai Liberal-Sosial Demokrat, masing-masing mendapat 229 dan 22 kursi. Sisanya dicomot partai kecil lain dan kelompok independen. Otomatis Thatcher, 61 tahun, menjadi orang kedua dalam sejarah Inggris yang terpilih menjadi PM tiga kali berturut-turut. Rekor itu pertama kali dipecahkan Earl of Liverpool, PM untuk periode 1812-1827. Negarawan besar Inggris abad ini macam PM Churchill pun tak bisa menyamai sukses Thatcher. Wanita ini memang luar biasa. Tapi mengapa Thatcher yang tak disukai ini - hasil poll menunjukkan hanya 10% di antara pemilih yang benar-benar menyukai Thatcher - dapat sesukses itu? Kuat dugaan kemenangannya tak terlepas dari keberhasilannya "mengangkat" perekonomian Inggris. Pertumbuhan ekonomi kini mencapai tingkat 3,6% per tahun, lebih baik ketimbang enam negara industri maju lainnya (termasuk AS, Jerman, dan Jepang) - walaupun keberhasilan ini juga ditunjang produksi minyak Inggris. Inflasi dapat ditekan - hal yang tak pernah dicapai pemerintahan Partai Buruh pada tahun 70-an. Pemegang saham pun meningkat dari 2 juta menjadi 8 juta orang. Semua ini erat berkaitan dengan program "kapitalisme populer" yang belakangan ini gencar dilakukan Thatcher. Antara lain dengan pelaksanaan swastanisasi. Ia menjual sebagian besar perusahaan pemerintah yang sahamnya dibeli masyarakat, termasuk para buruh. Perumahan milik pemerintah pun dijual pada para penyewa. Selain segi efisiensi, kebijaksanaan ini terbukti meningkatkan kesejahteraan sebagian masyarakat yang beruntung memperolehnya. Tak aneh jika hasil poll menunjukkan dalam pemilu kemarin Thatcher berhasil menjaring mayoritas suara mereka. Termasuk basis sayap kiri Partai Buruh di London. di sini Partai Buruh mencatat kekalahan terburuknya sejak PD II lalu. Mereka yang berkiblat ke Thatcher termasuk para profesional, manajer bisnis, pengusaha kecil. Masalah meningkatnya pengangguran, yang semula dianggap titik lemah pemerintahan Thatcher, tak banyak mempengaruhi suara pemilih. Padahal, jumlah penganggur mencapai 3 juta, dua juta lebih banyak dari saat Thatcher mulai berkuasa 1979. Di pihak lain kekalahan kaum Sosialis tak terlepas dari masalah program yang mereka tawarkan. Ketua Partai Buruh, Neil Kinnock dianggap salah taktik dengan kebiaksanaan pertahanan nonnuklirnya, yang menyerukan penarikan mundur semua persenjataan nuklir AS dari Inggris. Padahal, mayoritas rakyat Inggris, sebagaimana PM Thatcher, masih kuat terkait "sindrom kebesaran masa lampau". Selain itu program ekonomi yang ditawarkan Partai Buruh, antara lain dengan meningkatkan pajak pendapatan bagi mereka yang telah berpenghasilan tinggi, membuat ngeri kelas menengah, kelompok yang semakin berperan dalam pentas politik Inggris. Kinnock hanya didukung kaum loyalis Partai Buruh, dan gagal menggaet pemilih kelompok lainnya. Sementara itu, Partai Aliansi Liberal dan Sosial Demokrat yang menawarkan "garis tengah" (pilihan lain dari Konservatif yang kanan, dan Buruh yang kiri) juga gagal menarik suara para pemilih. Walaupun pentolannya David Owen - bekas tokoh Partai Buruh yang kemudian mendirikan Partai Sosial Demokrat - dianggap menyodorkan program "mengambang", yang diperkirakan cocok untuk golongan mana saja, tapi justru merugikan. Gejala menonjol yang terlihat setelah pemilu adalah semakin dalamnya perbedaan antara mereka yang "berhasil" dan yang tidak, antara England dan Skotlandia-Wales, antara yang kaya dan yang tetap miskin. Kelompok yang berhasil umumnya tinggal di Selatan dan mereka pendukung Thatcher. Wilayah Utara yang miskin masih merupakan basis kuat Partai Buruh. Thatcher menyebutnya sebagai pembagian antara yang baru dan yang lama, antara kemajuan dan keterbelakangan. Yang pasti, masalah terbelahnya masyarakat Inggris inilah yang harus dihadapi Thatcher. Ia harus membuktikan kemampuannya menambah jumlah mereka yang "baru dan maju" dari kalangan kelas bawah. Tapi satu hal yang juga pasti, Thatcher berhasil mengubah citra Partai Konservatif dari hanya kelompok penguasa asal lapisan atas menjadi lebih "merakyat". Wanita' hebat ini sendiri berasal dari kalangan kelompok menengah biasa. Thatcher nama populernya Maggie - putri seorang pemilik toko, dididik sebagai ahli kimia tapi kemudian tumbuh menjadi politikus dengan rasa percaya diri cukup besar. "Percaya diri merupakan kunci sukses," katanya kepada sekelompok pemuda dalam kampanye baru-baru ini. Tak heran jika ia berani sesumbar akan menghapuskan sosialisme dari bumi Inggris untuk selama-lamanya. Juga niatnya untuk terus menjabat PM bahkan untuk keempat dan lima kalinya. Salah satu kunci sukses Thatcher yang lain adalah sikap keras tak kenal kompromi, serta cepat balik menyerang ketika diserang. Manifestasinya terlihat dalam cara menghadapi krisis Falklands dan krisis yang ditimbulkan akibat mogok kaum buruh batu bara yang berkepanjangan. Dalam dua krisis itu, Thatcher keluar sebagai pemenang. Mungkin gaya inilah yang dibutuhkan negara macam Inggris, Jerman, Prancis, dan Eropa Barat lainnya, kawasan industri tempat sosialisme sedang turun pamornya. Hal lain yang menarik dari hasil pemilu Inggris kali ini adalah terpilinya warga kulit hitam yang pertama di parlemen. Sekitar 4 juta dari 54 juta penduduk Inggris merupakan warga bukan kuzlit putih. Mereka kebanyakan asal Asia dan Negro Karibia. Selain itu juga terpilih dua warga asal Asia sebagai wakil rakyat Inggris. Tanpa menunggu lama, Thatcher mengumumkan susunan kabinet baru. Posisi penting seperti menteri luar negeri, pertahanan, dan dalam negeri tetap dipegang orang lama. Hanya kecil Parkinson yang didudukkan sebagai menteri energi, tokoh yang mengundurkan diri 1983 karena terlibat skandal seks. Kcberanian Thatcher memasukkan Parkinson dalam kabinet menunjukkan lagi rasa percaya diri yang terlalu besar, yang oleh sebagian orang ditafsirkan sebagai keangkuhan. Farida Sendjaja, Laporan kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus